6. Unknow

27.5K 1.1K 0
                                    

Lampu-lampu kelap-kelip dan suara bising masih melingkupi rumah Ethan. Bau alkohol di mana-mana, suara musik masih melantun dan teriakan demi teriakan penuh sesak.

Sudah berjam-jam lamanya Ethan dan teman-temannya berpesta. Terhitung sejak sore tadi, mereka belum saja lelah. Seperti remaja kebanyakan yang terkekang oleh rumah dan keluarga, mereka sekarang seolah bebas melakukan apapun yang ia suka. Musik, minuman keras dan pasangan, lengkap.

Seena menuruni tangga dengan terburu-buru, bau alkohol bercampur keringat membuatnya mual. Namun, Seena tetap lanjut turun dan mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan. Satu demi satu, namun ia tak menemukan Ethan di mana pun.

Seena menepuk pundak seseorang. "Di mana Ethan?" tanya Seena setengah berteriak berusaha mengimbangi suara bising-bising itu.

Gadis yang ia tepuk pundaknya berbalik. "Hei! Kenapa kau bisa di sini?" tanyanya ketus. Beberapa temannya yang sedang berjoget pun menoleh dan memojokkannya.

"Dasar tidak tahu malu! Kau datang meskipun tidak diundang?" teriak lainnya membuat Seena frustasi.

Seena tak mengatakan apapun dan langsung menemui Bianca dan Sam yang hampir tidak sadarkan diri. Sebenarnya, hanya tersisa beberapa orang saja yang masih dengan otak warasnya. Jika guru mereka tahu, habislah sudah. Selain usia mereka belum legal untuk pesta seperti ini, sikap yang mereka lakukan di rumah Ethan pun terbilang hampir di atas batas wajar.

"Bi, Sam, kau lihat Ethan?" tanya Seena beberapa kali mengusap keringatnya karena udara begitu panas.

Bianca memicingkan mata. "Ah, kau sudah menemukan bramu?" tanyanya setengah teler. Sam sudah ambruk dan tertidur di pangkuan Bianca.

"Belum. Aku harus mencari Ethan, di mana dia?" ulang Seena. Bianca yang setengah sadar langsung menunjuk ke luar ruangan, di halaman rumah.

Tak perlu pikir panjang, Seena langsung berlari dengan cepat dan pergi mencari Ethan. Ia sudah melupakan barang yang ingin ia dapatkan kembali. Ada hal yang lebih penting dari itu.

"Ethan! Ethan!" teriak Seena selantang-lantangnya sampai tenggorokannya sakit.

Seena mengedarkan pandangan ke seluruh halaman rumah, ia mulai mencari di tempat yang tidak terlalu luas itu. Di teras belakang, kolam renang yang sudah tidak terpakai hingga bengkel di halaman depan. Dan, seseorang tengah menundukkan tubuh di semak-semak.

Langkah Seena yang kelelahan terhenti di belakang orang itu. Kaki Seena gemetar, tubuhnya panas dingin dan air mata menetes tak ingin berhenti.

"Hoek! Hoek!" Seorang pria memuntahkan isi perutnya. Seperti yang Seena duga, Ethan.

"Ethan!" teriak Seena berteriak dan membiarkan air mata mengalir deras di wajahnya. Entah sedih atau kesal, semua amarah ingin ia tumpahkan.

Ethan menoleh ke arah Seena. Ia menatap Seena dengan tatapan kebingungan sekaligus kesal karena gadis itu tiba-tiba menyeretnya. Seena masih menangis dan membuat Ethan tanpa pikir panjang mengikuti langkahnya. Mereka sudah membelah pesta lagi dan menaiki anak tangga.

Seolah baterai habis, orang-orang sudah banyak yang pulang atau terkapar karena terlalu mabuk. Beberapa orang duduk-duduk menghabiskan waktu yang tersisa dan tak menyadari kehadiran Seena dan Ethan yang berjalan di tengah-tengah mereka.

"Kenapa kau ada di sini?" tanya Ethan untuk kesekian kalinya. Namun, Seena mempererat tarikan tanpa menjawab apapun.

Ethan merasakan perutnya seperti diputar-putar hingga merasakan mual luar biasa, bahkan ia mulai sadar karena rasa sakit itu. Namun, tubuhnya yang lemah membuatnya tak mampu memberontak dari sikap Seena yang seenaknya. Setengah terhuyung-huyung, Ethan menyeret kakinya melewati anak tangga.

My Bra Accident (END)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora