Berpecah belah

443 29 3
                                    

Tak dipungkiri bahwa kepercayaan itu susah untuk didapat

Kami pun melangkahkan kaki selangkah demi selangkah melewati portal.

Author's POV

Mereka terus melangkahkan kaki menapaki jalan beraspal yang sedikit retak, serta bangunan yang terlihat tua dan sangat kotor.

Keadaan dan suasana telah menjadi lebih seram dan mencekam. Tak tau apa yang akan terjadi kepada beberapa pemuda dan pemudi yang telah memiliki keinginan untuk menemukan sebuah jiwa.

"Kak, aku kok takut ya? " Gumam Hulgi sambil memegang lengan Nando yang tepat di sebelahnya.

"Lo mah penakut, " Ejek Nando.

"Gak kak, aku beneran takut. Firasat ku gak enak banget kak, " Kata Hulgi sambil menarik baju yang menempel di lengen Nando.

"Ih... Jangan tarik - tarik dong, sobek nanti, " Bisik Nando kepada perempuan di sampingnya.

"Kak....!!!!! " Gumam Hulgi merasa khawatir.

"Eh, lo berdua kenapa sih? " Tanya Dylan yang merasa bahwa sahabat dan temannya sedang berpegangan tangan.

"Nih, si Hulgi manja, " Jawab Nando acuh sambil melepaskan pegangan tangan Hulgi di lengannya.

"Ih, kalian cocok loh. Gak papa kalik Nan, " Kata Melia mengoda.

"Hello my friends, " Teriak seorang lelaki yang muncul begitu saja.

"Eh, ayam... Ayam, " Latah Dylan.

"Lo diem lah Xing, " Kata sebuah roh, ya kalian sendiri tau lah siapa.

Ya kalo Roh pastinya adalah dia, siapa lagi kalo bukan si Tao sih? Ya bener emang si Tao.

"Ya elah bang, bikin jantungan. Lo mau bikin gue mati? " Kata Dylan blak - blakan.

"Jaga bicaramu, " Ancam Tao menatap Dylan tajam.

Setelah hadirnya Yixing dan Si roh Tao perjalanan mereka berubah menjadi lebih hidup. Rasa mencekam tak terlalu terasa. Entah kenapa sepertinya roh - roh yang ada di kota mati seperti takut dengan Tao dan Yixing. Sekitar setengah jam perjalanan masalah mulai terjadi.

"Oh ya, Hulgi tolong foto gue dong," Kata Ray memberikan aba - aba pada Hulgi dan langsung berdiri di depan kelompoknya.

"Jangan lupa pakek sinar blitz nya yah, " Kata Ray lagi.

"Lo apa - apaan sih Ray? Lo mau apa hah? Kita kan ada di kota mati, lo jangan sembarangan, " Kata Reno dengan nada yang sedikit tinggi.

"Bang gue gak sembarangan, gue lakuin ini biar cepet, " Kata Ray berusaha meyakinkan.

"Bang, lo gak harusnya berfoto di dalam keadaan yang kek gini. Lo sebenernya ingin gimana sih? " Tanya Nando dengan nada bariton nya.

"Nan gue masih waras. Ini semua demi kita..... " Kata Ray yang langsung terpotong oleh Melia.

"Ray, gue gak tau apa yang lo pikirin. Gue ingin kita selamat, apa lo mau mengorbankan kami untuk kepentinganmu?" Tanya Melia dengan nada yang tinggi.

"Mel...... " Kata Ray dengan nada rendah, yang mengungkapkan kekecewaan yang mendalam.

"Udah Ray, lo kalo mau berakhir ya berakhir aja sendiri. Jangan ajak kami, " Kata Reno yang sudah terlanjur kecewa dengan Ray. Padahal tidak ada maksud buruk dari Ray.

"Jujur Ray, gue gak percaya sama cerita lo. Apa iya lo yang membunuh adik gue dan mereka semua? Terus lo bilang kalo mereka mati di sini, " Tambah Reno yang sudah tersulut emosi.

"Bang, lo apa - apaan sih?? " Sekarang Ray yang berbicara dengan nada yang sedikit tinggi. Emosi telah menguasai pikiran Ray.

"Maaf kak, jujur aja. Aku juga gak percaya, " Kata Hulgi yang berhasil memberikan tusukan tajam serta sayatan di hati Ray.

Helaan nafas keluar dari mulut Ray, yang membuktikan bahwa dia akan menyerah untuk mengajak mereka.

"Oke, gue nyerah. Silahkan pulang, " Kata Ray dengan nada kecewa yang mendalam.

"Gak, gue masih mau lanjut, " Kata Dylan sambil memegang lengan Ray.

"Lan, udah, " Kata Ray sambil melepaskan tangan Dylan yang mengengam lengannya.

"Tapi bang, gue percaya sama lo. Dan gue akan bantu lo sebisa gue, " Kata Dylan dengan percaya diri.

"Udah kalian pulang aja, kalo iya gak mau pergi ma gue ya udah, " Kata Ray sambil berbalik badan. Jujur rasanya pasti sangat menyakitkan untuk dihianati oleh orang yang sudah di percaya. Tapi ya ini sudah terjadi, sebelum berkepanjangan Ray mencoba untuk menghentikan ini.

"Siapa yang mau ikut gue balik? Ayo!!" Kata Reno dengan nada tegasnya.

Nando, Hulgi, dan Melia melangkahkan kaki ke arah Reno dan bergabung dengan Reno.

"Dylan ayo!! " Kata Nando dengan nada sedikit tinggi.

"Tapi..... " Kata Dylan

"Dylan, ikut mereka, " Kata Ray memotong perkataan Dylan.

Dylan menatap penuh arti seperti mengatakan "tolong cari kak Dion,"

"Ya pasti," Jawab Ray melalui tatapan dan senyuman.

"Raisa, antar mereka, " Perintah Ray pada pacarnya.

"Tapi Ray..... " Kata Raisa yang dipotong oleh Ray.

"Rai, plis, " Kata Ray menatap Raisa yang berarti jangan membantah.

Lalu Reno, Nando, Dylan, Hulgi, dan Melia meninggalkan rombongan yang diantar oleh Raisa.

"Lo gak ikut? " Tanya Ray kepada Bray dan Varo.

"Gue ikut ma lo, " Jawab Bray.

"Sama, " Jawab Varo singkat.

"Ya udah deh ayuk, " Kata Ray.

Selanjutnya perjalanan dilanjutkan dengan angota tim Rayyan, Alvaro, Brayan,Tao, dan Yixing.

Setelah beberapa lama perjalanan sampailah mereka di suatu keadaan yang mencekam.

Langit sudah berubah warna menjadi gelap, dalam hitungan detik semua langit yang bertengger di atas kota mati berubah menghitam. Yang artinya hari sudah memasuki malam padahal jam baru menunjukkan pukul 11.50 wib.

"Kok udah malem? Padahal baru jam duabelas kurang, " Kata Ray sambil melihat jam tangan yang menempel di lengan kirinya.

"Ini tu kayak negara yang waktu siangnya lebih cepat dan waktu malam yang panjang, " Kata Yixing memberikan penjelasan.

"Tapi kan ini Indonesia , " Kata Bray menyambungi perkataan Yixing.

"Iya, tapi mirip seperti itu. Pokoknya mirip jangan di bantah, " Kata Yixing dengan nada malas.

"Oke lah, " jawab Bray dan Varo bersamaan. Walau Varo tidak bertanya tapi sebenernya pertanyaan Varo dan Bray sama, maka dari itu Varo ikut menjawab.

Tbc.......

Jangan lupa tinggalkan jejaknya. Di vote dan komennya yah.... Terimaksih..... Thank you 😘😘😘

Pendakian Berujung Maut Where stories live. Discover now