PROLOG

3.2K 289 56
                                    

—🄳🄴🄽🅃🄸🄽🄶—

"Diam jangan bersuara!"

Dean membekap mulut adiknya yang siap berteriak menolong kakaknya yang sudah terkapar di lantai dengan luka lebam di mana-mana. Tangis Raefal pecah tak terbendung, meronta minta dilepas tetapi Dean semakin kuat menahan.

"Anak mana lagi yang kamu buat masuk rumah sakit?!"

Dean menutup mata Raefal dengan tangan kiri, tidak membiarkan adik bungsunya melihat hal yang seharusnya tidak dilihat. Bahkan ia ikut terpejam menghalau kengerian yang sedari tadi memporak-porandakan perasaannya. Hatinya ikut teriris sakit, ngilu dan perih menjalari dadanya.

Saat sebuah sabuk terangkat Dean buru-buru membawa Raefal ke kamar, menutup pintu rapat lalu menangkup wajah sang adik menatapnya.

"Kak tolongin Kak Juna." Tangis Raefal memohon agar kakaknya yang malang bisa dijauhkan dari siksaan orang tuanya yang semakin menjadi.

"Raefal tunggu di sini ya, jangan keluar dan jangan ke mana-mana. Kak Dean bakal tolongin Kak Juna."

Dean mengangkat kelingkingnya meminta Raefal berjanji untuk berdiam diri. Tangan Raefal gemetar mengaitkan kelingkingnya dengan kelingking Dean sembari mengangguk.

Dean tersenyum, mengusap-usap kepala sang adik lalu bergegas keluar kamar. Sesegera mungkin menolong Juna.

"Kamu jangan ikut campur Dean!"

"Bun, jangan, Bun. Yah, jangan, Yah!"

Suara Dean sampai ke telinga Raefal, sesaat kemudian terdengar suara cambukan hingga menyentak tubuh Raefal. Raefal beringsut dibalik pintu dengan menutup ke dua telinga. Tangisannya semakin pecah sampai terisak. Suara pukulan, rintihan, dan permohonan memenuhi indera pendengaran Raefal. Tanpa berpikir panjang lelaki kelas tiga SD itu membuka pintu dan berlari memeluk kakak-kakaknya yang lemah.

Dean menatap sang adik, begitu pula Juna yang memberi tatapan tajam pada Dean karena membiarkan adik bungsunya keluar.

"Raefal!" maki sang Ayah memegang bahu Raefal untuk menjauh.

"Ayah jangan Ayah, kasihan Kak Juna sama Kak Dean."

"Mereka memang pantas mendapatkan ini Raefal. Mereka itu perlu dikasih pelajaran supaya jadi anak yang berguna dan gak cuma nyusahin orang tua aja."

"Raefal ke kamar sekarang!" seru Bunda menarik lengan Raefal tetapi Raefal menolak, memeluk Dean sekuat tenaga.

"Kamu mau jadi anak nakal juga?"

Raefal menggeleng. "Jangan sakiti kakak Raefal, Bun."

"Kamu mulai berani sama Bunda, ya?" Dengan paksa Retna menarik lengan Raefal, tangis Raefal mengeras, bahkan Juna dan Dean yakin tetangga sebelah bisa saja mendengarnya.

"Biar aku kasih pelajaran anak-anak ini."

Danu kembali mengangkat sabuknya, dalam hitungan detik Juna langsung memeluk Dean dan Raefal di bawahnya hingga punggungnya lah yang lagi-lagi terkena benda panjang tersebut. Tangis mereka pecah bersamaan, segala perih dan sakit bercampur menjadi satu. Juna tidak peduli jika dirinya akan binasa setelah ini tetapi harapannya hanya satu, adik-adiknya tidak tersakiti sedikit pun.

DentingWhere stories live. Discover now