10. Sebuah Rasa

1.9K 86 1
                                    

"Apa Lo percaya, suatu hari nanti, lo akan suka sama gue?"

"Hizla percaya, karena perasaan suka bisa dateng disaat yang nggak terduga."

"Dan lo nembak gue."

"Eh eh! Kalo itu Hizla nggak percaya."

Aneh.

Memang aneh, Hizla masih memikirkan tentang pertanyaan Nevin tadi malam. Walaupun ia sudah menjawabnya tapi ia masih belum puas karena dirinya belum mengenal Nevin lebih dalam.

Apalagi dengan ucapan Nevin selanjutnya tentang Hizla percaya atau tidak kalau suatu hari nanti Hizla akan mencintai cowok itu.

Nevin dimata Hizla masih belum terlihat jelas bagaimana sifat aslinya.

Cowok itu terkadang pemarah dan menyeramkan namun tiba-tiba menjadi baik, sangat baik. Sifat yang dengan cepat berubah membuat Hizla bingung, sungguh!

"Makan nasi bareng kucing." Ken melontarkan pantun di depan Hizla dan teman-temannya.

"Cakep.." Sahut teman di sekeliling Hizla.

"Kenapa si kok keliatan pucing?" Lanjut Ken dengan wajah sok imut.

"Nyesel gue nyaut." Seru Devan.

Hizla menghela napasnya kasar. "Hizla nggak papa kok."

"Wah, jawaban ini!"

"Kata kata terseram."

"Kenapa harus itu?!"

Leo, Ken dan Devan nampak dramatis dengan kalimat yang baru saja mereka ucapkan.

Hizla meminum jus tomatnya, ia memijit pelipis kirinya. Kepalanya terasa pusing. "Kalian kenapa sih??"

"Lah dia malah tanya balik." Pinta Ken dengan heran.

"Disini tuh yang keliatan pusing Hizla tapi ternyata yang nggak sehat itu kalian." Sahut Luna dilanjut dengan kekehan kecil.

"Lo itu nggak ngerti Lun! Setiap cowok tanya ke cewek dan dia cuma jawab nggak papa itu bikin kita bingung harus ngapain."

"Kalian aja yang nggak peka!"

* * *

Mata Nevin masih terpaku pada buku yang sedari tadi ia baca. Ia berada di perpustakaan sekarang, dan tempat inilah yang menjadi tempat favorit Nevin di sekolah ini. Kata demi kata ia cermati, dan kalimat demi kalimat ia berusaha pahami.

"Ehkem."

Suara perempuan yang bertahan di depan Nevin, membuat Nevin mendongak dan melihat ke perempuan itu.

"Lo anak baru ya?"

"Ya." Balas Nevin singkat, dan kembali membaca buku yang ia pegang.

"Singkat amat jawabnya, gue ganggu ya?"

"Iya, lo ganggu. Pake nanya."

Jleb

Dalem

"Tajem ya kalo ngomong, dan gue suka."

.

Nevin masih menatap bangku kosong di depannya. Dimana gadis itu? Gadis yang tidak pernah ia sebut namanya dengan benar. Hizla, ia tak melihatnya saat istirahat. Bukannya ada hal wajib yang harus dilakukan Hizla saat istirahat? Iya! Berkumpul dengan temannya dan minum jus tomat. Kemarin pada jam yang sama seperti sekarang Hizla pasti sudah kembali ke kelas, tapi kemana sekarang? Kenapa Nevin menjadi khawatir?

HizlaWhere stories live. Discover now