[4] Inikah Cinta?

422 172 79
                                    

"Puisi adalah caraku menjabarkanmu, dengan kata yang tak dapat diserap oleh logika. Namun, mampu dipahami oleh rasa."

    Hari sudah semakin sore. Sepertinya, sebentar lagi matahari akan tertidur pulas dan tergantikan oleh sang rembulan yang senantiasa menyinari malam. Mereka bertiga keluar dari Restoran kemudian langsung pulang menuju rumah mereka masing-masing.

"Kakak duluan ya, daaaah," ujar Nasyila lalu pergi meninggalkan 2 sejoli itu.

"Heh bego, ngapain lo pake ngaku-ngaku kalo gue ini pacar lo hah?!" celetuk Keyra sembari menatap tajam ke arah Andra.

"Memangnya kenapa ada yang salah?" tanya Andra dengan santainya tanpa merasa bersalah sedikit pun.

"Bego! pake nanya lagi. Ya jelas-jelaslah lo salah," omel Keyra tak mau kalah.

"Oh gue paham. Gue salah karena gue bilang ke Kak Nasyila kalo lo itu pacar gue kan?" tanya Andra.

"Nah itu tau!" ketus Keyra.

"Terus lo marah?" tanya Andra sembari menatap mata Keyra.

"Ck, nanya lagi. Iya jelaslah gue marah!" kesal Keyra.

"Biar enggak bohong. Gimana kalo lo beneran jadi pacar gue?" tanya Andra disertai dengan senyum manisnya.

"Cih, becanda lo enggak lucu tau gak!" kesal Keyra lalu pergi meninggalkan Andra.

Andra tersenyum menatap kepergian Keyra.

"Kita lihat kedepannya," lirih Andra sembari meratapi kepergian Keyra.

***

    Suasana malam yang begitu terang. Gemerlap bintang bertaburan menemani rembulan di atas sana yang sedang kesepian, mempercantik suasana malam ini, dengan udara dingin yang cukup menusuk ke dalam tubuh, namun Andra sangat menyukai suasana seperti ini.

Andra sedang duduk dibalkon rumahnya mengamati suasana sekitar yang indah, dengan perasaan tenang tanpa beban sedikitpun.

"Keyra, keyra," gumamnya pelan sembari tersenyum menatap langit malam.

"Uhuy, ciecie yang lagi kasmaran," sambar Nasyila dengan kedatangannya yang tiba-tiba.

"Eh dasar lo ya. Lagi enak-enaknya, eh lo malah ganggu aja deh," gerutu Andra kepada Nasyila.

"Hehe, iya maaf. Kamu sih dari tadi dipanggil enggak nyaut soalnya, makanya Kakak masuk aja tanpa sepengetahuanmu," jelas Nasyila.

   Andra tak merespon perkataan dari kakaknya itu. Ia memilih untuk mengambil oleh-oleh yang dibawakan oleh kakaknya berupa gitar. Selama 6 bulan lebih ia mengikuti kursus bermain gitar di tetangganya. Kini ia sudah bisa memainkan gitar dengan begitu lancar.

   Nasyila tersenyum manis melihat adiknya yang terlihat begitu bahagia malam ini.

"Paan sih Kak? Ngeliatnya kok gitu amat dah," sewot Andra yang sedari tadi merasa risih dengan tatapan aneh dari Nasyila.

"Gue cuma bahagia aja liat kamu sebahagia ini dek," balas Nasyila dengan senyumannya yang masih merekah.

"E-anu Kak. Sebenarnya, gue enggak pacaran kok sama Keyra," jelas Andra kikuk.

"Kakak tahu kok dek," balas Nasyila santai.

"Tahu darimana?" tanya Andra penasaran.

"Kakak tahu dari tatapan mata kalian. Kan Kakak anak jurusan psikolog, tentunya Kakak bisa tahu melalui gerak gerik kalian," jelas Nasyila mantap.

Soal Kita (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang