27. Menyendiri

1.2K 55 6
                                    

Happy Reading..!!

Hizla sekarang terlihat melamun, gadis itu sedang memikirkan apa sebenarnya kesalahan yang dirinya lakukan kepada Steffany? Luna sudah meminta pada teman-temannya untuk tidak bertanya, ataupun mengajak Hizla berbicara dulu. Wajah mereka tampak sangat penasaran dan terus meminta Nevin untuk menjelaskan apa yang terjadi. Tapi Nevin sama sekali tak menjawab.

Suasana canggung menyelimuti ke - enam orang sahabat ini. Teman sekelas mereka pun menatap mereka heran. Memang jarang sekali Hizla, Leo, Luna, Devan, dan Kennan serta Nevin diam begitu saja, tanpa bersenda gurau.

"Woy! Kalian ngapa diam - diaman? Kalo ada masalah, selesaiin." Seru salah seorang murid di kelas ini — Reno. "Sepi banget ni kelas."

"Kerjain tugasnya." Seru Leo, yang sedari tadi memang mengerjakan tugas karena ia tak ingin membuang - buang waktu

"Yaelah, galak amat."

.

Nevin masih menatap gadis yang duduk didepannya. Lagi - lagi, ia merasa bersalah. Hizla yang bahkan sama sekali tak tahu menahu tentang hal ini menjadi terlibat. Apa ia lebih baik meng-iya-kan ajakan Steffany, agar masalah ini cepat berakhir dan berlalu?

Dan ia ajak Hizla untuk ikut bersamanya?

Tidak, itu ide buruk. Bagaimana bisa, ia terpikir akan hal itu?

"Vin, ceritain Hizla kenapa?" Tanya Devan untuk kesekian kalinya, dan Kennan ikut mendengarkan

"Tadi waktu gue keluar dari toilet, ketemu sama itu. Taulah siapa."

"St-"

"Nggak usah disebutin." Nevin membenarkan posisi duduknya. "Jadi, gue udah tau alasan sebenernya kenapa cewek itu ngejar gue buat jadi temennya. Gue nggak nyangka, bener - bener nggak nyangka dengan alasan yang dia ungkapin."

"Nah waktu didepan toilet tadi, mungkin karna dia hampir putus asa dan nggak tau mau bilang apa lagi. Dia bawa bawa Hilza, gue kaget. Kaget banget, waktu dia ngomong itu. Dan hal yang buat gue lebih kaget itu..."

"...waktu Hilza tiba-tiba muncul."

"Cewek itu bilang Hizla apa?" Tanya Kennan.

"Sesuatu, yang buat Hizla jadi sakit hati."

"Tapi jarang banget Hizla tau kalo dia diomongin, dan dia nangis." Ujar Devan.

"Ya kali ini, dia kan denger sendiri sapi!"

"Nanti, pulang sekolah kita ngobrol lagi kuy."

Nevin, Kennan, Leo, dan Luna dengan kompak langsung menatap Devan.






















"Ngeliatnya santuy dong, dedek takut."





"Najis."

***

Hizla berusaha tidak memikirkan hal tadi. Di koridor ini, sudah sepi. Memang ia sengaja menunggu hal itu sejak tadi. Gadis ini tak ingin langsung pulang ke rumahnya. Ia ingin menyendiri di suatu tempat, tapi dimana? Ia akan memikirkannya seraya berjalan.

Ponsel ia matikan. Benar, Hizla sangat ingin merasa tenang. Tak ingin terpikir beban apapun dulu.

"Hilza?"

Itu suara Nevin, ia tau.

Hizla menengok. "Kok Nevin belum pulang?"

HizlaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang