'GENDRA' #25

135 21 6
                                    

Alena menatap langit malam bertabur bintang di atas sana. Siang tadi dirinya dan yang lain berjalan-jalan sampai sore, sebenarnya ia sudah merasa lelah tapi, matanya sejak tadi tidak bisa di ajak kompromi alhasil Alena memilih keluar mencari udara segar. Alena duduk dipinggir pantai, memang penginapan mereka yang dekat dengan pantai membuat Alena dapat menatap sunset dan sunrise beberapa hari ini. Alena memeluk lututnya yang tertekuk menatap gelombang laut yang berayun-ayun pelan.

"Hei,"panggilan seseorang membuat Alena mendongak, menatap siapakah gerangan yang memanggilnya. Alena kaget menatap cowok dengan balutan sweater berwarna hitam.

Gendra, menatap Alena dengan senyuman dibibirnya dan segera mendudukkan diri tepat di sebelah Alena yang masih menatapnya heran. "Lagi ngapain?"

"Lo ngapain?"bukannya menjawab Alena malah balik bertanya dengan matanya yang tak lepas dari wajah Gendra, yang sekarang sudah sangat dekat dengan wajahnya. "Kamu sendiri?"

Alena segera menatap kearah lain saat netranya bertemu dengan manik hitam milik cowok yang sedang duduk di seblahnya kini. Dada Alena berdegub kencang sekali, masih sama seperti dulu-dulu saat dirinya sedang bersama cowok yang ia sukai, Gendra.

"Nggak ngapa-ngapain."

Terdiam cukup lama sampai akhirnya Gendra membuka suara. "Kamu sudah baca surat dari saya?"

"Udah."

"Hmm... boleh nggak saya ganti pertanyaannya?"

"Maksudnya?"tanya Alena dengan menoleh pada cowok yang sedang menatap kedepan datar. "Kamu mau jadi pendamping hidup saya?"

Alena menatap Gendra dengan mata membesar. "Ha!?"

Tenang Alena, tenang, batinya. "Bukannya lo udah punya istri?"sarkas Alena.

Sekarang Gendra lah yang kaget akan pertanyaan Alena. "Siapa?!" Bukannya menjawab Alena memilih diam dan menatap kearah laut yang memantulkan bulan. "Laura?"

Alena tetap diam tanpa mau menjawab pertanyaan yang Gendra lontarkan sejak tadi. "Kata siapa? Alardo?" Alena masih tetap diam.

"Dasar ponakan laknat, disuruh jagain malah sebar gosip."

"Kamu bilang apa tadi?"

Belum sempat Gendra menjawab pertanyaan Alena, Alardo datang dan langsung mendaratkan bokongnya di sebelah kiri Alena, membuat Alena kaget dan memekik. "Ihh, ngapain lo kesini?!"

"Iya, iya, gue tau gue ganggu santai dong. Gue cuma mau ngobrol bentar sama Gendra. Eh, sama lo juga maksudnya."

"Gua nggak mau."

"Halah alay lo."

Alena memilih diam ketimbang meladeni bacotan dari seorang Alardo.

"Ndra, tugas gue udah selesai lho, lo harus tepatin janji. Gue nih yah, udah bikin Alena seneng, jagain dia, selalu buat dia bahagia,"ujar Alardo.

"Jadi, gue dikasih bonus kan Ndra udah laksanain tugas yang lo beri dengan baik dan benar,"ujarnya lagi. "Bohong dia, gue nggak seneng tuh sama dia,"bantah Alena cepat.

"Iyaa, udah sana lo,"usir Gendra pada Alardo. Keadaan menjadi canggung lagi setelah kepergian Alardo.

"Terus gimana jawabannya?"tanya Gendra dengan menatap Alena yang juga menatapnya. "Sebelum itu aku mau tanya kamu ngapain suruh Alardo buat jagain aku?"

"Karena kamu itu ceroboh, jadi harus dijagain."

"Terus gimana sama Laura? Om Dery?"

Gendra terdiam dengan pertanyaan Alena yang ini. Menghembuskan napas kasar dan mulai bercerita. "Laura udah ada yang punya, dia udah bahagia. Kalau om Dery, hmmm... kamu belum denger emangnya kalau dia udh masuk penjara 5 bulan setelah aku pergi? Gara-gara pengelapan uang dan penjualan narkoba, dia di tangkap."

GENDRA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang