CHAPTER 34

27 6 0
                                    

"Aku akan lakukan apa saja kepadamu. Meski aku harus merelakan perasaan ku ini, itu semua karna aku sayang kamu"

***

Rachel menepuk pundak Revan, berusaha membangun kan nya.
"Kak?"

"Aaa!!" Teriak Revan dengan nafas yang memburu

Ia menoleh ke arah Rachel dan segera memeluk nya dengan erat.

Pelukan mendadak dari Revan ini sontak membuat Rachel sangat terkejut.

Rachel hanya diam mematung seraya menahan deru detak jantung nya agar stabil.

Tak lama Revan akhirnya tersadar dan melepas pelukannya.

"Eh.. sorry dek"

"Kak Revan, kok bisa ketiduran di sini?"

"Pas kakak dateng mama sama papa kamu mau pergi gitu, sebenarnya mereka udah nawarin masuk cuman kakak tolak jadi kakak tunggu di sini aja, eh tau nya malah ketiduran"

"Ohh gitu, mungkin mereka lagi ada urusan mendadak kayaknya. Yaudah kak ayo masuk"

Mereka pun masuk dan menduduki kursi panjang yang sudah tersedia di ruang tamu.

Sejenak mereka diam.

Namun setelah itu Revan membuka akhirnya suara.

"Kamu udah gak marah lagi dek sama kakak?"

Rachel mengeluarkan senyum tipisnya.

"Gak kok kak, aku udah maafin kak Revan. Yang penting kan aku udah gak apa apa jadi gak usah di bahas lagi masalah yang kemarin"

Revan tersenyum lega.

"Makasih banyak ya, karna kamu udah maafin kakak"

Rachel mengganguk.
"Oiya kalo gitu aku ambil minum dulu"

"Eh gak usah, kakak sebentar kok disini" cegah Revan

Rachel pun menurut dan mengurung kan niatnya.

"Jadi, ada apa ya kak? Kok udah malem begini kesini"

"Kakak ganggu ya?, Sorry deh"

Seperti nya Rachel salah bicara.

"Bu-bukan gitu kak maksud aku"

"Dek" potong Revan.
"Kakak gak mungkin pulang dengan kondisi wajah kakak yang kayak gini. Kakak yakin pasti orangtua kakak akan nyalahin, ngomelin dengan mengira kalo kakak ini lah yang abis berbuat ulah. Dan tanpa mau tau penjelasan dari kakak"

Ia memandangi wajah Revan yang mulai di penuhi oleh rasa kesedihan.

Rachel turut merasakan apa yang sedang Revan alami selama ini.
Meski orangtua Rachel selalu sibuk dengan pekerjaannya, namun mereka masih menyempatkan diri untuk berkumpul dengan anak nya sendiri.

Berbeda dengan Revan, kedua orangtuanya tak sama sekali menengok ke arah nya, bahkan meluangkan waktu sedikit saja tak bisa sama sekali.

Kemudian Rachel menggenggam kedua tangan Revan, berusaha menguatkan.

"Kak Revan yang sabar ya, aku yakin kalo suatu saat orangtua kakak pasti akan kembali seperti dulu lagi"

Revan melepas genggaman dari Rachel, ia menggeleng tegas.

"Gak hel, itu gak mungkin. Kakak selalu berharap dan berdoa, tapi percuma aja gak ada hasil nya sama sekali"

"Kak, mana ada sih orangtua yang gak sayang sama anaknya sendiri. Pasti mereka juga sayang kok sama kak Revan. Cuma cara mereka berbeda kak"

Revan semakin menatap manik mata Rachel lekat.

"Tapi itu semua dulu dek mereka berubah begitu aja padahal kakak gak berbuat salah apa-apa. Selama ini kakak udah bersabar, dan sekarang kakak gak tau mesti gimana lagi ngadepin mereka"

Rachel semakin di buat sedih oleh keadaan Revan, lalu dengan perlahan ia memberanikan diri untuk memeluk erat tubuh Revan.

Kali ini bukan Revan yang menangis, namun Rachel. Ia tak pernah sesedih ini melihat orang yang ia sayangi harus menerima beban itu sendirian.

"Kak Revan itu orang yang kuat, orang yang tegar. A-aku salut sama kak Revan, masih bisa sabar buat bertahan melewati ini semua dan gak seperti orang lain disana yang mungkin udah putus asa menghadapi situasi yang kakak alamin sekarang. Kakak jangan pernah merasa sendirian, masih banyak kok yang sayang sama kakak. Kak Nicho, Kak Reo, Dan kak Claudia. T-ter.."

Rachel mengantungkan sejenak perkataan nya. Sedangkan Revan hanya diam mematung dalam pelukannya seraya menunggu perkataan selanjutnya dari Rachel.

"Termasuk a-aku, aku j-juga s-sayang kak Revan"

Jujur yang di katakan oleh Rachel itu jelas dari hati nya yang paling dalam.

Revan, kini ia hanya diam membisu dalam rengkuhan nya. Ucapan terakhir dari Rachel entah mengapa membuat perasaan Revan menjadi hangat dan dirinya turut merasakan debaran detak jantung yang saat ini berdegup kencang.

Ada apa dengan nya? Pikir Revan.

Seperkian detik berlalu, Rachel melepaskan pelukannya.

Revan menatap kedua bola mata Rachel yang sembab itu.

Suasana seketika menjadi awkward, mereka seperti nya sedang berusaha menutupi kegugupan masing-masing.

Lalu tangan Revan beralih mengusap lembut puncak kepala Rachel. Hal itu sontak membuat Rachel menjadi salah tingkah.

Hey, ingat Revan mengucapkan kata "sayang" itu karna hanya semata-mata karna dirinya menganggap kamu itu sebagai adik nya.

Sudah lah sadar diri hel!.

Tak sengaja pikiran itulah yang sempat terlintas di benak nya kini.

Rachel pun akhirnya berusaha sekuat tenaga menahan untuk tidak terbawa perasaan lagi pada Revan.

Lalu ia tersenyum hangat.
"Sekarang kakak jangan pernah putus asa ya, tetep jadi orang yang kuat. Dan aku yakin kebahagiaan yang kakak inginkan akan datang suatu saat nanti, semua butuh proses kak"

Senyuman Revan tak bisa di bendung lagi, diri nya sangatlah beruntung bisa menemukan sosok Rachel.

"Amiinn semoga dek, terimakasih ya kakak sangat amat bersyukur karena kita bisa saling kenal. Oiya besok kamu mau gak mampir ke rumah kakak?" ucap nya seraya bangkit dari duduknya.

"Mmm..."

Rachel sebenarnya sangat tak enak untuk menerima ajakan dari Revan.

"Kalo gak mau gak apa-apa dek kakak gak maksa kok"

Seketika terlintas di benak Rachel tentang misi yang sudah ia rencanakan beberapa hari lalu.

"Mau gak mau gua harus terima, ini juga demi kebahagiaan Kak Revan" batin nya

"I-iyaa kak aku mau"

"Oke, kalo gitu kakak pamit dulu ya"

"Ohh iya, Hati-hati kak!"

"Iya"

Setelah Revan beranjak pergi, Rachel tersenyum berharap agar misi nya kali ini berjalan dengan lancar.

"Semoga dengan gua bantu ngomong ke orangtuanya kak Revan mereka bisa ngerti, gak ada salahnya kan di coba"

TBC:)

Cuap-cuap Author❤️

Gadis Senja [On Going]حيث تعيش القصص. اكتشف الآن