Chapter 15: Cascade

1.3K 201 63
                                    

"Minji."

"..."

Minji terus berjalan tanpa menghiraukan lelaki yang sejak pagi mengikutinya kemanapun, hampir ke semua tempat kecuali kamar mandi. Ya memangnya lelaki waras mana yang mengikuti seorang perempuan sampai ke kamar mandi?

"Hei, cantik?" lelaki itu masih tidak menyerah untuk mendapatkan sedikit perhatian dari Minji yang hanya menatap lurus ke depan tanpa tertuju pada apapun.

Tanpa menghentikan langkah kaki panjangnya, Minji menolehkan pandangannya ke sekitar seraya berkata. "Wah, kenapa aku mendengar suara tanpa wujud di siang hari seperti ini? Apa ternyata kampus ini mulai berhantu karena dimakan usia?"

"Ya, Kim Minji!" Lelaki itu berseru seraya menggapai lengan Minji dan mencekalnya untuk menahan langkah gadis itu.

"Kau ini kenapa sih?!" Sahut Minji sewot seraya mencoba melepaskan lengan kirinya yang dicengkeram erat oleh lelaki yang sangat menyebalkan di mata Minji. Tapi apa daya, tenaga Minji yang merupakan mantan anggota klub karate sewaktu sekolah menengah tidak lebih kuat dari lelaki yang berdiri di hadapannya ini. Mendadak Minji ingin berubah menjadi lelaki agar ia bisa dengan mudahnya memulai perkelahian tangan kosong dengan makhluk menyebalkan ini.

"Kau yang kenapa?! Jangan menghindariku terus, aku lelah mengejarmu." Lelaki itu bahkan tidak segan menaikan tingkat suaranya seperti Minji. Ugh, benar-benar menyulut sumbu kesabaran seorang Kim Minji.

"Aku tidak memintamu untuk melakukannya! Aku juga lelah karena sejak kemarin kau teror melalui pesan dan telepon lalu hari ini mengikutiku seharian!" Balas Minji tidak mau kalah.

Minji bahkan tidak pernah meminta lelaki itu terus mengikutinya bak seorang maniak, tapi lelaki itu tanpa tahu malu malah mengeluh kepada Minji dan secara tidak langsung terdengar seperti menyalahkan Minji. Jadi ini ya yang dirasakan idol Korea Selatan saat diikuti oleh sasaeng mereka? Dalam hati, Minji bersyukur karena ia hanyalah seorang mahasiswi biasa, bukan idol kpop.

Tapi tetap saja! Minji sudah mendapatkan pengalaman seperti seorang idol yang mempunyai sasaeng. Sejak kemarin, lelaki tidak tahu ini menerornya melalui panggilan juga pesan. Minji sampai-sampai meninggalkan ponselnya dalam keadaan mati di apartemen agar ia bisa ke kampus dengan tenang tapi justru malah membuatnya terus diikuti oleh lelaki itu.

"Kau marah padaku dan aku ingin meminta maaf tapi kau malah menghindariku."

"Aku juga perlu waktu untuk memaafkanmu. Bagaimanapun kesalahanmu tidak se-sepele kelihatannya."

Lelaki itu mengacak-acak surainya, ia frustasi karena mendapat maaf dari seorang Kim Minji ternyata lebih sulit dari mendapat nilai A dalam mata kuliah dosen Oh. Ya ampun, apa yang harus ia lakukan jika Minji tidak memaafkannya? Apakah ia harus berlutut di hadapan gadis itu dan mencium punggung tangannya seperti seorang pangeran dengan tuan putri?

Tidak, itu jelas opsi yang akan mengantarkannya kepada kematian dengan jalur express. Ia bisa membayangkan Minji akan langsung berubah menjadi grim reaper dan mengambil nyawanya saat ia bahkan baru mendaratkan lututnya menyentuh tanah untuk berlutut di hadapan Minji. Kalau dipikir, agak memalukan juga jika ia benar-benar melakukan itu. Ia tahu ia memang bersalah dan langsung mengakuinya, tapi sepertinya Minji tidak menganggap ini sebagai kesalahan sekecil tubuh semut. Kelihatannya ia sudah melakukan kesalahan fatal yang sulit untuk dimaafkan oleh gadis Kim itu.

Tiba-tiba ia teringat satu hal, mungkin Minji akan mempertimbangkan untuk memaafkannya dalam waktu dekat ini. Tidak ada salahnya ia mencoba, "Baiklah Kim Minji, aku benar-benar meminta maaf padamu karena aku tahu aku salah. Aku juga akan mentraktirmu makan di restoran fast food selama satu minggu. Bagaimana?"

Room MateWhere stories live. Discover now