DENTING | SEMBILAN BELAS

566 108 22
                                    

Apasih alasan kalian masih baca Denting?

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.

Apasih alasan kalian masih baca Denting?

***"

Tepat setelah Chika selesai berdandan untuk balapan malam ini, hujan lebat tiba-tiba saja mengguyur, hal itu membuatnya kesal setengah mati karena tidak bisa melihat sisi keren Juna ketika balapan.

Di ruang tamu yang luas itu, Chika melipat kakinya di sofa—memakan camilan dengan raut kekesalan. Ia tidak sendiri, ada Wandi yang terjebak hujan karena menjemputnya.

"Sia-sia gue dandan."

"Lagian siapa suruh lo dandan? Gak ada juga yang tertarik di sana," seloroh Wandi.

"Dih, gini-gini banyak ya yang suka sama gue. Gue dandan juga buat Juna, bukan buat yang lain. Mau mereka tertarik atau enggak ya gue gak peduli."

"Juna lagi, Juna lagi, otak lo isinya Juna semua."

"Kenapa? Gak seneng?" ujar Chika dengan ekspresi mengesalkan menurut Wandi.

"Cowok lain masih banyak, Chik. Masih banyak orang yang mau dan menghargai, lo."

"Ya, kalau gue maunya Juna gimana?"

"Kenapa lo maunya cuma sama Juna? Alasannya?"

"Karena dia ganteng."

Wandi cukup syok dengan jawaban itu. "Karena itu?"

Chika tampak berpikir. "Yang ada di otak gue sekarang cuma itu. Juna itu punya aura yang beda lah dari cowok-cowok lain. Ngelihatnya tuh gak bikin bosen, bikin kesem-sem terus," ujarnya sembari senyum-senyum membayangkan wajah Arjuna. "Akh— sialan, lo!" maki Chika saat Wandi melemparkan bantal tepat mengenai wajahnya.

"Geli gue!"

"Makanya gak usah mancing bahas-bahas Juna."

"Tapi, gue pernah denger lo cerita kalau Juna suka sama cewek lain? Emang iya?"

Chika mengangguk dan Wandi membulatkan mata. "Yang bener, lo?"

"Gue juga berharapnya ini gak bener, tapi ini terlalu nyata. Perilaku Juna jelas beda kalau ke gue sama ke Amora."

"Namanya Amora?"

Lagi-lagi Chika mengangguk.

"Kayak gimana orangnya? Penasaran gue."

"Yang pasti lebih cakep gue lah!" seru Chika, membahas Amora menambah rusak moodnya.

"Itu cewek yang bikin lo kesel waktu pulang dari ulang tahunnya temen lo gak sih? Yang lo bilang Juna lebih milih nganterin tuh cewek?"

"Ahh bahas yang lain aja lah Wan, emosi gue kalau bahas dia."

Wandi membungkam mulut menciptakan hening. Pandangan Wandi mengedar pada rumah mewah nan megah namun sarat akan kesunyian. Di rumah yang sebesar ini penghuninya dapat dihitung jari. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana hidup Chika dalam kesepian yang berkepanjangan ini. Orang tua Chika jarang di rumah karena sibuk dengan pekerjaan. Dalam sebulan mungkin hanya dua hari mereka di rumah atau bahkan tidak pulang sama sekali. Jika di rumah pun Chika jarang berbincang dengan orang tuanya karena sekolah lalu malamnya ia keluyuran. Meski begitu orang tua Chika bukan orang tua yang menelantarkan anaknya begitu saja, orang tua Chika selalu memenuhi kebutuhan Chika dan sangat peduli dengannya. Terbukti dari adanya pembantu yang senantiasa merawat Chika di rumah dan supir yang selalu menjaganya di luar. Dalam hal keuangan pun Chika tidak pernah kekurangan. Apa pun yang Chika mau selalu dituruti selama hal itu baik.

DentingOnde histórias criam vida. Descubra agora