'GENDRA' #19

101 26 5
                                    

"KA, tenang aja gue udah nggak papa kok,"ucap Alena kala Cika yang terlihat khawatir dengannya. Hari ini Alena sudah berangkat sekolah setelah hampir satu minggu dirinya harus dirawat di rumah sakit karena kejadian naas yang menimpanya waktu itu.

"Len, udahlah lo ke UKS atau kekelas aja, nggak usah ikut olahraga dulu Len,"timpal Adistyn dengan menarik lengan Alena mengajak cewek itu kepinggir lapangan basket.

"Kalian kenapa, sih? Gue nggak papa kok."

"Lo nggak liat ni, panas Len,"kata Viona sambil menunjuk langit. Hari ini memang matahari sedang terik-teriknya membuat beberapa anak yang sedang melakukan pemanasan mengibaskan seragam mereka.

"Udahlah lo duduk aja."

"Iya Vi iya,"balas Alena kesal.

Alena memilih duduk di pinggir lapangan. Melihat teman-teman sekelasnya. Netranya tak sengaja menangkap sosok cowok dan seorang guru yang sedang berjalan di koridor. Pak Joko, guru BK itu sedang memarahi Gendra yang terlambat hari ini.

Alena tak percaya melihatnya, seorang Gendra terlambat, iya, memang Gendra itu ketua geng yang pasti orang lain pikir bahwa dia itu adalah cowok nakal, tapi yakinlah Gendra itu berbeda.

Hari ini Gendra juga terlihat sangat sangat berbeda, seragam yang di keluarkan, rambut acak-acakan, dasi yang sudah ditanggalkan dan tatapan cowok itu yang terlihat seperti Singa ingin memangsa makanannya.

Mata Alena tak lepas dari cowok itu sampai sebuah lengkungan kecil tercipta di bibirnya kala matanya bertemu dengan mata cowok itu. Tapi, Gendra tak membalas senyuman itu memilih cuek dan seperti tak menganggap Alena ada. Sampai Gendra dan guru itu masuk kedalam ruang BK.





***


Alena berlari sekuat tenaga menuju rooftop. Informasi dari Maep tentang Gendra membuatnya khawatir setengah mati dengan cowok itu. Apalagi mendengar kalau Gendra mendapat luka di beberapa bagian wajahnya.

Jadi, tadi setelah keluar dari ruang BK Gendra membelokkan diri ke arah katin. Entahlah, mengapa cowok itu menjadi berubah drastis seperti itu. Sehabis dari kantin dirinya malah berantem dengan kak kelas dan alhasil harus ke ruang BK lagi.

Sekarang cowok itu berada di rooftop dengan wajah yang sudah babak belur. Kedatangan Alena membuat hatinya tenang seketika.

"Ndra, kamu nggak papa?"tanya Alena khawatir. Gendra hanya diam menatap Alena lekat.

"Jangan berantem dong Ndra, kalau ada masalah diomongin baik-baik."

Bukannya menjawab Gendra malah menarik Alena kedalam pelukannya. Alena hanya bisa melotot kaget dengan itu dan secara perlahan tangannya membalas pelukan itu.

"Sebentar aja yah Len nggak bakal lama kok."

"Lama juga nggak papa kalik Ndra." Gendra terkekeh mendengar ucapan polos cewek yang sedang di pelukannya itu.

"Aku obatin dulu ya ndra lukanya,"ucap Alena dengan mengeluarkan obat merah dari kantong plastik yang sejak tadi di bawanya.

Alena yakin seratus persen jika luka itu sangat sakit melihat betapa banyaknya darah yang mengalir dari pelipis Gendra. Namun, cowok dengan seragam yang kancingnya susah tanggal itu sepertinya tidak sakit sama sekali.

Setelah selesai dengan aktifitasnya Alena menatap Gendra lekat-lekat. Gendra menghela napas dan mengebuskan kasar dan setelahnya dia berucap dengan suara pelan namun, masih dapat didengar oleh Alena.

"Makasih yah Len, kamu udah mau ngasih tau dimana tunanganku." Seketika itu juga langit terasa jatuh menimpa Alena. Air matanya keluar begitu saja, senyum yang merekah berubah seketika.

Itu benar-benar menyakitkan.









Tbc.

Jangan lupa votement



Daffodil123_

GENDRA [END]Where stories live. Discover now