ARSENA: CHAPTER 6 ✔

Start from the beginning
                                    

"Akakzjhxjxjdjsjsbx."

"Lo ngomong apa, sih?" kesal Regan pada Doni karna berbicara tak jelas. Sedangkan Doni juga kesal, sudah tau ia sedang sariawan.

"Sariawan tuh, bocah," kata Elang tanpa ada nada di suaranya. Datar, iya kayak hubungan kamu sama dia. Gak ada romantis-romantisnya.

"Lo gabisa mendem ini terus-terusan. Kalo emang sayang, ya lo perjuangin, inget! Cinta butuh perjuangan." Elang pun berusaha mengingatkan, para sahabat Regan sudah tau perasaan Regan dan Sena selama ini.

Arkan dan Doni menatap Elang kagum, akhirnya Elang berbicara panjang lebar. Tapi mereka berdua lebih memilih diam. Jika diingatkan Elang malah jadi malas berbicara bak orang sakit gigi.

"Tapi kalo gue nyatain perasaan gue ke Sena dan dia nya nolak, yang hancur bukan cuma hati gue aja. Tapi persahabatan gue sama Sena yang kita bangun dari kecil juga akan hancur." Perkataan Regan memang benar, bahkan 100% benar. Beberapa orang, mungkin akan ilfeel jika ditembak oleh orang yang ia tak suka.

Regan adalah sahabat Sena, bahkan mereka bersahabat dari orok. Jika Sena tak mau Regan mencintainya, saat Regan tembak Sena pasti ditolak. Kemungkinan besar Sena akan menjauh dari Regan.

"Gan, dimana ada kemauan disitu ada jalan." Arkan menepuk bahu Regan berkali-kali meyakinkan sahabatnya.

"Thank's, lo semua udah selalu ada buat gue." Regan tersenyum ke arah Arkan, Doni dan Elang.

"Yoi bro, itu gunanya sahabat!"


🍂🍂🍂

"Psst! Regan, ini lagi pelajaran pak botak kok lo malah tidur sih." Sena menggoyang-goyangkan lengan Regan yang matanya masih terpejam. Ia menelengkupkan wajahnya di lipatan tangannya.

"Regan, ishh!" Sena terus berupaya membangunkan Regan, tapi Regan tak kunjung bangun dari tidurnya.

"Apa?" tanya Regan datar membuat Sena bingung sendiri.

"Itu pelajaran pak botak, jangan tidur nanti dihukum," bisik Sena dan Regan hanya membalas dengan dehaman saja.

Sena tak mempersulit itu, ia langsung memperhatikan guru didepan yang sedang menjelaskan.

5 jam berlalu, bel pulang berbunyi. Pelajaran pun telah usai, ini lah waktu yang sangat mereka, siswa siswi SMA Cahaya tunggu-tunggu.

Teett! teeet!

Padahal bel pulang sudah berbunyi, namun pak Didi selaku guru Matematika belum menyelesaikan materinya dan itu membuat murid-murid mengeluh dan mengumpat dalam hati kecilnya.

"Baiklah, ada pertanyaan?" tanya pak Didi membuat Sena mengacungkan jari telunjuk nya.

"Iya, Sena?" tanya pak Didi.

"Kapan pulang, Pak?" tanya Sena polos membuat seluruh kelas menatap Sena berbinar. Akhirnya ada yang angkat suara.

Pak Didi melirik jam tangannya, ia baru sadar sudah bel pulang. "Baiklah, kita sudahi pelajaran hari ini. Selamat siang." Tampak pak Didi sudah menghilang dari bumi. Eh ralat, dari kelas maksudnya.

Seluruh penghuni kelas Sena bersorak kegirangan. "Gila Sen, otak lo encer banget dah," puji Alira. Saat ini Sena bagaikan pahlawan yang menyelamatkan rakyat jelata.

ARSENA [COMPLETED] ✔Where stories live. Discover now