°• BAGIAN KETIGAPULUHLIMA •°

286 31 0
                                    

🌷PRINSIP PENULIS : MENULIS MERUPAKAN KEBUTUHAN, SEDANGKAN VOTE DAN KOMEN ADALAH BONUS

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

🌷PRINSIP PENULIS : MENULIS MERUPAKAN KEBUTUHAN, SEDANGKAN VOTE DAN KOMEN ADALAH BONUS. TERIMA KASIH BONUSNYA❤️🌷

"Gue ngga mau lo hidup penuh rasa sakit hanya karena salah paham."

-Arshel Sadhewa-

|~•~•~•~•~|

"Kamu punya pacar ...."

"Tapi kenapa kamu baik , sih, sama aku?"

"Gue harus jawab pertanyaan lo ...?" tanya Arshel dengan tatapan aneh.

Hera mengangguk pelan.

Arshel sedikit tertegun ketika mendengar pertanyaan semacam ini. Ia menelan ludah gugup, kaki kanannya tak bisa berhenti bergetar menandakan kekhawatiran, ia menunduk seraya memutar otak. Sebenarnya, pertanyaan semacam ini bisa saja mengarah pada hal lain, namun kali ini entah kenapa Arshel yakin kalau Hera tengah menuntut tentang perasaannya, karena Arshel tahu, Hera memang suka padanya. Dan hal itu sama sekali tak memengaruhi Arshel untuk merubah perasaan apapun terhadap siapa saja. Hahah, cinta bertepuk sebelah tangan memang sakit.

Ia mendongak, menatap kedua bola mata Hera dalam-dalam, juga sedikit menghela napas karena suasana semakin mengerikan di sekitarnya. "Rasa cinta itu cuman bisa dirasain sama satu pasangan dengan dua orang ...."

"Tapi nyaman, gue rasa semua orang pasti mudah ngerasainnya," imbuh Arshel tak lepas dari tatapannya. "Lo tahu, setiap orang yang baik sama lo itu bukan berarti mereka punya niat buat ambil hati lo, bisa aja mereka emang udah baik dari sananya."

Hera mengernyit seperti tengah menemui suatu keadaan di mana dirinya harus berpikir dua kali. Apa yang Arshel katakan benar, tapi apakah Hera harus senang karena Arshel nyaman padanya? Ataukah ia mesti bersedih sebab Arshel hanya menganggap itu nyaman. Tapi, Hera juga tidak terlalu memaksa perasaannya sekarang, toh, Arshel bukan hanya diinginkan oleh satu orang saja, bukan hanya Hera yang menyukai Arshel.

"Tapi, Shel, aku rasa itu nggak ngejawab pertanyaan aku. Kamu juga sadar, kan, kalau kamu baik bukan tanpa alasan?" tanya Hera sekali lagi. Balasan dari Arshel tidak cukup meyakinkan perasaannya. Jadi, bagaimanapun caranya Hera harus memahami dengan jelas dan tetap mencari tahu.

"Ya ...." Arshel menunduk, kembali memeras otak sampai pada akhirnya ia mendongak dengan wajah getir. "Gue paham, kok. Maksud gue, gue nggak mampu terusin ini sebenarnya. Ada di samping lo, bikin lo nyaman, harus baik-baik aja biar lo nggak khawatir."

"Tapi gue juga nggak bisa ngerti buat siapa perasaan gue sekarang, gue cuman ngerasa punya tanggung jawab," imbuh Arshel.

Hera semakin mengernyit, kemudian mengangguk untuk segala ucapan Arshel. Namun, kembali kepada topik awal, apakah ini yang dimaksud terlalu baik pada semua orang? Tapi jika dilihat dari perspektif Hera sendiri, Arshel terlihat sangat mencintai Zia, begitu juga sebaliknya. Mana mungkin laki-laki itu kebingungan membagi perasaannya? Apakah Arshel hanya berkilah? Astaga, Hera terlampau pusing hanya karena memikirkan hal aneh seperti ini.

A R S H E R AWhere stories live. Discover now