Chapter 04: Hidden

3.3K 363 7
                                    

Hari ini tidak ada kelas yang harus Jungkook hadiri, sedangkan perempuan Kim yang tinggal bersamanya sejak tujuh hari yang lalu itu sudah berangkat ke kampus sekitar dua jam yang lalu.

Hanya berdiam diri di rumah membuat Jungkook merasa hampir mati karena rasa bosan yang perlahan menggerogoti. Biasanya setidaknya ada salah satu dari hyungnya yang menemani dirinya di saat Jungkook sedang tidak ada kelas, tapi sekarang bahkan para hyungnya sedang tidak bisa dihubungi. Tentu saja karena mereka sibuk, dan jangan lupakan hal itu yang membuat Jungkook tidak tinggal lagi bersama hyungnya dan harus mencari tempat tinggal yang baru.

Ya ampun, baru seminggu lamanya Jungkook lewati di hunian barunya ini. Tapi Jungkook sudah merasakan perasaan rindu pada hyungnya yang membuncah.

Lima menit yang lalu ia menghubungi beberapa kenalannya di kampus seperti Han Hyunsuk dari jurusan desain komunikasi visual juga Kim Mingyu dari jurusan arsitektur, tapi rupanya kedua lelaki setengah tidak waras itu secara mendadak harus menghadiri kelas karena tidak ingin mendapat nilai F dalam mata kuliah yang mereka ikuti itu.

Seseorang siapapun itu tolong bantu Jungkook untuk keluar dari lingkaran kebosanan ini. Sungguh jika dalam 24 jam dirinya terus begini, mungkin keesokan harinya seisi apartemen akan gempar karena menemukan seonggok mayat lelaki di kamar bernomor 77 yang disinyalir meninggal di tempat karena terpaan hawa kebosanan. Jungkook tiba-tiba merasa konyol memikirkan dirinya akan mati hanya karena tidak tahu harus melakukan apa.

Beberapa saat merenung ternyata membuahkan sebuah ide cemerlang yang terlintas dalam pikiran seorang Jeon Jungkook. Kenapa tidak terpikir sebelumnya ya? Jungkook baru mendiami kamar apartemen ini selama dua hari, dan sampai saat ini ia hanya mengetahui kamar tidur, dapur, dan kamar mandi di kamar apartemen itu. Menjelajahi kamar apartemennya sendiri kedengarannya tidak begitu buruk. Barangkali Jungkook akan menemukan ruangan rahasia di hunian yang sepertinya lebih luas dari dugaannya ini.

Jadi, Jungkook pun mulai melangkahkan kakinya mengitari penjuru kamar apartemennya. Dan sesuai dugaannya, ada sebuah ruangan yang tampak asing bagi Jungkook. Sebuah ruangan dengan pintu bercat abu-abu.

"Terkunci?" gumam Jungkook saat mendorong gagang pintu ruangan tersebut. Untungnya saja ada sebuah anak kunci yang tertinggal pada lubang kunci yang ada pada gagang pintu tersebut, Jungkook pun memutar logam perak itu dan kembali memberikan dorongan pada pintu.

Begitu pintu ruangan akhirnya terbuka, Jungkook tertegun begitu melihat apa yang tersembunyi dari ruangan yang didominasi oleh warna abu-abu tersebut.

Sebuah grand piano hitam berada tepat di tengah-tengah ruangan tersebut, di pojok ruangan juga terdapat sofa sepanjang sekitar kurang lebih 180 senti. Ngomong-ngomong Jungkook baru mengetahui ruangan kedap suara yang berisi sofa dan grand piano ini.

"Kim Minji membeli piano ini tanpa sepengetahuanku?" Jungkook mulai bermonolog, dirinya mengingat-ingat kapan kemungkinan teman sekamarnya menyelundupkan benda besar itu ke ruangan ini. "Tapi untuk apa seorang Kim Minji membeli sebuah grand piano? Dia itu mahasiswi kedokteran bukan mahasiswa seni musik." Jungkook kemudian menepis pemikiran tak masuk akalnya itu.

"Ah, mungkin penghuni sebelumnya sengaja meninggalkan piano ini." ujarnya dengan yakin.

Jungkook mendekati piano tersebut, tiba-tiba keningnya mengerut begitu menyadari bahwa piano itu terlihat tidak asing baginya. Piano tersebut mengingatkannya dengan seseorang.

**







"Ah, sialan. Mereka menculikku, memaksaku minum soju, dan akhirnya malah meninggalkanku." Minji tak hentinya mengumpat sembari melempar batu-batu kecil yang ada di sekitarnya. Matanya menatap sayu ke arah jalanan yang tampak lenggang itu, wajahnya tampak memerah karena pengaruh alkohol tapi Minji bisa menjamin kalau kesadaran dirinya masih penuh. "Perayaan macam apa ini? Penyambutan mahasiswi baru my ass?" sarkasnya.

Room MateWhere stories live. Discover now