30. Escape

477 75 9
                                    

"Harusnya aku memberi ayah pelajaran paling menyakitkan dari sekedar menembak jantung. Kau mati lebih mudah ayah. Seharusnya kau berterima kasih. Ah,tapi seharusnya aku meminta maaf padamu karena telah lancang merenggut nyawa berdosa ini. Tapi apa boleh buat? Semua ini karena ayah." Ungkapnya tanpa dosa.

Aku benar benar tak percaya apa yang tengah ia suguhkan didepan sana. Benar benar bukan Taehyung sekali.

Paman Kang maju selangkah dengan raut kecewanya,"Kim Taehyung,apa yang kau—"

"Penjarakan aku paman. Aku memang pantas mendapatkan itu. Maaf karena telah menghancurkan rencana yang paman buat dengan susah payah. Aku hanya muak melihat manusia penuh egoisme ini hidup dan bernafas dengan mudah. Aku hanya—"

"Tae..." selaku. Agak parau. Kak Rosè dengan sigap menepuk bahuku menguatkan. Ini terlalu mengejutkan. Kupikir Taehyung orang yang—

Dia menoleh,menatapku dengan sendu, "Aku bukan orang yang baik kan,Jen? Ya,memang. Tapi bukankah ayah jauh lebih jahat. Dia membuat ibu kandungku menderita,bahkan ayah tidak sadar bahwa yang telah membunuh ibuku adalah dirinya sendiri. Dia terus menyalahkanku. Padahal aku tidak tahu apa apa. Aku hanya anak yang bahkan tidak tahu apa alasan ia dilahirkan. Aku dibesarkan oleh diktaktor yang mengerikan. Hidupku diatur egoisme. Untuk itu,aku akan sangat berterima kasih jika diktaktor itu mati lebih dulu dibanding aku." Jawabnya.

Kenapa tiba tiba?

Taehyung beralih menatap Jungkook,kemudian birainya mengukir senyum tipis,"Bukankah ini yang kau inginkah,huh? Membunuh ayahku untuk membalaskan dendam gadis yang kau cintai itu. Dunia jadi lebih lucu karena orang asing sepertimu ikut andil dalam dendam seseorang. Rendahan."

Barangkali aku tak salah dengar ketika Taehyung menyebut Jungkook rendahan. Jika dipikir ulang,itu tidak sepenuhnya salah. Jungkook memang orang asing yang ikut andil dalam upaya pembalasan dendam. Dia bukan siapa siapa. Tapi aku mengerti kenapa dia melakukan ini semua. Sama sepertiku,Jungkook peduli. Dia sangat mengkhawatirkan keadaan Park Lili.

Ternyata kami punya hobi yang sama. Gemar ikut campur.

Nyatanya,usahaku yang sebelumnya sebatas mengusut kasus kematian Kak Seokjin dan Hyera,melebar ke wadah pembuktian diri. Kami membuktikan diri masing masing. Memperjelas eksitensi yang kadang tak dihiraukan lingkungan sekitar.

Sebenarnya masalah ini tidak akan sebesar ini jika diatasi dengan baik. Tidak akan ada pertumpaham darah dan korban. Tapi tunggu! Hingga detik ini aku masih tidak mengerti alasan Kim Taehyung mantap melakukan ini. Tentu saja,sudut pandangku terbatas. Aku tidak tahu perasaan Taehyung secara jelas. Aku hanya bisa menganalisa dari raut wajah dan gerak gerik tubuhnya.

Aku bukan Tuhan kalau kalian lupa!

"Woah,dasar psikopat." Sambut Jungkook disertai tawa renyah. Tidak ada hal paling memuakkan daripada melihat raut penuh ejekkan dari seorang Jeon Jungkook.

"Aku psikopat? Bukankah kau dan Park Lili yang jauh lebih pantas mendapatkan gelar itu,huh?!"

Kulihat Jungkook mengepalkan tangannya diam diam. Tanpak marah karena merasa direndahkan. "Apa maksudmu Kim?!" Emosinya meluap. Park Lili masih bungkam. Sibuk bercokol dalam pikirannya yang tak kunjung mendapatkan jawaban.

"Apa yang kumaksud? Bukankah dirimu sendiri yang paling paham? Kau menyiksa semua orang hanya demi dendam bodoh. Kau bahkan membunuh dua manusia yang begitu berarti dalam hidupku. Kau juga menusuk Jennie,kemudian kabur seolah pengecut. Apa namanya jika bukan psikopat? Aah,mungkin maksudmu adalah psikopat pengecut,bukan hanya sekedar psiko begitu?"

Jungkook diam saja. Membiarkan Taehyung meluapkan segala emosinya selama ini. Tapi dia tak sepenuhnya terima,sepertinya ada hal yang harus Jungkook pastikan.

" Taehyung!!" Satu seruan dengan desibel keras mampu membuat Taehyung diam. Ia melirik si sumber suara yang sedang mengatur napas di ambang pintu. Astaga! Itu Jimin. Keadaannya sangat berantakan. Ada beberapa lebam dan juga luka dibeberapa bagian wajahnya. Oh,tatapannya lemah. Jimin terlihat tidak baik baik saja untuk saat ini.

Taehyung menatap lurus sosok disana. Ada banyak kecamuk pun agresi yang memintanya melakukan sesuatu. Taehyung tidak paham. Sama sekali tidak mengerti apa yang kini lelaki itu rasakan. Ada rasa prihatin ketika melihat Park Jimin begitu menyedihkan.

Taehyung teringat masa lalu mereka yang berlangsung manis.

"Aku—"

"Woah,kini kau bersekutu lagi dengan adikmu,Jim?!" Sarkasme itu dilontarkannya dengan begitu mudah,tanpa membiarkan Jimin menjelaskan maksudnya.

Tapi? Lagi?

Apa kejadian ini memang sudah pernah terjadi sebelumnya?

"Sudah kubilang aku tidak pernah membantu Lili melakukan hal buruk lagi. Aku sudah melupakan dendam itu,Tae."

Hening. Seisi ruangan tidak mengerti apa yang mereka bicarakan. Kecuali Park Lili. Lantas dalam detik ke lima selepas kalimat itu mengudara,Park Lili langsung kabur. Menabrak bahu kakaknya dengan sengaja. Secepat itu,Paman Kang dan Kang Daniel langsung mengejar si bungsu keluarga Park. Agaknya meninggalkan tanggung jawab adalah hal paling lumrah dalam hidup Park Lili. Tapi kali ini tidak lagi,dia harus mendapatkan hal yang seharusnya dia dapatkan.

Kini tersisa Taehyung,Jungkook, dan Park Jimin yang tengah sibuk berkonversasi. Berdebat,kemudian saling melempar tatapan sengit. Dan jangan lupakan eksitensi Mattius Park yang sudah tak sadarkan diri semenjak Taehyung menarik pelatuk. Dia tidak mati. Hanya pingsan sebab terlalu terkejut. Sementara Kim Sejeong terbujur kaku dengan darah yang terus mengalir tanpa henti. Dia benar benar sudah mati.

"Psstt...eonnie."

Lisa? Mau apa dia?

Bukankah dia sudah kabur?

Aku menatap tak suka. Masih kecewa luar biasa dengan keputusan Lisa bergabung bersama Jungkook.

"Aku bakal bebasin kalian,para ajudan diluar udah di ringkus polisi dua puluh menit lalu. Ayo keluar,kita lewat jalan rahasia." Terangnya sambil membuka gembok dengan gerakan hati hati. Tanpa menimbulkan suara takut takut jika Jungkook sadar. Untunglah posisi lelaki itu membelakangi jeruji ini.

"Tapi Taehyung," Kak Rosè tampak khawatir.

Lisa mulai membuka pintu jeruji,"Gapapa,Taehyung sunbae pasti bisa lawan pihak Jungkook. Dia nggak sendiri,ada Park Jimin."

Tapi—

"Jungkook udah nggak bisa ngapa ngapain eonnie,tadi pagi Mark tiba tiba batalin kerja samanya. Pokoknya kalian harus ikut aku,keselamatan kalian itu penting. Untuk Om Hae In tenang aja,aku bakal kirim seseorang buat bawa dia ke tempat persembunyian kita. Ayo!"

Sesuatu yang benar benar tidak kusangka. Jujur saja,aku masih ragu karena Lisa menghianatiku. Tapi jika dipikir ulang,dia kelihatan tulus.

Aku menatap gadis berponi itu. Dia tampak menunggu dengan sabar.

Apa aku harus mengikuti ajakannya?

"Jennie ayo! Kita tidak punya banyak waktu." Kak Rosè beranjak keluar dengan hati hati. Aku masih bimbang. Takut jika ini hanya bagian dari rencana Jungkook.

Aku mengalihkan perhatianku pada Taehyung. Mereka berdebat,saling menyerang menggunakan kata kata dan tindakan. Mereka mulai bertengkar. Tapi,aku harusnya membantu Taehyung. Bukan malah pergi seolah mementingkan diri sendiri.

"Jennie ayo!"

"Eonnie ayo! Nanti aku bakal berusaha selamatin Taehyung sunbae setelah ini."

Aku pun mengikuti ajakan Lisa.

[]

Mo end nih😭

[✔] Choose You | Revenge and the pastWhere stories live. Discover now