DENTING | TIGA PULUH EMPAT

84 15 0
                                    

Part kali ini lumayan panjang. Dan semoga emosinya nyampe ke kalian ya. Happy reading^^

****

Pagi itu, matahari terbit dengan semangat yang menyinari langit biru. Di lapangan sekolah, Arjuna, Chika, dan Lukas telah membentuk sebuah tim untuk olahraga lari estafet pagi ini. Chika, dengan rambutnya yang terikat asal dan tatapan penuh tekad, memandang ke depan dengan penuh percaya diri. Dengan semangat yang membara, Arjuna, Chika, dan Lukas mengambil posisi mereka di lintasan.

Priiittttt

Chika yang berada diposisi pertama mulai berlari kencang, rambutnya mengayun kiri kanan, lintasannya tidak terlalu jauh tapi jiwa-jiwa remaja jompo ini cukup membuat Chika ngos-ngosan. Chika mengoper tongkatnya pada Lukas. Lukas meraih tongkat estafet dengan mantap dan segera memulai lariannya dengan sekuat tenaga.

Chika melihat tim lain yang berada unggul di depan, "Lebih kenceng, Kas!" teriak Chika, memberikan semangat pada temannya.

Lukas dengan napas teratur dan hati yang penuh tekad, berlari secepat mungkin. Keringat mulai mengalir di wajahnya. Di tengah lariannya, Lukas melihat Arjuna yang sudah siap menerima tongkat estafet berikutnya. Mata mereka bertemu sejenak, dan dalam pandangan itu terdapat keyakinan dan dukungan yang saling terpancar.

Sorak ruai di tengah lapangan hari ini terdengar sangat mengasyikkan. Lukas menguatkan langkahnya, menyodorkan tongkat estafet kepada Arjuna dengan cepat dan tepat. Arjuna, tanpa ragu, menerima tongkat itu dengan tangkas.

Arjuna meluncur seperti angin, Ia melintasi lintasan dengan langkah mantap, melampaui tim lain yang sudah lari mendahuluinya dengan. Sudah biasa kan Arjuna lari keliling lapangan? Hukuman itu sudah seperti latihan saja.

Chika sampai menahan napas melihat Arjuna yang begitu gesit, apalagi kini posisinya dengan Farel yang dari tim lain sangat beda tipis untuk sampai finish.

"Junaaaaaa semangaaattt!!!" teriak Chika di tempat.

Dan sesuai dugaan, Juna sampai digaris finish lebih dulu. Senyum Chika mengembang, melakukan tos dan pujian. "Waahhh gila, selain jago bela diri Lo juga jago lari ya."

"Gimana lagi, udah jadi makanan sehari-harinya Juna lari lapangan," timpal Lukas. "Tapi bagus sih, kita jadi dapat nilai plus."

Arjuna yang masih mengatur napas hanya memandang teman-temannya bergantian dengan senyumannya yang telah terukir sejak tadi.

Mereka duduk di pinggir lapangan untuk melihat teman-temannya yang lain. "LARI YANG KENCENG BILL ELAAAHHHH LELET AMAT!" teriak Chika membuat Lukas yang duduk disebelahnya reflek menutup telinga.

"Kurang-kurangi, Chik."

Chika mengabaikan, di tempat balap juga Chika sudah biasa meneriaki Wandi dan Juna ... Dulu, iya dulu, mungkin sekarang Chika tidak akan meneriaki Juna seperti dulu, semua sudah berubah, kan?

Karena sakit telinga Lukas berpindah posisi menjauh pergi dari Chika. Meninggalkan Chika dan Juna berdua larut dalam kesunyian.

"Kata Wandi semalam Galen ribut sama dia?" ujar Chika membuka topik.

"Tau dari mana?"

"Dibilangin Wandi yang cerita ke gue semalam. Anaknya uring-uringan datang ke rumah."

"Wandi ke rumah, Lo?"

"Iya, udah sering juga begitu. Emangnya kenapa?"

"Jangan keseringan, Chik."

"Kenapa? Wandi temen gue, gak macem-macem juga."

"Gak ada masalah kalau Wandi mau main ke rumah Lo, tapi itu udah tengah malam banget ngapain di masih mampir? Waktu itu juga Wandi nyuruh Lo Dateng ke rumahnya cuma buat ngobatin gue Lo langsung datang padahal udah larut."

Dentingजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें