11

21 10 1
                                    

🎼

“Kinan, kali ini... tunggu sebentar lagi."

Gazy berucap pelan di sisi ranjang. Memandangi sosok cewek yang tengah tertidur pulas. Tangan Gazy tak henti menggenggam jemari gadis itu. Dia bangkit beralih mengelus puncak kepala cewek tersebut dan mengecup sebentar keningnya. Lalu, berlalu keluar dari ruangan.

Langkah pelan tetapi lebar Gazy jaga perlahan, supaya tidak membangunkan dua makhluk lain di sisi ruangan.

Jam masih lumayan pagi, Gazy tidak bisa menunggu lebih siang lagi. pasalnya, semalam pun dia tidak bisa tidur dan beberapa hari yang lalu juga sama. Waktu istirahatnya tidak teratur, sampai dirinya sendiri tak terawat dan tampak lusuh.

Pukul tujuh kurang sepuluh menit, Gazy sampai di sekolah dengan mengendarai mobilnya. Tentu itu hasil bajakan milik papanya yang masih terlelap. Kalau ketahuan pergi membawa mobil tersebut pasti akan mendapat masalah. Dia tidak peduli. Saat ini hanya ada satu prioritas saja, demi mengabulkan permintaan kecil dan berarti besar bagi Kinan.

Halaman sekolah belum terlalu ramai pagi ini. Namun, cukup dikatakan ada sebuah kehidupan di area tersebut.

Dia yakin, kalau siswi yang dicarinya sudah berangkat juga seperti biasa. Dari mana Gazy tau? Tentu saja dia telah menguntit dan memperhatikan gerak-gerik targetnya beberapa hari terakhir, tanpa sepengetahuan siapa pun.

“Gaz, halo. Kamu masuk sekolah juga hari ini.”

Tiba-tiba Alula muncul dari arah belakang. Gazy tersenyum tipis melihat keceriaan temannya itu.

Kalau melihat sosok mungil yang suka bicara seperti ini, Gazy jadi teringat Kinan. Gadis lugu juga polos yang selalu mengekori Gazy pergi.

Selama absen tiga hari banyak tugas juga pemberitahuan yang terlewati. Bahkan panggilan bertubi-tubi datang dari Alula. Gadis mungil yang selalu kepo akan kehidupannya yang tertutup. Dari cewek itu pula, Gazy tahu beragam informasi perihal sekolah yang terlewati. Meski tidak akurat seratus persen membagi berita, setidaknya Alula benar-benar membantunya untuk terus melanjutkan sekolah. Berkat Alula juga, Gazy bisa semakin bersemangat menyelesaikan misinya untuk mendekati Hara.

“Malah diem. Aku tuh nanya, Gazy.” Alula mendekat sambil mengangkat lengannya. “Lihat kamu abis dari mana sih? Berantakan banget kaya nggak mandi berhari-hari,” katanya seraya menyentuh surai Gazy.

“Itu … nanti aku ceritain.”

“Apa Kinan baik-baik aja?”

“Heum. Aku harus segera ketemu Hara, La.”

Berbicara tentang Hara, dia sudah tidak sabar. Sampai bela-belain datang pagi. Dirinya refleks melangkah ketika menangkap sosok berkucir kuda baru menaiki anak tangga. Kontan secepat kilat Gazy berderap ke sana.

“Hara!”

Yang dipanggil menoleh dengan dahi berkerut. Ekspresinya lumayan aneh, menatap iris gelap Gazy penuh tanya. Anak yang ditunggunya beberapa hari ini akhirnya muncul juga, tetapi Hara sudah tak berselera membicarakan hal itu lagi.

^0^

“Ini pegang.”

“Aku?”

“Apa di sini ada orang lain lagi?”

“Nggak … tapi in--”

“Buruan, kita masuk.” Hara sedikit tersipu juga gagap.

Tuhan! Cowok di sampingnya ini sangat tidak terduga. Apalagi saat Gazy menyodorkan buket dengan aneka warna bunga dominasi kuning. Bunga matahari di genggamannya tampak Indah. Ini sedikit aneh bagi Hara. Seolah mereka, tidak maksudnya Gazy akan menembak seorang gadis.

Rasa Kedua#TeenficProject✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang