Bab 2 : Hartmann dan Krisis Ekonomi Jerman

60 9 0
                                    

Hidup di Jerman tahun 1932 sangatlah keras. Kekerasan antar partai politik, Ketidakstabilan kepemerintahan dan krisis ekonomi sudah menjadi berita keseharian di Republik Weimar. PHK merajalela, kericuhan dimana-mana, bahkan beberapa warga disitu sudah meragukan negaranya sendiri, intinya chaos dimana-mana.

Saat itu pertengahan Desember 1932 di siang hari, seperti biasa Hartmann sedang dalam perjalanan pulang dari sekolahnya. Tetapi hari ini ada yang lebih spesial dari biasanya. Untuk pertama kali Hartmann mendapatkan nilai A dalam mata pelajaran Sains dan dia tidak sabar untuk mengejutkan orang tuanya.

 Untuk pertama kali Hartmann mendapatkan nilai A dalam mata pelajaran Sains dan dia tidak sabar untuk mengejutkan orang tuanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ditengah perjalanan pulangnya Hartmann tidak sengaja melihat pemandangan yang cukup mengejutkan baginya. Banyak orang berkumpul sambil meneriakan tentang suatu hal. Mereka membawa semacam banner di kerumunan tersebut bertuliskan tentang opini mereka tentang apa yang terjadi di negara ini. Toko di pinggir kota dijarah oleh amukan masa, Kaca-kaca bangunan disekitar dilempari oleh batu.

Kejadian tersebut memberikan Hartmann semacam trauma dan kecemasan berlebih. Hartmann yang ketakutan bergegas pulang ke rumah supaya terhindar dari imbas kekerasan publik ini.

Sesampainya dirumah Hartmann kembali menerima hal yang mengejutkan

"Ibu, kok ayah keliatan sedih" tanya Hartmann.

Awalnya Ibu Hartmann menolak untuk memberitahu, tetapi Hartmann memaksa dan besikeras supaya ibunya memberitahu.

Dengan berat hati ibunya berkata "Nak, ayahmu kena PHK, perusahaan ayahmu tidak bisa membayar gaji pekerjanya akibat krisis ekonomi di negara kita. Ibu khawatir tidak bisa melanjutkan sekolahmu di semester depan".

Hartmann yang terkejut mendengar kata ibunya langsung lari ke kamarnya dan mengunci pintu kamarnya. Sebenarnya Hartmann tidak begitu peduli dengan sekolahnya, yang dia khawatirkan jika uang yang dimiliki keluarganya sudah tidak mencukupi untuk kehidupan kesehariannya. Ibunya sudah menduga reaksi Hartmann terhadap ucapannya.

Lalu ibunya jalan menghampiri depan kamarnya yang terkunci sambil berkata

"ibu tau ini memang berat, tapi kita harus bisa menerima situasi dengan sabar dan tabah. Keluarga kita sedang dilanda musibah, negara kita sedang dilanda musibah dan yang kamu lakukan hanya duduk menangis disitu. Ucap ibunya dari depan pintu.

"Aku tau ibu, tapi gimana kalau suatu saat uang simpanan ayah habis, gimana kalau suatu saat kita tidak punya uang untuk membeli roti, gimana kalau aku tidak bisa menggapai mimpi dan cita-citaku, gimana kalau aku menjadi sampah masyarakat akibat tidak bisa melanjutkan sekolah" Jawab Hartmann sambil putus asa.

Ibu Hartmann seketika menangis mendengar pernyataan anaknya.

Semenjak mengetahui tentang keadaan ekonomi keluarganya. Kepribadian Hartmann yang dikenal Humble, periang, pantang menyerah sudah hilang. Semenjak kejadian itu Hartmann dikenal sebagai sosok yang keras, kasar, penyendiri dan putus asa, bahkan Hartmann kerap mengunci kamarnya selepas pulang sekolah. Ibu Hartmann kerap mengkhawatirkan kondisi mental anaknya. Bahkan ibunya sempat memanggil psikolog setempat, tetapi Hartmann menolak dan bersikeras kalau dirinya baik-baik saja.

Namun semua berubah ketika Hartmann bertemu dengan gadis katolik sekaligus adik kelasnya disekolah. Setelah sekian lama akhirnya Hartmann merasakan perasaan cinta yang selama ini belum pernah ia rasakan

Love Under The Hitler RegimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang