28. My Self

446 77 27
                                    

Will be end? Or next?

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Will be end? Or next?

Kalian tahu,sebuah dendam akan jadi sangat mengerikan jika dipendam terlalu lama. Dia akan membuat akal manusia buta,dan membuat siapapun hilang kendali hingga melakukan hal hal  bodoh. Mereka akan jadi sangat mengerikan karena kehilangan sisi kemanusiaan dalam dirinya. Sama seperti Park Lili. Dia adalah bukti nyata dari pernyataanku diatas. Tapi,Park Lili juga punya perasaan. Ada sepercik rasa ragu dalam lubuk hatinya saat melakukan ini semua. Tapi dia tidak peduli.

Aku juga punya dendam. Dendam yang coba kulupakan meski rasanya begitu berat. Aku juga punya rasa benci. Semuanya punya sisi gelapnya masing masing. Aku juga terlalu naif karena menyalahkan Park Lili atas apa yang ia lakukan. Secara teknis,dia salah. Tapi sebagai sesama manusia,aku mengerti keputusasaan Lili. Andai aku bisa memutar masa lalu,mungkin semuanya bisa diselesaikan baik baik. Andai saja...

Aku ingat ketika umurku masih sangat belia kala itu,tidak tahu persisnya,tapi ingatan itu tidak bisa kulupakan begitu saja. Aku ingat bagaimana hangatnya mama ketika menyanyikan bait demi bait lagu Turning Page milik Sleeping At Last. Lagunya begitu menenangkan,juga suaranya yang  merdu.

Mama sangat hangat. Dia adalah wanita pertama yang jadi panutanku kala itu. Bagi Jennie kecil,mama terlihat memesona meski  hanya diam atau sedang memasak sarapan didapur. Mama begitu istimewa. Tapi begitu beranjak dewasa,aku sadar bahwa mama bukan sesuatu yang istimewa lagi. Dia berubah. Mama berubah.

Dan puncaknya adalah perceraian kedua orang tuaku. Setelahnya aku hidup penuh kebencian. Aku hidup penuh dengan rasa marah yang kupendam mati matian. Aku rasa,sebentar lagi perasaanku akan kebas saking lamanya memendam amarah.

Aku memang tidak pernah melihat mama lagi sejak hari itu. Tapi,kenapa kebencian ini terus berlarut hingga detik ini?! Malah semakin bertambah!

"Ayo main!" Mark,yang baru saja datang,langsung nyengir ketika melihatku terdiam pasrah.

Aku nyaris menyerah.

Meski papa kerap kali menyakitiku,meski aku membencinya,aku tetap tidak tega melihat papa kesakitan. Aku tidak mau. Aku tidak mau kehilangan satu satunya keluargaku lagi. Aku tidak mau papa meninggalkanku seperti Kak Jaehyun. Tidak! NO!

"Hei,what's wrong with you baby girl? Kau menyerah?"

"Kau—sama saja menghancurkan dirimu sendiri Mark Lee!" Ujarku dengan tatapan sendu. Aku masih tidak mengerti dengan pola pikir Mark Lee. Kenapa dia mau melakukan ini semua demi ayahnya?

Hidupnya sudah banyak menderita bukan. Kudengar,ibunya memilih bunuh diri karena ayahnya tukang selingkuh. Hansu Lee,pemimpin mafia itu lebih suka bergumul bersama wanita wanita muda nan seksi daripada memedulikan keluarganya. Mark pasti sangat tertekan karena kehilangan satu satunya keluarga yang peduli padanya. Terlebih dia anak tunggal. Pasti sangat kesepian.

Mendadak aku ingat diriku sendiri. Aku juga hidup bersama satu satunya anggota keluarga yang kupunya. Kak Jaehyun memilih pergi disaat aku benar benar kalut dengan segala persoalan yang tak kunjung usai. Seharusnya dia tidak pergi. Seharusnya dia membantuku sampai akhir. Seharusnya—dia juga menepati janjinya.

"Menghancurkan diriku sendiri? Kau tahu apa Jennie Kim? Kau bahkan tidak mengenalku secara keseluruhan?! Apa karena kondisi keluarga kita sama,kau mencoba menyamakan hidupku dengan hidupmu,huh?! Kita berbeda! Kehidupanku jauh lebih mengerikan dari apa yang kau duga. Aku bahagia dengan diriku sebagai vampire. Aku bahagia dengan hidupku sekarang ini. Aku bahkan—jauh lebih bahagia saat melihat orang sok tahu sepertimu mati mengenaskan."

Iblis. Ya,Mark memang iblis. Harus kuperjelas berapa kali sampai membuat diriku yang katanya sok tau ini paham. Aku naif. Ya,itu terbukti benar. Aku memang terlalu ikut campur dengan masalah hidup orang lain. Tapi aku peduli. Aku peduli pada mereka. Aku peduli pada segala kesakitan,kebahagian,maupun keadaan genting sekalipun. Aku peduli. Aku dilahirkan sebagai sosok yang peduli. Apa itu salah?

Aku hanya mencoba meringankan beban mereka dibanding bebanku sendiri. Aku hanya tidak ingin semua orang terjebak dalam dendam dan amarah tak tertahankan sepertiku.

Aku hanya ingin berbuat baik. Hanya itu.

Apa itu salah?! Jika memang aku salah. Salahkan aku sebanyak mungkin. Hujat aku. Lukai aku. Atau bahkan bunuh aku jika tindakanku memang begitu menganggu. Aku tidak peduli.

Karena aku ingin jiwaku mati bersama dendam dendam dan amarah yang masih mengangguku hingga detik ini.

"Ya,aku memang tidak benar benar mengenalmu. Aku hanya mendengar kisahmu dari banyak orang dan berita yang beredar. Aku tahu semua itu belum terbukti benar. Tapi aku paham bagaimana perasaanmu Mark Lee. Sejauh,bahkan sekeras apapun kau menampik segalanya,posisi kita bisa dibilang sama. Kau dan aku,sama sama kehilangan anggota keluarga meski dalam konteks  yang berbeda. Perasaan kita nyaris sama Mark—"

Mark tertawa sarkas, "Sama?! Aku tidak membenci ibuku sama sepertimu Jennie! Aku hanya membenci keadaan yang memaksaku berbuat hal yang tak kuinginkan! Aku hanya benci terlahir sebagai seorang pengecut! Aku benci—"

"Kalau begitu hentikan." Selaku cepat. Air mata nyaris saja meluncur tanpa dosa saat aku menatap mata Mark yang penuh kesedihan. Tapi dia pandai sekali bermain ekspresi. Secepat itu,dia langsung terkekeh. Kekehan hambar.

"Aku sudah sejauh ini dan kau menyuruhku berhenti?!"

"Jangan jadi iblis lagi! Kau menyakiti banyak orang,termasuk ibumu." Jawabku.

Tapi Mark adalah Mark. Dia tidak peduli. Hatinya sudah mati. Sekeras apapun aku berusaha membujuknya,dia benar benar tidak peduli.  Mark adalah batu kali yang sukar dipecahkan dengan kapak.

"Kau sangat ingin mati ya." Mark berujar lirih. Tangannya mengambil sesuatu dari balik saku dengan senyum terkembang. Wajahnya merendah,menatap pahaku yang kini terekspos. Haish,aku lupa sedang pakai blouse pendek.

"Mau kuukir pahamu menggunakan ini?" Tawarnya sambil memperlihatkan sesuatu yang baru saja dia ambil dari sakunya. Mataku membola. Cutter?!

"Mark—akh!" Terlambat. Dia sudah lebih dulu menggoreskan cutter itu dipahaku. Perih. Aku tidak bisa memberontak karena ikatan ditanganku begitu kuat. Selain itu,kakiku juga diikat. Jadi melakukan apapun rasanya percuma. Aku tetap tidak bisa lolos dari mahluk mengerikan bernama Mark Lee ini.

Nyaris sepuluh menit aku terus mengaduh kesakitan. Mark tertawa melihat reaksiku. Apa dia memang benar benar psikopat?!

Darah segar mengucur lumayan banyak. Sialan. Lukanya pasti sangat dalam.

Setelahnya Mark benar benar tertawa puas melihat hasil karyanya.

WILL BE END

Akan berakhir?! Apa maksudnya?

"Mark,Sejeong dan Mattius sudah tertangkap!"

Apa ini akhirnya?



[]






[✔] Choose You | Revenge and the pastWhere stories live. Discover now