Chapter 32: Ice Princess

488 33 0
                                    

Derik serangga malam, menemani suara kayu bakar yang patah terbakar api. Jiang Ju masih setia menantikan pertanyaannya untuk dijawab. Xiao Re yang menganalisa suasana berasumsi diamnya Yan Mei adalah penolakan dirinya untuk bercerita lebih lagi tentang dirinya.

"Hmm, jangan dipaksakan cerita kalau kamu engga mau." Xiao Re menyelimuti bahu kecil Yan Mei dengan kain.

Tiba-tiba gadis itu tertawa, "Kalian kok jadi engga enakan gini?" Yan Mei menyeka sudut matanya yang berair.

"Hei bocah, kalau kau diam aja begitu, semuanya bakal mikir kau itu berat hati untuk menceritakannya." Zian memberi pukulan ringan ke kepalanya Yan Mei.

"Perasaan, sifatmu engga begini awalnya." Sambung Zian.

Xiao Re mencubit punggung tangan Zian yang sudah bertindak seenaknya. Zian berteriak kesakitan, "Apa sih?" Dengan nada bicara tidak senang.

"Xiao Re, bukannya seharusnya ada yang ingin kau rundingkan dengan gadis penyembuh itu?" Yan Mei menunjuk Yu Lie yang mengasingkan diri duduk di bawah pohon bambu.

Air muka Xiao Re menggelap, hatinya belum siap untuk membahas masalah ini bersama Yu Lie. Chen Yu menyadari hal ini menarik kembali Xiao Re yang sudah berdiri.
"Beri waktu untuk masing-masing dari kalian." Ucap Chen Yu.

"Sebaiknya kita rundingkan dulu hal yang lebih penting. Besok kita akan pergi ke mana?" Jiang Ju memasang wajah seriusnya. Jujur saja wajah itu lebih terlihat menyebalkan di mata Zian.

"Pergi dari pulau ini? Atau menghabisi si brengsek Zhong San." Jiang Ju mengepalkan tangannya hingga buku-buku jarinya terlihat memutih.

"Tentu saja pergi ke rumah bordil." Yan Mei angkat suara.

Semua pria yang mendengar ucapan Yan Mei tiba-tiba salah tingkah, Ryu yang berbaring juga menahan rasa malu hingga telinganya memerah.
"Apa-apaan, rumah bordil?! Yang benar saja!" Chen Yu berteriak dengan wajah merahnya.

"Kau anak perempuan, bisa-bisanya mengajak kita ke," Zian tak sanggup melanjutkan kalimatnya.

"Hei, kau lihat kan Xiao Re. Pikiran mereka sudah pergi ke mana." Yan Mei menyandarkan kepalanya ke bahu Xiao Re.

"Hah?! Kenapa kau keringatan?" Yan Mei langsung berpindah. Xiao Re menahan gugupnya hingga keringatan. Ingatan jeleknya kembali berputar di pikirannya.

"Aku pernah menyelinap keluar dari pengasinganku untuk melihat parade dan ya, kejadian tidak enak terjadi saat itu." Xiao Re mengusap-usap kedua dengannya untuk meredakan merinding yang menjalar.

⚜️⚜️⚜️

Zian tidak percaya dengan apa yang dilihatnya sekarang. Ucapan anak kecil itu bukan hanya gurauan. Musik dimainkan dengan meriah untuk menyambut mereka. Kain warna-warni berputar sesuai dengan gerakan tubuh yang sedang menari.

"Berikan aku segelas arak dan teh hitam!" Ucap Yan Mei lantang.

Wanita berbaju merah menatap Yan Mei dengan tatapan serius. Tangannya memberikan tanda untuk menghentikan musik, "Nona ingin teh hitam yang seperti apa?"

"Teh hitam paling pekat." Yan Mei tersenyum.

Seluruh pintu, jendela dan juga ventilasi ditutup. Tamu-tamu lain dibawa ke ruangan lantai tiga. Wanita berbaju merah tadi langsung duduk di kursi, menghisap rokok pipa yang tersedia di atas meja.

"Kami menyediakan informasi dari tingkatan paling rendah hingga yang paling rahasia. Berapa harga yang bisa kau tawar?"

Yan Mei beranjak dari kursinya. Tangannya merongoh saku di balik bajunya. Benda itu terbungkus dengan kain hitam, tampak benda itu dijaga sekali oleh Yan Mei.
"Aku rasa benda ini cukup untuk tiga pertanyaan tingkat paling rahasia."

In The End We Became One [Hiatus]Where stories live. Discover now