DENTING | EMPAT PULUH LIMA

87 11 0
                                    

Hello fam^^

Chapter ini bikin aku sakit hati banget huhuhu, semoga feel-nya nyampe ke kalian juga ya

Happy reading ^^

-oOo-

"Jun, lo gila? Mau sampe kapan lo jadi orang egois yang selalu seenaknya dan gak mikirin orang lain?"

Juna seakan tidak terusik dengan Dean yang tiba-tiba mendobrak pintu kamarnya, ia tetap dalam posisi tidurnya dengan tangan kanan menutup wajahnya.

Dada Dean naik turun menahan emosinya yang membara. Ia menarik tangan Arjuna agar bangkit. Arjuna mendesah malas, menatap Dean dengan ekspresi terganggu.

Dean melemparkan map cokelat ke arah Arjuna, ekspresinya penuh kemarahan. Arjuna, yang sudah tahu arah pembicaraan ini, berusaha tetap tenang.

"Yang ada di otak lo itu apa sih Jun? Kenapa tiba-tiba mau pindah sekolah? Jun, Ayah maunya elo yang ngelanjutin bisnis itu ada alasannya! Beberapa saham di perusahaan Ayah sekarang itu atas nama lo, peninggalan bokap lo, dan beberapa klien mau kerja sama lagi kalau yang nerusin bisnis itu ada hubungannya sama bokap lo, makanya Ayah selama ini tuh ngincernya elo, bukan gue! Gue pernah setuju buat ngelanjutin bisnis Ayah tapi dia selalu ngejar-ngejar lo, sekarang giliran Lo mau ngelanjutin, Ayah udah gak butuh gue lagi. Karena itu semua rencananya, dia mau lo iba sama gue."

Arjuna menatap Dean gamang, hening menggaung sejenak. "Terus kenapa?"

Dean tidak habis pikir dengan jawaban itu. Juna masih bertanya kenapa?

"Lo cuma dimanfaatin Juna! Mikir bego!"

"Terus kenapa kalau Ayah manfaatin gue? Bukannya lebih bagus kalau gue bisa ambil alih saham bokap gue? Secara gak langsung gue ngelanjutin bisnis bokap gue juga."

"Otak lo bener-bener konslet, ya? Lo kenapa sih? Lo gak mikirin kita di sini?"

"Apa yang perlu gue pikirin?"

"Raefal! Dia gimana kalau lo pergi?"

"Ada elo. Selama ini juga Raefal deketnya sama, lo."

Dean menggertak gigi. "Jun ... Gue juga bakal pergi. Ayah nyuruh gue ke luar negeri buat ngejar impian gue di sana. Gue pergi, lo pergi, terus Raefal sama siapa?"

Juna merasakan ledakan dahsyat di hatinya, kabar itu begitu mengejutkan, kenapa Dean tidak bicara apa-apa padanya? Meskipun demikian, Juna berusaha tidak goyah dari pilihannya. "Ada Bunda, Raefal itu masih tanggung jawab Bunda sama Ayah, bukan kita."

"Jun!"

"Ini hidup gue, Yan. Mau apapun pilihan gue itu terserah gue. Termasuk pilihan lo itu terserah elo. Gue capek, muak, terserah elo mau ngecap gue egois atau gimana gue bakal tetap sama pilihan gue. Pergi atau enggak itu pilihan gue!"

"Lo bener-bener egois ya, Jun. Dari dulu selalu seenaknya sendiri. Harusnya yang bilang capek itu gue, yang muak itu gue. Gue yang selalu peduliin elo, mikirin elo, berusaha jadi yang terbaik supaya bisa mengurangi penderitaan kita, rela jadi orang tua kedua buat Raefal semuanya gue lakuin demi lo sama Raefal. Gue yang paling banyak berkorban di keluarga ini, gue yang paling capek, Jun. Elo kalau ada masalah sukanya kabur, sedangkan gue gak punya tempat buat kabur!"

"Gak pernah ada yang minta lo buat peduliin gue, dari awal gue udah minta lo buat jadi diri sendiri tapi lo gak mau! Gue gak pernah minta lo buat jadi pelindung gue, gue gak minta, Yan. Kalau dari awal lo maunya ke kedokteran ya kejar! Gak usah sok-sokan nurutin perintah Ayah demi gue."

"Bisa ya lo ngomong begitu? Bahkan tanpa kata terima kasih?" Dean terkekeh. "Nyesel gue pernah belain, lo."

"Kenapa ini? Suara kalian sampai ruang tamu lho, untung Ayah lagi gak di rumah. Ada masalah apa?" tanya Retna mendekati anak-anaknya. Dipandanginya raut Dean dan Juna yang sama-sama menahan amarah.

DentingWhere stories live. Discover now