Semua bahan-bahan telah siap. Begitu juga dengan bumbu. Sekarang pun jam sudah menunjukan pukul 2 siang. Namun, mereka masih bersantai. Karena, katanya mereka akan memulai membakar barbeque-nya pada jam tujuh malam nanti.

Di dalam basecamp ada empat ruang. Dua kamar tidur, satu kamar mandi, dan sebuah ruang tamu. Memang, basecamp mereka itu rumah kecil yang berada di taman belakang rumah Radit.

Di kamar pertama, adalah tempatnya perempuan. Meski memang hanya berdua. Mereka nampak sangat bising. Sepertinya kegiatan yang dilakukan mereka tak jauh dari ghibah, stalking oppa-oppa korea bahkan mantan, menonton drakor, dan mungkin memakan cemilan.

Sementara di kamar kedua, adalah tempat para lelaki. Radit dan Kenan sedang memainkan permainan yang ada di ponsel. Sementara Ares, Dimas, dan Raka sedang memainkan permainan osom.

Seperti permainan suit lainnya. Yang berawal dari hompimpah sebagai mantra. Lalu, semua pemain mengeluarkan tangan mereka. Bisa jadi kertas, yang disimbolkan dengan kelima jari. Batu, yang disimbolkan dengan mengepalkan tangan. Dan, gunting dengan simbol dua jari--jari telunjuk dan jari tengah. Lalu, yang kalah menaruh sebelah tangannya dilantai. Dan sebelah tangannya lagi memainkan suit bersama pemain lainnya.

Jika ada yang kalah lagi, dia harus menaruh tangannya di lantai. Lalu, bersuit dengan sebelah tangannya. Dan sampai seterusnya. Lalu berakhir sebagai pemenang terakhir akan memukul tumpukan tangan.

"Sialan, lo mukulnya terlalu keras, Ka!" sungut Dmas.

"Tau, KDRT nih namanya," timpal Ares menyutujui Dimas.

"Kalau pelan, berarti gue cewek dong. Bukannya laki!" bela Raka pada dirinya sendiri.

"Wahaha, kalah kan lo sama gue! Jangankan elo, Dimas aja kalah push rank sama gue!" gelak Kenan tertawa ria. Yang tadinya Ares, Dimas, dan Raka sedang bertengkar. Merek menoleh ke arah Kenan.

"Aish, lo ngapain bawa-bawa nama gue, ha?! Ayok, sini gue buktiin skill gue udah meningkat!" tantang Dimas berani.

Kenan terkekeh. "Kalau kalah harus makan lima bungkus boncabe. Siap?"

Dimas gelagapan. Pasalnya, dia tidak suka makanan pedas. Duh, makanan pedasnya saja tidak suka. Apalagi boncabenya?!

"Nggak berani kan, lo?" tebak Kenan terkekeh.

"Gue terima!" cetus Dimas setuju. Mereka semua pun bersorak ria.

10 menit kemudian,

"SIAPIN 5 BUNGKUS BONCABE!" pekik Kenan gembir diatas kesengsaraan Dimas.

"AYOO!!"

"KUY!!"

"GAS KEUNN!!"

Brak!

Tiba-tiba pintu terbuka dengan keras. Menampakkan dua orang perempuan dengan wajah hijau mereka. Dan jangan lupakan asap yang keluar dari kedua telinga dan lubang hidung mereka.

"BUTO IJOOO!!" pekik Ares histeris. Lalu disusul oleh semua kaum lelaki yang ada didalam kamar tersebut.

"Nggak ada akhlak ya lo semua! Pake ngatain kita buto ijo lagi!" maki Celin berkacak pinggang.

"Tau nih, kudet lo semua. Ini tuh masker wajah! Makanya jadi orang kaya. Biar perawatan!" ucap Keisha sarkas.

Lalu, Celin dan Keisha saling menatap. Kemudian mengangguk.

"Serang!!!" intruksi Keisha lalu dia dan Celin menyerang seluruh lelaki dengan tepung.

Lima menit kemudian, persediaan tepung sudah habis. Dan berpindah pada rambut, wajah, baju, celana, bahkan sampai jari-jari kaki.

Kaum lelaki pun menatap masing-masing teman selelakinya. Pandangannya pasrah. Dan, datar.

"Itu akibatnya lo semua berisik dan ngatain kita buto ijo!"

"Yap bener. Liat sekarang, kalian bahkan kayak donat kena gula tepung!"

"Gula kan, manis. Berarti kita semua manis dong?" tanya Ares.

"Mau bacot lo semua kita jejelin cabe?!" ancam Celin pedas.

"Cabe apaan? Cabe-cabean? Nanti kamu cemburu lagi, yang?" jawab Ares lagi. Sungguh, sepertinya Ares benar-benar sudah bosan hidup. Kenapa dia malah mempertaruhkan nyawanya? Bahkan dengan kaum wanita yang tak akan pernah terkalahkan.

"Yang, yang! Pala lo tuh, peyang! Inget lo jomblo. Celin punya gue!" sahut Dimas ketus.

"Yaudah gue mau Keisha aj--"

"Lo nyentuh Keisha. Pala lo gue gorok, mau?!" Kini, giliran Radit yang marah.

Benar-benar kedua cowok possesife! Tapi, apalah daya jika pasangan mereka--Celin dan Keisha--mencintai mereka apa adanya?

"Aaa dedek jadi baperr, Bangg, ... " rengek Ares pada Kenan. Sedangkan Kenan menatap Ares--jijik.

Lalu, Raka pun menjauhkan Ares dari Kenan. Dengan memegang kerah belakang Ares, lalu menariknya agar menjauh dari Kenan.

Kenan bergidik. "Kayak kucing kecebur di kolam tepung, lo!" Lalu, Kenan pun keluar dari ruangan penuh tepung itu dan berniat ke kamar mandi. Pastinya untuk mandi membersihkan tepung yang menempel diseluruh tubuhnya.

"Eh, lo mau kemana?"

"Mandi. Ya kali gue mau keluar dari basecamp, penampilan gue kayak si kucing Ares!"

Seperginya Kenan semua kembali diam. Dan termenung memikirkan sesuatu.

"Apa Kenan bakal ngelupain Yura?" gumam Keisha. Namun, masih bisa terdengar oleh semua.

"Nggak tau juga, sih. Semua keputusan ada ditangan dia. Kita berharap aja, supaya dia gak salah jalan."

___

Selesai membersihkan dan merapikan diri. Kenan pun melajukan motornya untuk jalan-jalan sebentar.

Menghirup udara sore hari baginya menenangkan. Dia mulai sedikit mengetahui alasan Yura menyukai sunyi.

Karena dalam kesunyian, terdapat sebuah ketenangan.

Saat pikirannya melaju ke arah masalalu, pandangannya terpaku pada sosok perempuan di pinggir jalan sedang merintih kesakitan. Kenan pun berinisiatif untuk menolongnya.

Kenan turun dari motornya dan menghampiri perempuan itu. "Sini gue bantu," tawarnya mengulurkan tangannya.

Perempuan itu mendongak. Lalu meraih uluran tangan Kenan. "Makasih, Kak," ucapnya berterimakasih.

Namun, belum sempat berdiri, peremuan iti terjatuh. "Aww," ringisnya.

"Kaki lo keseleo?" tanya Kenan memastikan. Sedangkan perempuan itu menggelng pertanda bahwa dia tidak tau. "Yaudah, kita duduk disana."

Kenan pun menggendong perempuan itu ala bridal sytle. Perempuan itu terus menatap Kenan yang tampak sempurna dimatanya.

"Kayaknya lo yang tepat buat gue, Kak," batinnya berucap.

Lalu, Kenan pun mendudukkan perempuan itu. Dan sedikit mengurut pergelangan kakinya yang terkilir.

"Aww," ringianya lagi.

"Maaf-maaf, lo tahan dikit, ya?" Perempuan itu mengangguk. Lalu, Kenan pun kembali mengurut pergelangan kaki si perempuan.

"Awww!" ringianya kencang.

"Coba lo gerakin sedikit kaki lo," titahnya. Lalu perempuan itu menurutinya. "Udah baikan?" Perempuan itu mengangguk.

"Yaudah, lo bisa pulang sendiri? Atau, gue antar?"

Perempuan itu menggeleng lagi. "Bisa jalan kok, Kak. Udah baikan juga. Makasih, ya," ujarnya sembari tersenyum.

Kenan pun membalasnya. "Yaudah, gue balik dulu. Cepet sembuh." Saat Kenan akan pergi, perempuan itu menghentikannya.

"Nama aku, Seira. Nama Kakak, siapa?"

Kenan menoleh. "Kenan," jawabnya lalu segera berlalu.

Sementara perempuan yang bernama Seira itu tersenyum manis. "Kayaknya, gue suka sama dia. Kenan? Nama yang tampan."

Tbc.

TROUBLE MAKER (OPEN PO)Where stories live. Discover now