12

52 10 6
                                    

🎼

Seketika ruangan serba putih dan penuh aroma obat-obatan itu riuh terdengar. Siapa lagi kalau bukan cewek Dora yang merecok tiba-tiba. Dengan wajah merona dan bangga dia memperkenalkan lelaki di sampingnya.

"Kak, Alula."

"Kinan. Kakak udah janjikan, bakal kenalin kamu sama cowok terganteng di komplek rumahku. Tara! Kenalin Wika," katanya merentangkan tangan lebar-lebar di dekat cowok yang disinyalir bernama Wika.

Kemudian lelaki itu menjabat Kinan, dan setia memegangi akuarium bulat di tangan kirinya. Wika beralih menyapa Hara juga Gazy bergantian.

"Oh ini, La." Gazy menilik Wika dari atas hingga bawah. Mengamati sosok yang sering Alula puja-puja disetiap sesi curhat mereka.

"Iya. Gimana, tampankan?"

"Ehem." Wika berdeham keras merasa canggung berada di sana. Apalagi melihat tingkah konyol Alula. Dia malu sendiri.

Bukannya tidak enak hati, Alula justru nyengir lebar. Sejurus kemudian, mengambil alih wadah ikan di tangan Wika, dan meletakkan di atas nakas.

"Ini aku bawain kamu ikan cupang he he. Aku sama Wika nangkep langsung loh di pasar," gurau Alula yang dihadiahi jitakan kecil dari Wika.

"Makasih, Kak."

Makhluk kecil dalam wadah kaca itu berenang lincah. Sirip berwarna keunguan menyapu air dengan indah. Kinan yang melototin ikan tersebut tersenyum senang. Begitu pun semua orang yang ada di sana. Setidaknya itu bisa menjadi teman Kinan di saat kesepian.

Gazy sedikit lega karena adiknya kembali ceria. Ditambah lagi, dia berhasil mewujudkan misi kecil demi Kinan. Gazy lalu melirik Hara di dekatnya yang sibuk bersama Alula. Tak bisa untuk menyembunyikan perasaan aneh dalam diri Gazy, dia mengalihkan pandangan ke arah lain.

Lumayan lama mereka menghabiskan waktu di kamar pasien. Kira-kira satu jam setengah. Pada akhirnya mereka pamitan untuk pulang lantaran senja telah mengganti langit jadi warna oranye. Di sana sudah ada kedua orang tua Kinan, sehingga Gazy bisa mengantar teman-temannya keluar.

"Bye, sampai ketemu besok. Makasih Gazy, dadah Hara." Alula melambai dari luar bersama dengan Wika yang tak banyak bicara. Cowok itu menganggukkan kepala sedikit memberi kode atas tumpangan yang Gazy berikan. Setelahnya kedua cucu adam itu tak terlihat lagi karena mobil Gazy telah melaju semakin jauh.

Kini tinggal dua orang di dalam mobil. Keheningan menyelimuti keduanya. Hara memilih masih memandang ke arah jalanan, sedang Gazy menoleh beberapa kali seolah ingin mengatakan sesuatu.

Canggung! Gazy salah tingkah sendiri. Padahal sebelumnya baik-baik saja. Dia merasa sangat aneh sekarang.

"Kenapa?" tanya Hara memergoki Gazy tengah memandanginya.

"Itu ...," gumam Gazy tak jelas. Lalu menarik napas dalam dan kembali bersuara, "makasih buat hari ini. Karena udah mau dateng nemuin Kinan."

"Santai aja. Aku seneng bisa ketemu dia. Cuma sedikit kaget, ternyata kamu Kakaknya," ucap Hara dengan dahi mengerut.

"Aku juga baru tau, kalo kalian udah saling kenal. Kinan nggak pernah cerita langsung, dan cuma nyuruh aku buat nemuin kamu, dan ya ...."

"Iya dia anak yang baik. Kami berteman sejak  SMP. Tapi semenjak aku lulus, Kinan nggak ada kabar."

"Ceritanya panjang, ak--"

"Aku minta maaf." Hara menyela perkataan Gazy.

"Buat apa?"

"Semuanya. Aku sempet nggak percaya sama kamu, dan curiga. Kelakuan sama tampangmu beneran nyeremin tau," aku Hara mencibir lelaki yang malah terkekeh di kursi kemudi.

"Ya, bukan cuma kamu yang bilang gitu. Alula juga, Kinan, dan banyak orang lain berkata sama kayak kamu."

"Mungkin, kamu harus lebih banyak senyum."

"Seperti ini?" guratan lebar di bibir Gazy membuat Hara tertegun. Hatinya seakan ingin meledak, lelaki itu jadi terlihat manis sesuai ekspektasinya.

"Iya. Berhenti senyum sekarang," suruh Hara cepat karena ia merasa tak baik untuk kesehatan jantungnya.

Suasana mulai mencair dan rasa kikuk mendadak pudar. Baik Gazy dan Hara tak sungkan bercerita tentang rahasia mereka, yang semuanya berkaitan dengan Kinan. Di sepanjajang perjalanan menuju rumah Hara, mereka terus larut dalam percakapan menarik.

Kedatangan Hara ke rumah sakit adalah bentuk permintaan Kinan pada kakaknya-Gazy. Dulu
gadis itu pernah berteman dengan Hara sejak sekolah menengah pertama. Meski terpaut usia satu tahun, tak membuat perbedaan berarti. Terlebih keduanya semakin akrab saat mengikuti ekskul yang sama di drumband. Dari sana hubungan mereka terus berlanjut. Hingga pada akhirnya, Kinan menghilang tanpa kabar, dan Hara pindah rumah.

Hampir setahun mereka lost contect karena alasan masing-masing. Kinan harus putus sekolah karena penyakit yang dideritanya-leukimia. Dia tidak bisa melanjutkan sekolah dan beraktifitas normal selayaknya remaja sebaya. Kinan lebih banyak menjalani perawatan di rumah sakit dengan rangkaian kemotrapi, dan berbagai pengobatan demi kesembuhan dirinya.

Di titik inilah Kinan amat frustasi dan melupakan kehidupan nyatanya, dan mengisolasi dari dunia luar.

Penyakit Kinan sudah parah dan dia diprediksi tinggal memiliki umur tujuh bulan lagi. Maka, sebelum benar-benar pergi ke alam lain. Kinan memiliki permintaan yang hanya bisa dilakukan oleh kakaknya. Hingga sampailah Gazy terus membuntuti Hara ketika di sekolah. Semua demi keinginan Kinan semata. Namun, perlahan rasa dalam diri Gazy tumbuh ketika berada dekat bersama Hara.

"Nah, sampai. Aku turun sek--"

"Tunggu, Ra," cegah Gazy saat Hara hendak keluar dari mobil.

Hara menunggu dengan tatapan heran. Sementara Gazy membuka dasbor mobil, dan mengambil sebuah kotak berwarna merah. Dia menyodorkan pada Hara.

"Buat kamu."

"Terima kasih. Ini juga kesukaanku," jujur Hara seraya menerima pemberian Gazy. Kemudian melesat turun. Saling melempar senyuman.

Sedetik selanjutnya, mobil hitam itu melaju pergi. Hara terus memandanginya sampai kendaraan tersebut hilang di ujung jalan. Lalu beralih pada sekotak pocky rasa coklat di tangannya.

"Manis."

Rasa Kedua#TeenficProject✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang