[23]

285 11 0
                                    

Jangan lupa vote sebelum baca😘

Bel pulang sekolah sudah berbunyi 10 menit yang lalu. Namun Melodi masih terdiam di dalam kelas. Memang masih ada beberapa murid yang belum keluar kelas, karena ada yang masih mengerjakan tugas yang belum selesai, ada yang sedang memanfaatkan wifi sekolah, dan ada yang sedang melamun tak jelas, Melodi contohnya. Sedangkan Siska, teman sebangkunya itu sudah ngacir sedari tadi.

Ia bingung bagaimana harus bersikap kalau nanti ia pulang bersama Arthur. Ia masih kesal, namun juga ada rasa sesal karena kemarin.

DrtttDrtttDrtt

Getar ponsel di tangannya membuyarkan lamunannya. Melihat notifikasi, menghela napas, lalu Melodi memutuskan untuk membuka chat yang masuk, dan siapa lagi kalau bukan dari Arthur.

Kak Arthur

Gue tunggu sampe 5 menit, lo nggak keluar, gue samperin!

Terdiam sebentar, mencerna perkataan lewat sebuah chat. Wujudnya tulisan saja sudah membuat Melodi lemas, apalagi kalo ngadepin orangnya langsung.

Daripada ia di datangi Arthur ke kelas, mending ia yang menghampiri, bisa-bisa kalau ia di datangi Arthur, pasti teman sekelasnya tau, kalo ia pulang bareng Arthur. Apalagi ia harus meminta maaf, dan menjelaskan mengenai kemarin yang kabur dari jemputan Arthur.

Tanpa berniat membalas, langsung saja Melodi beranjak keluar kelas, karena memang sebelumnya ia sudah berkemas-kemas. Meninggalkan tatapan tanya dari seseorang yang duduk di kursi belakang.

Begitu sampai parkiran, Melodi mengedarkan pandangannya, mencari sosok yang telah mengancamnya.

Melodi mengerutkan dahi, "Nih orang mana, kok nggak ada, apa dia ke kelas gue ya, eh tapi kan ini belum 5 menit."

Tiba-tiba orang yang di maksud mengklakson mobilnya seraya berhenti.

Melodi memegang dadanya karena kaget, "kalau gue ke serempet atau ketabrak gimana, astaga nih orang bener-bener ya!" rutuk Melodi dalam hati.

"Ayo masuk!"

Perintah itu menyadarkan Melodi, langsung saja ia masuk ke mobil yang behenti tepat di sebelahnya.

"Darimana aja si, aku tungguin dari tadi!"

Melodi menoleh, menatap Arthur tak percaya, "Heran deh, tadi nih orang manggilnya lo-gue, sekarang aku-kamu, tambah gesrek nih gue rasa."

"Kok bengong sih Mel."

Melodi menggaruk tengkuknya yang tak gatal, "H-ha enggak kok, kakak yang kenapa si aneh banget perasaan."

"Aneh? Aneh gimana, ehh ciee yang udah pake perasaan lagi nih yee."

Entah kenapa hanya mendengar godaan seperti itu saja sudah membuat Melodi malu bukan main, "Ih kakak apansih!" katanya seraya mengalihkan pandangannya ke luar mobil, menyembunyikan senyum yang tak bisa di tahan.

Arthur menoleh, meraih dagu Melodi agar menatap ke arahnya, "Kalo mau senyum, senyum aja lagi, nggak usah di tahan gitu, sini-sini kakak liat senyumannya, ketawa juga boleh."

Mau tak mau Melodi pun mengembangkan senyumannya, mengalihkan pandangannya lagi ke luar mobil di susul suara tertawa milik Arthur yang menggema di mobil.

"Haha aduhh gemes banget sih pacar aku ini, jadi pengen cium."

Melodi mendelik, "Apaansih kak, ngaco!"

"Haha iya enggak, canda sayang."

"Ihh sebel!" Rutuknya.

Arthur kembali tertawa karena memang Melodi paling tidak suka kalau di panggil sayang, entahlah katanya terlalu alay, padahal kan itu lumrah bagi sepasang kekasih. Namun tak ayal, walaupun seperti itu, tetap saja membuat Melodi merasakan panas di pipinya karena malu.

"Kakak ngapain sih, pake ngajak pulang bareng segala."

"Ya emang kenapa? Kamu kan pacar kakak."

"Ihh pede banget, emang kapan aku nerima kakak? Emang kapan kakak nyatain perasaan, kayaknya enggak ada tuh, jadi jangan ngarang."

Entah kenapa setelah mengucapkan kalimat tadi, Melodi merasa tidak enak entah karena apa, tapi benerkan dia belum nembak gue? Batinnya.

Setelah kalimat yang keluar dari mulutnya, mobil hening, Arthur tidak mengeluarkan suara apapun untuk membalas ataupun menyanggah ucapannya seperti biasa.

Lalu Melodi memutuskan untuk menoleh, mendapati Arthur dengan wajah yang mengeras seperti menahan gejolak dalam tubuhnya, menatap lurus jalan di depannya, rahangnya terlihat menggertakkan giginya pelan, muka Arthur yang tampak dingin? Sudah cukup. Melodi tidak bisa menatap Arthur lebih intens lagi, ia merasa...... Arthur menahan amarah, emosi, atau....... egonya terluka. Karena  Melodi sangat tau, dibalik sikap ramah, tenang, dan kalem yang di tunjukkan Arthur pada biasanya, egonya sangat mudah terluka.

Aduh.... ini kenapa Kak Arthur jadi serius gini mukanya, emang gue salah ngomong? Bener kan kata gue, ah benci deh kalo akhirnya gini!, batin Melodi.

Alhasil Melodi hanya terdiam di sisa perjalanan menuju rumahnya, tak mengeluarkan suara apapun, tidak mencoba untuk memulai pembicaraan lain, karena Arthur pun hanya diam sedari tadi.

20 menit kemudian mereka sampai di depan rumah Melodi. Sebelum turun Melodi menatap Arthur yang belum menatapnya, tatapannya lurus ke arah depan.

"Emmm..... makasih ya kak tumpangannya, aku pulang dulu, kakak hati-hati di jalan, jangan ngebut," pamitnya.

Beberapa saat menunggu respon dari Arthur, namun tak juga Melodi dapati, ia pun menghela napas, "Yaudah Kak, aku turun, makasih sekali lagi."

Hingga benar-benar keluar dari mobil Arthur, Melodi tak mendapati panggilan dari Arthur, sampai ia sudah memasuki halaman, Arthur pun tidak ada memanggil namanya. Melodi tidak mau menoleh, tapi ketika mendengar suara mesin mobil yang akan melaju, mau tidak mau Melodi menghentikan langkahnya.

Masih belum menoleh, tak lama terdengar suara mobil yang melenggang menjauhi area rumahnya. Saat menoleh, mobil Arthur sudah berjalan keluar gang, dan tak terlihat lagi dari rumahnya.

Menghela napas kasar, Melodi melanjutkan langkahnya masuk ke rumah. Saat di depan pintu masuk rumahnya, Melodi mendengar suara ramai dari dalam rumah.

Menolehkan pandangannya ke arah belakang, mengerutkan kening, saat mendapati mobil sedan yang pernah sang ibu dan adik dari pasar. Apa yang ia pikirkan sedari tadi hingga tak menyadari adanya mobil tersebut di halaman rumahnya. Melodi pun menggeleng-gelengkan kepalanya atas ketidaksadarannya.

Langsung saja ia masuk ke rumah, saat di ruang tamu, benar saja, ibunya sedang duduk dengan seorang tamu, kalau tidak salah Om Ardi? Eh Om Hardi deh, bener nggak sih? Pikir Melodi.

Tak ambil pusing, ia melanjutkan langkah kakinya memasuki rumah, berniat untuk melewati ruang tamu dan masuk ke kamarnya, namun sebuah suara menginterupsinya, "Mel!"

Melodi menoleh, ibunya yang memanggil, lalu ibunya melambaikan tangannya, bermaksud menyuruhnya menghampiri sang Ibu.

"Sini Mel, ada Om Hardi, salim dulu."

Tanpa membuang waktu, Melodi mendekati Ibunya, mencium kedua tangan Aisyah, dilanjut dengan tangan Hardi.

"Sini duduk!" katanya seraya menepuk pelan kursi di sebelahnya.

Namun Melodi masih terdiam, "Maaf bu, Melodi capek banget, tugas juga numpuk, mau istirahat bentar."

Sebelum Aiayah menjawab penolakannya, buru-buru Melodi melanjutkan ucapannya, "Maaf ya Om, saya permisi," tanpa harus repot-repot mendapat izin dari sang ibu, Melodi langsung melangkahkan kaki menuju kamarnya.

Sebelum benar-benar pergi dari ruang tamu, samar-samar Melodi mendengar perkataan maaf dari Aisyah, "Aduh Mas, maaf ya, mungkin lain kali Mas bisa ngobrol sama Melodi."

"Iya tidak apa-apa, masih banyak waktu kok."

Itulah percakapan mereka yang terdengar oleh Melodi sebelum benar-benar pergi dari ruang tamu, entah apa maksudnya 'Ngobrol' tapi Melodi enggan untuk memikirkan lebih jauh, karena sekarang, suasana hatinya sedang buruk.


To be continuous

EffortWhere stories live. Discover now