Chapter 30.5: Storm

684 52 2
                                    

Dari jumlah saja Xiao Re sudah kalah telak, pandangan gadis itu melihat sekitar mencari keberadaan Jiang Ju dan juga Yu Lie. Dari sudut matanya terlihat Zhong San melarikan diri ke istana bersama Yan Xia juga para tawanan kerjaan yang dia sandera. Gadis itu berdecak kesal dengan kondisi yang tidak bisa ia kendali sekarang.

Chen Yu dan Zian berusaha mengikis pergerakan prajurit yang terus memojokkan mereka. Begitu juga dengan Xiao Re terus menembakkan anak panahnya. Langut yang sebelumnya cerah sekarang ditutupi awan gelap, sudut bibir Xiao Re tertarik.

"Ryu." Desisnya.

Menunggu kemunculan bocah laki-laki bernama Ryu itu ternyata hanya penantian sia-sia. Bulir-bulir salju turun mengenai ujung hidung Xiao Re. Zian yang berdiri di barisan depan mengganti posisinya menuju gadis mungil yang memandang langit dengan penuh heran. Awalnya Pria itu juga mengira langit gelap ini disebabkan oleh bocah buta pengendali petir. Namun, saat dinginnya salju menyentuh permukaan wajahnya, Zian langsung berprasangka buruk.

Bisa jadi ini adalah musuh, seperti si pengendali angin, Yan Xia. Dia memilih mengkhianati takdirnya lalu memilih memihak kepada pihak lawan. Tidak tahu berapa banyak prajurit yang telah dikumpulkan Zhong San untuk menyerang balik tuannya, yaitu Xiao Re.

Jari Xiao Re menunjuk ke arah gerbang istana, gadis mungil dengan baju Hanfunya berjalan anggun di antara kerumunan. Busurnya mulai membidik, namun kabut menghalangi pandangannya.

"Tenang, aku di pihakmu." Suara ini berbisik tepat di telinganya. Hawa dingin merambat membuat bulu kuduk Xiao Re meremang.

Suara pedang beradu tidak terdengar lagi, gadis itu berusaha mati-matikan menahan rasa kantuk yang datang padanya. Tubuhnya terangkat seketika, "Hei, Zian apa-apaan ini!" Xiao Re memukul punggung pria itu karena sudah menggendongnya seperti karung beras.

"Jangan tertidur." Kata Chen Yu yang sudah berdiri di sebelahnya. Berada di dekat Chen Yu kecil seperti berada di depan perapian, hangat.

Xiao Re mengedipkan matanya berkali-kali dengan tempo cepat. Ia baru sadar kalau tubuh Chen Yu sudah seperti bocah berumur enam tahun.
"Aku hanya menggunakan kekuatanku untuk memulihkan diri. Jangan mengelus kepalaku seperti anak anjing, Xiao Re."

Mendengar protes yang keluar dari Chen Yu, Xiao Re hanya bisa berdecak kesal.
"Jadi untuk apa kau menggendongku?!" Xiao Re beralih ke Zian yang menyebalkan.

"Ya.. untuk memindahkanmu dari sebelah es itu." Zian meletakkan Xiao Re ke tanah lalu jemari pria itu menggandeng gadis yang terdiam mendengar jawaban yang terlontar dari bibirnya.

"Segera kita pergi menolong Qiu Yue dan juga pangeran Guo."

Langkah gadis itu terhenti, tubuhnya tertarik ke belakang karena tangannya ditarik oleh Zian. Raut wajah pria itu seolah mengatakan. "Tidak, jangan pergi ke sana. Sama saja dengan bunuh diri, jika masuk ke sana."

"Apa yang kau tunggu?!" Bentak Xiao Re.

"Mereka semua sedang tertidur, lihat!" Xiao Re menunjuk semua prajurit yang tertidur ada juga yang tetap berdiri seperti membatu.

"Kau mengkhawatirkan pangeran itu, bukan?" Nada suaranya terdengar rendah, manik matanya bahkan tidak sanggup menatap wajah gadis yang ada di hadapannya.

Xiao Re lagi-lagi terkejut mendengar ucapan Zian, bagaimana bisa pria ini berpikir hal seperti itu di situasi sekarang?
Xiao Re menarik napas, "Zian," jemarinya sudah berada di pipi penuh luka dan bekas darah Zian.

In The End We Became One [Hiatus]Where stories live. Discover now