Chapter 15: Kiss and Make Up

2K 152 0
                                    

"Masuk ke gua, malam ini sangat dingin." Zian tahu betul Xiao Re sedang mengikutinya.

Zian duduk bersandar di pohon dan diikuti Xiao Re disampingnya, angin malam yang berhembus pelan menemani heningnya malam kali ini.

Xiao Re bersandar ke bahu Zian, "Dasar kepala batu." cicitnya pelan namun Zian mendengarnya jelas.

"Kenapa keluar? Kondisi tubuhmu belum pulih bukan?" Xiao Re berpindah tempat duduk di depan Zian.

Zian terkekeh, "Kau terlihat sangat kecil sekarang."

Tangan besar Zian menarik Xiao Re menuju dekapannya yang hangat mengalahkan dinginnya angin malam.

"Diam seperti ini kumohon, sebentar saja." Zian berbisik di telinga Xiao Re, gadis itu membalas pelukan Zian.

Xiao Re tidak menyangka sifat Zian bisa berubah sebegitu drastisnya layaknya seperti anak-anak.

Ya, sejauh ini Xiao Re belum pernah melihat Zian mengeluh. Gadis ini juga tidak tahu sebelum Zian bertemu Xiao Re, bagaimana cara laki-laki ini menjalankan kesehariannya.

Orangtuanya? Xiao Re juga tidak tahu jelas asal-usul Zian. Apa begitu kesepiannya dia, kesepian yang hampir tidak dirasakan Xiao Re.

Dia punya adik-adiknya saat dia ingin bermain. Dia juga punya kakaknya yang bisa menjadi tempatnya bermanja-manjaan dan tempat mendengar keluh-kesah Xiao Re saat ayah memarahinya.

"Maaf, aku terlalu egois." Xiao Re melonggarkan pelukannya dan menatap wajah Zian.

"Sudahlah, aku juga terlalu gampang terpancing amarahnya. Panasmu juga sudah turun, istirahatlah kita tidak tahu besok tujuan kita akan ke mana." Zian mengusap kepala Xiao Re.

"Khawatirkan dulu dirimu sendiri, bagaimana lukamu?" Tanya Xiao Re cemas.

"Hanya luka bakar, apa kau khawatir?" Zian mengatup pipi Xiao Re dengan dua telapak tangannya yang besar dan tersenyum.

Yang benar saja, setelah mendengar kalimat yang keluar dari mulut Zian membuat pipi Xiao Re memanas.
"Tentu saja!" Tanpa sengaja Xiao Re memukul bagian luka Zian.

"Aw, aduh, sakit.." Zian meringis membuat Xiao Re panik.

"Apa perlu aku panggil Yu Lie? Sepertinya lukanya, Emm bagaimana ini?" Xiao Re memutar kepalanya cemas.

"Hahaha, tenang lah, nyawaku tidak akan melayang hanya karena luka sekecil ini. Bagaimana kalau sekarang kita masuk ke gua dan beristirahat." Zian mengangkat Xiao Re seperti mengangkat sekarung beras di bahunya.

Zian menurunkan Xiao Re perlahan, dan mencuri selimut Jiang Ju untuk diberikan kepada Xiao Re.

"Tidur tuan putri, masih banyak hari yang harus kita lalui." Zian menaikkan selimut Xiao Re hingga menutupi lehernya.

"Kau tetap di sini!" Xiao Re menepuk bagian di sampingnya mengisyaratkan tempat untuk Zian tidur.

"Jangan bertingkah seperti itu, aku juga laki-laki." Zian menundukkan wajahnya yang memerah sekarang.

Tidak ada respon dari Xiao Re, Zian tersenyum melihat gadis kecil itu dan tidur dalam posisi duduk di sebelah Xiao Re.

⚜️⚜️⚜️

Xiao Re hanya pura-pura tertidur, ia melihat ke kiri dan kanan memastikan semua temannya sudah tertidur pulas.

Tatapannya berujung pada Zian yang sedang tertidur. Apa kepalanya tidak sakit dengan posisi tidur, duduk seperti itu?
"Terima kasih." Xiao Re mengelus pipi Zian pelan, takut ia terbangun.

Setelah melayangkan ciuman singkat di pipi laki-laki ini, Xiao Re kembali ke tempatnya dan tidur.

⚜️⚜️⚜️

Pagi ini di mulai dengan pertengkaran antara Zian dan Jiang Ju.

"Siapa yang menyuruhmu mengambil selimutku?!"

"Anak laki-laki harus mengalah!"

"Tapi lihat sekarang, aku masuk angin!" Ucap Jiang Ju melebih-lebihkan.

Dan beberapa teriakan lainnya, sedangkan Xiao Re, Yu Lie dan Chen Yu hanya berjalan lurus tanpa memperdulikan dua orang aneh yang ada di belakang mereka.

"Xiao Re, kau ingin mencari panglimamu yang lain bukan?" Chen Yu berkata.

"Iya, tentu saja!"

"Kali ini akan lebih sulit Xiao Re, kita harus berlayar menuju area kekuasaan kaisar Guo. Letaknya ada di benua seberang." Chen Yu menjelaskan.

"Bagaimana kau bisa tahu persis letak panglima Xiao Re?" Yu Lie bertanya.

"Aku hidup lebih lama dari kalian, saat kalian lahir aku menemui kalian satu persatu. Tapi yang satu ini akan lebih sulit percayalah." Chen Yu menunjuk kapal pedagang yang sebentar lagi akan berlayar.

"Kita harus naik kapal itu." kata Chen Yu.

"Caranya? Kita ini bukan pedagang." Ucap Xiao Re.

"Menyamar, itu keahlian Jiang Ju." Jiang Ju menepuk pundak Xiao Re.

Seperti signal yang menangkan koneksinya masing-masing, mereka semua tersenyum bersama mengetahui apa yang ada di dalam pikiran Jiang Ju.

To be continued~

In The End We Became One [Hiatus]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora