[11]

490 27 3
                                    


Melodi menoleh lalu terkejut begitu tahu siapa yang memanggil namanya.

Sosok yang sudah lama sekali tak ia temui. Senang rasanya melihatnya kembali.

"Eh hai kak," sapa Melodi dengan senyum lebar.

"Melodi! Ini bener lo? Apa kabar, lama nggak ketemu," ucap Alif seraya duduk di bangku dekat Melodi yang kebetulan kosong dua kursi.

"Baik, alhamdulillah baik, Kakak sendiri gimana?"

"Ya seperti yang kamu lihat," ucapnya dengan senyum lebar dan mata yang menelisik ke bawah penampilannya sendiri.

Baru Melodi akan menjawab, ada yang mengganggu ucapannya.

Ehmmm

"Eh aku ganggu ya?" tanya Alif dengan nada tak enak. Ia baru sadar kalau di meja ini bukan hanya mereka berdua, tapi ada 3 orang asing baginya.

"Nggak kok kak, lagi makan aja," balas Melodi.

Alif mengangguk, "Eum ada waktu nggak Mel?"

Dengan cepat Melodi menjawab, "ada, kenapa kak?"

"Pengen ngobrol hehe."

"Eum ..., " gumam Melodi ragu, mengedarkan pandangannya lalu menatap Iza. Melodi tidak berani menatap Arthur karena pasti ia akan mendapat tatapan tajam pun juga Cyndi yang akan membangkitkan rasa menelisik dihatinya.

Iza yang mengerti pun menjawab, "iya Mel, nggak papa, lo boleh duluan, btw makasih ya udah nganterin gue, hati-hati, oh ya biar makanan lo gue yang bayar, gue traktir," ucapnya dengan senyum menenangkan.

Melodi pun membalas senyum senang.

"Oke dehh makasih ya, duluan semua!" pamitnya, lalu bangkit dari tempat duduk, melangkah keluar Resto bersama Alif yang berjalan di belakangnya. Untung saja makanannya sudah habis. Jadi ia bisa langsung pergi. Dan ia bisa terbebas keadaan yang tak ia suka.

Arthur menatap kepergian Melodi dengan tatapan tajam hingga akhirnya Melodi tidak terlihat di dalam restoran.

"Ekhemn jangan cemburu gitu elah!" sindir Iza. Ia tahu kalau sebenarnya sang sepupunya itu masih sangat-sangat mencintai sahabatnya, yang satu gengsi, yang satu minderan, Huhh gemes deh gue.

Sedangkan Arthur yang merasa sindiran Iza tertuju untuknya hanya diam tidak memperdulikan. Memang siapa yang bocah itu sindir?

"Udah cepet makannya abis ini pulang."

***

Di lain tempat Melodi sedang bercengkerama dengan Alif, mantan tetangganya dulu, ya sekaligus temannya sih, walaupun umurnya tak sepadan. Mereka sedang di suatu taman yang menyejukkan mata. Dengan lampu-lampu tumblr yang dirangkai sedemikian rupa, lampu hias yang ada di setiap bangku. Suara gemercik air terjun mini dengan kolam ikan koi di bawahnya. Benar-benar menenangkan.

"Kuliah abang gimana?" tanya Melodi. Terkadang, Melodi menyebutnya dengan kata 'abang' karen baginya, Alif sudah seperti kakaknya sendiri. Selalu menjaga dulu. Tuhkan, ia malah membayangkan masa lalunya.

"Alhamdulillah sejauh ini lancar si, tapi tugasnya itu kebangetan banyaknya," ucap Alif sambil terkekeh lalu diikuti tawa Melodi.

"Ya namanya juga mahasiswa."

Alif pun hanya tersenyum, "hmm iya sih. Eh sekarang kamu tambah gede ya," ucapnya dengan mengacak pelan rambut Melodi.

"Iya lah masa kecil terus sih?" Melodi cemberut.

Alif tergelak melihat ekspresi lucu Melodi. "Haha, eh iya kamu pindah kemana sekarang, kok nggak pamit sih ke aku, jahat banget!"

"Yaa maaf, abang tau sendiri setelah ayah meninggal, kita nggak punya penghasilan 'kan, jadi gitu deh." Melodi tersenyum pahit. Sekarang ia teringat kembali masa-masa keluarganya ketika di titik terendah.

EffortWhere stories live. Discover now