37. Bohong

722 45 0
                                    

Happy Reading!

.

"Nevin pulang aja, nggak papa kok."

Cowok di samping Hizla itu menggeleng. "Udah sana selesaiin urusan lo, gue tunggu."

Hizla melepas seatbelt yang ia kenakan, kemudian membuka pintu mobil ini. "Tapi jangan ikutin Hizla ya?" Serunya memastikan.

"Iya.."

"Sip! Hizla kesana dulu, bye!"

Dengan ceria, Hizla masuk ke dalam kafe. Ia melihat ke seluruh penjuru kafe untuk menemukan orang yang harus ia temui. Tapi sepertinya orang itu belum datang. Akhirnya, ia memutuskan untuk duduk di tempat kosong yang berada di pojok kafe ini. Belum lama ia duduk, ponsel yang sedari tadi ia genggam bergetar. Dengan cepat, Hizla menerima panggilan itu.

"..."

"Iya, Hizla udah di kafe nih."

"..."

"Ohh, yaudah Hizla ke atas."

Tut

.

"Hai, Hizla nggak telat kan?"

Orang di hadapan Hizla tersenyum tulus. "Enggak, gue juga baru sampai."

"Hmm, bagus deh."

"Oh iya, gue udah pesenin lo minum nih. Lo suka jus tomat kan?"

"Iya, Meira bisa tau dari siapa?"

"Steffany."

"Hm." Hizla mengangguk-anggukan kepalanya.

Inilah alasan kenapa Hizla hanya ingin Nevin mengantarkannya saja, ia tak ingin Nevin bertemu Meira. Iya, seperti keinginan Nevin sejak lama.

"Steff nggak kesini?"

"Tadi katanya mau kesini kok, mungkin sebentar lagi datang." Meira tersenyum tipis. "Lo kesini sama Vano ya? I mean.. Nevin."

"Eng-gak kok, Hizla sama abang ojol. Eh maksudnya naik ojek online." Jawab  Hizla, gugup.

"Ohh, kenapa nggak sama Nevin? Dia nggak mau ketemu gue ya?" Tanya Meira kemudian terkekeh. "Mungkin, dia akan benci sama gue. Selamanya."

Hizla terdiam sebentar, ia berusaha menyusun kata-kata dengan serapih mungkin agar tidak salah bicara. "Ah, nggak mungkin lah Mei. Kan udah saling memaafkan. Lagian Hizla nggak bareng Nevin, karena dia ada latihan basket." Bagus, Hizla berbohong lagi. Ia akan merasa sangat menyesal nanti. Dan pasti akan meruntuki dirinya sendiri.

"Ohh." Meira meminum orange juice yang ada di depannya sedikit. "Lo waktu SMP satu sekolah sama Steffany ya?"

Hizla tersenyum, dan mengangguk. "Iya, bahkan satu kelas. Walaupun nggak begitu akrab sih."

Meira terkekeh. "Emang gitu sih anaknya, susah temenan."

"Meira udah dari lama ya, sahabatan sama Steff?"

"Sekitar tiga tahun, waktu itu kita ketemu di perlombaan melukis gitu."

"Oh! Kelas delapan ya? Di Ganesha?"

"Iya, lo tau?"

"Tau dong, Hizla juga ikut, tapi olimpiadenya."

"Oh ya?"

Hizla mengangguk yakin. "Iya, Hizla ikut fisika."

"Hmm, keren."

Kedua perempuan ini terus mengobrol, dan saling bertanya apa yang ingin mereka masing - masing ketahui dari lawan bicara mereka. Hizla memang orang yang paling mudah bergaul dengan orang yang baru ia temui.

HizlaDonde viven las historias. Descúbrelo ahora