10. To be honest,

16.1K 635 3
                                    

Ajakan Bianca tadi siang membuat kepalanya hampir pecah. Hubungannya dengan Stefan belum membaik, namun ada masalah baru lagi yang menimpanya. Padahal, ia benar-benar ingin memperbaiki hubungan bersama sahabatnya.

"Apa yang kau pikirkan, Seena?!" gerutu Seena pada dirinya sendiri.

Sejak siang tadi ia kehabisan akal dan frustasi. Bianca benar-benar mengerjainya, padahal jelas-jelas ia tahu kalau Ethan adalah masalah terbesar di hidupnya. Namun, banyak kejadian yang malah terus-terusan membuatnya dekat dengan Ethan.

"Ah!!!!!!" teriak Seena seraya mengacak-acak rambut.

Musik yang sejak tadi sudah dinyalakan dengan volume tinggi bahkan kalah dengan teriakannya. Sepertinya sebentar lagi dia akan di tahap gila. Ia harus memilih kehilangan siapa di saat seperti ini? Stefan bahkan lebih kuat daripada Bianca, tak kunjung menjawab pesan atau panggilannya sejak kemarin malam.

"Kau gila? Ini sudah malam! Berhenti membuat keributan!" teriak seseorang dari lantai satu. Tentu saja itu Jammie.

"Seena! Kenapa dari tadi siang tidak turun? Makan dulu!" teriak seseorang yang lain, ibunya.

Mendengar itu, Seena langsung menurunkan volume pengeras suaranya. Ia melangkah ke arah pintu dan membuka pintu yang sudah terbuka setengahnya sejak tadi. Mungkin, itu yang membuat suara musik terdengar sampai lantai satu. Perlahan ia menuju depan kamarnya seraya melihat ke arah bawah. Ibu dan Jammie sedang sibuk menonton televisi, sementara ayahnya belum pulang.

"Mom!" panggil Seena pelan membuat wanita paruh baya di lantai satu menengadah ke arahnya.

"Sepertinya dia gila, Mom. Dari tadi siang begitu terus. Mungkin putus cinta. Sudah kubilang kau tidak seharusnya pacaran!" gerutu Jammie memprovokasi.

Seena melotot. "Diam kau! Pria singel sepertimu tidak pantas mengatakannya!" bentaknya pada Jammie. Lalu, ia melirik ke ibunya. "Boleh aku pesan pizza atau burger?" tanya Seena hati-hati sambil tersenyum lebar malu-malu.

"Lihat, Mom! Kepala Seena sepertinya terbentur!" timpal Jammie membuat Seena kesal.

"Mom!" teriak Seena merajuk.

Ibunya hanya tertawa. "Ibu lebih suka kau puasa!" ujar ibunya tiba-tiba seraya tertawa.

Jammie tertawa menang. Sementara, Seena langsung berlari menuruni tangga berniat memohon ke ibunya atau sekadar memberi pembalasan pada kakaknya.

***

Rumah terasa sepi sejak pagi tadi. Masalahnya dengan Bianca semalam sudah berakhir, meskipun begitu sepertinya tidak ada yang berubah. Terlebih lagi, Christian hari ini pulang ke Washington dan rumahnya mendadak sepi. Tentu saja karena Kevin dan Sam akan lebih senang datang ketika ada Christian.

Padahal Ethan sudah terbiasa sendirian. Tapi, semuanya tampak berbeda. Entah mengapa sejak teman-temannya selalu mengunjungi rumahnya setiap hari sementara saat ini baru beberapa jam saja tak ada mereka, ia mendadak merasa kesepian. Bagaimana bisa ia merasakan kesepian ketika sepanjang hidupnya selalu dihabiskan dengan kesendirian.

"Dasar bodoh!" ujar Ethan tertawa kecil melihat ulah tetangganya dari balik jendela.

Rambut lurus sebahu berubah menjadi arfo secara mendadak karena terus-terusan diacak-acak. Tak ada habisnya Ethan tertawa karena tingkah konyol gadis kamar seberang. Hingga, tiba-tiba ia kehilangan objek pandangan saat gadis itu menghilang dari balik pintu yang terbuka.

Ethan mendadak mengingat kejadian kemarin malam. Ia ingin tahu bagaimana respon Seena tentang pesan yang ia kirim melalui Bianca. Sebenarnya ia agak keterlaluan, tapi ia tak tahu harus meminta maaf dengan cara apa. Terlebih urusannya dengan Bianca baru saja selesai.

My Bra Accident (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang