Hara sedikit kesal karena Alula tak bisa menemaninya pergi. Cewek Dora itu beralasan akan menyusul setelah bertemu Wika-temannya. Jadi terpaksa Hara hanya pergi berdua bersama Gazy ke tempat yang ia sendiri pun tak tahu ke mana.

Perasaan curiga dan was-was tentu ada, tetapi berkat jaminan singkat dari Alula. Gadis berkuncir itu percaya saja. Sebab, Alula sendiri pun sudah pernah ke tempat ini. Jadi Hara pasrah untuk kesekian kalinya, dari pada Gazy memaksanya seperti tadi pagi.
.
.
Tadi Hara sempat melihat Gazy bersama Alula. Mata tajamnya bisa menangkap secuil adegan dari keduanya di parkiran. Waktu yang kurang tepat karena bersamaan dengan itu, ada gelenyar aneh menggores uluh hati. Hara semakin tidak waras saja kalau berinteraksi dengan Gazy.

Apa dia cemburu? Bukankah sangat tidak benar?

Hara menggelengkan kepala. Sepertinya dia butuh ke dokter untuk memeriksakan diri.

“Apa?” tanya Hara sedatar mungkin. Malah, terdengar ketus.

Belum ada jawaban dari Gazy. Perlahan dia menaiki anak tangga satu persatu tanpa bersuara. Hingga membuat Hara semakin tak paham. Namun, siswi itu belum beranjak. Entah mengapa kakinya terpaku di tempat. Meski bibirnya enggan meladeni Gazy. Nyatanya, dia sendiri tak tahu akan perasaannya sekarang.

Tinggal menyisahkan satu anak tangga, dan sekali melangkah jarak di antara mereka hilang. Sungguh dari dekat tampang lelaki yang dijuluki preman terbukti benar. Dandanannya yang tidak normal menambah kesan seram di mata Hara.

Dia terlihat seperti gembel yang habis tawuran; rambut acak-acakan tidak di sisir, baju kusut seakan tidak ganti pakaian untuk waktu yang lama, raut sayu dari wajahnya yang lelah, dan kantung yang melingkar hitam di bawah matanya. Meskipun begitu, sisi tampan Gazy tetap tak bisa dipungkiri.

Mau ngapain dia?

Gazy menyorot netra Hara lekat-lekat. Sementara, gadis itu mengeryitkan dahi dengan desiran lembut di dadanya. Seperti sengatan listrik yang membuatnya terkejut kecil. Terlebih saat Gazy menjatuhkan kepalanya ke pundak Hara. Refleks Hara berusaha menghindar, tetapi Gazy langsung menahan gerakan lengannya.

“Sebentar aja, Hara. Biarin kayak gini ….”

“Ha?!”

Tidak bisa untuk bersikap biasa. Kepala Hara blank, mendadak seperti orang linglung yang tak tahu harus berbuat apa. Gemuruh di dadanya semakin tak terkendali, dia merasa Gazy bisa mendengar detak jantungnya dari jarak sedekat ini.

Sungguh memalukan! Hara tidak bohong sama sekali. Bahkan dia tidak pernah mengalami kejadian begini. Ada yang aneh menjalar di seluruh tubuhnya.

“Hei, kamu apa yang kam—“

“Ikut aku sebentar aja.”

“Nggak mau. Kamu kenapa sih?” tanya Hara berusaha menetralisir diri. Sangat menakutkan jika membayangkan ke depan dan memikirkan tingkah Gazy barusan. Dia bingung bagaimana memberitahu cowok itu.

“Menyingkir dari bahuku,” pinta Hara seraya mendorong kepala siswa itu supaya menjauh. “Kalo nggak aku bakal teriak, dasar mesum!”

Sangat tidak nyaman dan aneh dalam kondisi sekarang. Apalagi siswa-siswi yang melihat adegan tersebut terus melayangkan tatapan yang tak bisa Hara artikan. Mungkin mereka mengira kalau Hara dan Gazy memiliki hubungan spesial!

Kemudian Gazy mengangkat kepalanya dan berdiri tegak. Dia menarik napas dalam sebelum berujar, “Teriak yang kenceng. Biar semua orang tau sekalian. Aku cuma minta kamu ikut aku sebentar. Ada yang mau aku tunjukin. Kamu bakal menyesal kalo tetap nolak, terutama aku yang bakal terus nyalahin kamu, Ra.”

Rasa Kedua#TeenficProject✔Where stories live. Discover now