7. Boyfriend

25.6K 942 1
                                    

Langit malam perlahan mulai menghilang. Burung-burung mulai muncul dengan kicauannya. Jalanan yang beberapa jam lalu sepi sudah mulai ramai dengan kendaraan-kendaraan yang mulai memulai aktivitas.

Seena menyalakan ponselnya berkali-kali, sepertinya baterai ponsel habis. Akhirnya, ia pasrah menyusuri jalanan menggunakan mobil Sam hingga rumah. Entah apa yang akan dilakukan Bianca padanya karena mobil kekasihnya ia bawa begitu saja. Ia harap, Bianca dan Sam masih di rumah Ethan.

Beberapa kali Seena melirik ke rumahnya sendiri, lampu-lampu belum menyala. Akhirnya ia mengendap-endap ke rumah Ethan sekali lagi untuk mengembalikan kunci. Namun, tidak ada siapa pun di sana. Semuanya sudah pulang meninggalkan rumah dalam keadaan berantakan.

Akhirnya, ia melangkah menuju rumahnya tanpa membawa mobil Sam yang sudah diparkir di halaman rumah Ethan. Ia tepat berada di depan pintu, pintu rumahnya terkunci. Selain itu, ia lupa membawa kunci cadangan karena tak pernah terpikir akan sepagi ini ia pulang. Lalu, dengan sangat terpaksa Seena mengetuk pintu.

Ia mengetuk pintu. Tak ada yang menjawab, berkali-kali ia coba mengetuk pintu. Memang terlalu pagi untuk bertamu, apalagi di akhir pekan pasti keluarganya tidur terlalu larut. Seena menghela napas pasrah, ia duduk di depan pintu sembari memandangi langit yang mulai cerah. Ia menemani langit menyambut fajar.

Hampir satu jam ia duduk di depan pintu, tubuhnya hampir membeku karena hanya menggunakan kaus lengan pendek dan celana jin. Seharusnya, ia menerima tawaran Ethan ketika meminjamkan jaketnya. Namun, Seena menghela napas lega ketika mendengar suara langkah dari dalam rumah.

Seena bangkit dari duduknya lalu mengetuk pintu sekeras mungkin. Seseorang menyahuti dari dalam, Jammie, kakaknya.

"Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Jammie mengerutkan kening terkejut.

Seena setengah bergumam karena bibirnya membeku dan memeluk tubuhnya yang dingin. "Akan kuceritakan nanti," sahutnya dan berlari menaiki tangga sebelum orang tuanya tahu.

Jammie yang tidak terlalu peduli akhirnya tak ambil pusing. Setelah ke kamar mandi, ia kembali lagi ke kamarnya tepat di sebelah kamar Seena.

Seena membanting tubuhnya di kasur. Segera ia mengisi daya ponsel lalu menyalakannya. Ia pikir setidaknya dapat menyuruh Bianca atau Janice agar ia bisa pura-pura menginap di rumahnya. Namun, sepertinya kedua orang tuanya tidak akan tahu kalau ia baru saja pulang.

Tiba-tiba, ponselnya berdering. Sebuah panggilan masuk nomor tidak dikenal. Seena mendekatkan tubuhnya ke pengisi daya, lalu mengangkat panggilan itu tanpa bicara terlebih dahulu, setidaknya ia harus mengenali sang penelepon.

"Kau sudah sampai rumah?" tanya seseorang dengan suara asing, namun ia rasa pernah mendengarnya.

Seena berpikir sejenak, akhirnya ia tak menemukan siapapun di pikirannya. "Siapa?" tanya Seena hati-hati. Sang penelepon tertawa.

"Ethan," sahut sang penelepon. Kali ini, Seena yang tertawa.

"Aku baru saja sampai." Seena membetulkan posisi tubuhnya agar lebih nyaman.

"Ah ya, syukurlah," sahut Ethan pelan. "Apa yang sedang kau lakukan?" tanyanya kemudian seolah masalah di antara mereka selesai.

Suara Ethan ternyata enak didengar. Seena memang tak banyak tahu tentang pria itu, bahkan ia tidak pernah benar-benar mengobrol. Alhasil, ia tidak dapat mengenali suara tetangganya itu.

"Seena?" tanya Ethan membuat Seena tersadar dari lamunannya.

"Ah, ya. Kenapa?" tanya Seena balik. Ia merasakan jantungnya berdegup cepat, pipinya tiba-tiba terasa panas.

My Bra Accident (END)Where stories live. Discover now