[8] Konsekuensi Hati

265 107 61
                                    

"Banyak yang patah sebelum tumbuh, banyak pilu sebelum bersatu."

***

~Happy reading!

   Keyra menatap ke arah sumber suara. Perlahan ia membalikkan badannya, ia menatap lekat ke arah siapa sosok yang berbicara tadi.

"Andra!" pekik Keyra.

Andra tersenyum sinis lalu pergi meninggalkan Keyra dan teman-temannya.

"Apa mungkin Andra melihat kejadian tadi pagi? " tanya Keyra dalam hati.

Keyra termenung meratapi punggung Andra dari kejauhan. Pagi ini, sikap Andra begitu berbeda.

***

Andra menyeruput jus jeruk miliknya. Semangkuk mie ayam sudah tersaji di depannya. Di depannya, sudah ada 2 sahabatnya, Erik ketua kelasnya Keyra dan Reynal teman kelasnya Andra.

Rey sedang sibuk dengan saos yang sedari tadi tak kunjung keluar dari tempatnya. Sementara Erik sibuk memainkan game online di ponselnya.

Rey meletakkan botol saus yang ia pegang dari tadi. Lalu mencolek tangan Andra yang sedari tadi sibuk melamun dengan posisi tangan di pipinya.

"Dih, lo normal Rey? jangan bilang lu gay?" timpal Andra terkaget kaget dengan perlakuan sahabatnya itu.

"What? Rey lo Gay?" sambar Erik sembari menghentikan aktifitas ngegamenya tadi.

"Wanjir, kalian salah paham nih!" bentak Rey tak menerima tuduhan dari kedua sahabatnya itu.

"So?" tanya Andra.

"Jadi, tadi gue mencolek tangan lu cuma karena...," ucapan Rey tergantung.

"Karena?" tanya Erik dengan ekspresi super keponya.

"Ah dahlah, enggak penting!" ketus Rey.

"Pokoknya lo gay," ledek Andra tak mau kalah.

Rey tak menjawab, ia memilih untuk diam menerima segala ledekan dari kedua sahabat kamvretnya itu.

***

   Dengan langkah ringan, Keyra masuk ke dalam kelas, ia tahu bahwa jam terakhir sudah mulai sejak 5 menit yang lalu. Bukan tanpa alasan Keyra datang terlambat melainkan ada yang harus ia diskusikan bersama anggota PMR lainnya. Meskipun ia termasuk salah satu siswa yang kurang bergaul, tapi ia juga bisa tertarik untuk mengikuti exschool di sekolahnya terutama, PMR.

Tok tok...
"Assalammualaikum," sapa Keyra sembari mengetuk pintu kelasnya.

"Waalaikumussalam neng," balas Erik.

"Lah kok lo? Bukannya hari ini jamnya pak Rangga?"

"Iya emang, tapi hari ini ada rapat sesama guru kata beliau tadi."

"Owalah jadi hari ini enggak belajar dong," ujar Keyra memperlihatkan wajah lesunya, padahal dalam hati ia gembira sekali, seakan akan mulutnya ingin bersorak, "merdeka!"

"Kata siapa?" sahut Erik.

"Gue lah. Emang kalau kita belajar nih, kita mau belajar apaan?"

Soal Kita (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang