24. co pilot

8.4K 378 1
                                    

Ethan menuruni tangga dengan terburu-buru dan menemui ayahnya yang telah duduk menatap layar televisi yang tidak dinyalakan. Hubungannya yang buruk membuat mereka tidak saling tahu satu sama lain. Apalagi mendapati Seena berada di kamarnya, pasti menambah hubungan buruk itu lebih parah.

Secara pelan, Ethan akhirnya duduk di sofa yang lain. Ayahnya menatap kosong ke depan, namun Ethan dapat melihat kilatan mata kosong itu dari sudutnya. Matanya persis seperti terakhir kali, penuh amarah dan penyesalan.

"Siapa dia?" tanya sang ayah pelan. Tangan kanannya mengangkat secangkir kopi yang baru ia buat, lalu meneguknya sedikit.

Ethan terdiam sesaat seolah berpikir. "Pacarku," jawabnya singkat.

Ayahnya mengangguk-angguk. Bersamaan dengan itu, sang ayah mulai menatapnya. Mata mereka bertemu, beberapa saat tak ada kata yang terucap hingga seseorang menuruni tangga.

"Permisi. Saya pamit pulang," ujar Seena yang baru saja menuruni tangga.

Sang ayah mengangguk seraya tersenyum kaku. "Kau tidak mengantarnya?" tanyanya pada Ethan.

Namun, ketika Ethan hendak berdiri, Seena mengisyaratkan agar Ethan tetap tinggal di tempatnya. "Rumah saya di sebelah. Maaf sebelumnya karena mengganggu. Sampai jumpa," ujar Seena sesopan mungkin lalu berhambur pergi.

Ethan menatap kepergian Seena dalam diam. Begitupun dengan ayahnya. Lalu, ketika menyadari Seena sudah benar-benar hilang dari hadapannya, akhirnya mereka kembali dalam kecanggungan mereka lagi.

"Dia bukan pacar seseorang lagi, kan?" tanya ayahnya sedikit menyelidik.

Ethan menghela napas kesal. "Sudah kubilang aku tidak pernah merebut kekasih orang, apalagi sahabatku sendiri!" bentak Ethan seketika.

Ayahnya terdiam, lalu mengangguk-angguk seolah mengerti.

"Bagaimana sekolahmu?" tanya ayahnya mengejutkan.

Jujur saja, Ethan benar-benar terkejut atas pertanyaan tak terduga itu. Ia sebenarnya berpikir akan bertengkar karena bentakannya, namun justru sebaliknya. Sang ayah kembali dan menjadi sosok asing yang lembut.

"Seperti yang kau harapkan, aku tak akan membuat masalah lagi," jawab Ethan ketus.

Ayahnya kembali mengangguk-angguk. Lalu bangkit dari sofa. "Kau memakai kondom, bukan?" tanya ayahnya tiba-tiba. Ethan terkejut, namun ia tak tahu bagaimana caranya merespon. Hingga tiba-tiba ayahnya tertawa. "Lain kali, pastikan pintu kamar terkunci kalau kau melakukannya. Kau tak tahu kapan aku akan datang," lanjutnya tersenyum menggoda lalu pergi menuju kamarnya.

Kamar yang pernah ditempati Christian dua bulan lalu sudah bersih ketika terakhir kali, namun entah sekarang. Hanya saja, Ethan tak sepeduli itu sampai memikirkannya. Ia hanya memikirkan ulahnya hari ini. Benar-benar sangat memalukan baginya juga Seena, apalagi ini pertama kalinya mereka tidur bersama. Sepertinya tidak akan ada lagi hari berikutnya.

***

Seena tak henti-hentinya menangis. Ia benar-benar mengutuk dirinya sendiri karena semalam mengabaikan panggilan masuk. Matanya bahkan menjadi bengkak.

"Berhenti menangis terus, Seena. Aku jadi frustasi," ujar Janice seraya menggenggam tangan sahabatnya.

"Kau bicara begitu karena sudah semalam di sini. Sementara aku semalaman...," sahut Seena terpotong.

My Bra Accident (END)Where stories live. Discover now