Chapter 30: Storm

792 57 13
                                    

Stay safe everyone (ò_óˇ)
Jangan jadi silent reader ya teman-teman.
Bantu Thery capai 500 followers ya, terima kasih. (о''о)

Chen Yu, Xiao Re juga Zian terkepung ribuan prajurit di halaman utama kerajaan Guo. Xiao Re melihat sekitar ratusan prajurit siap menyerangnya tinggal menunggu perintah. Pangeran Guo, Qiu Yue sudah terikat dan dibawa ke tengah halaman kerajaan utama. Saat semua berkumpul dua orang prajurit menggotong sebuh peti besar lalu diletakkan sesuai arahan Zhong San.

"Semuanya, para Kasim, anggota pengikut kaisar dan juga anak-anaknya. Ini adalah tanda peringatan karena sudah berani mengancam kerajaan Tian!"

Petinya terbuka, amarah pangeran mahkota tersulut karena di sana terdapat kepala mendiang Kaisar Guo yang merupakan matahari kerajaan. Pangeran memberontak hingga melayangkan tinju tepat di pipi pria paling tidak tahu diri yang pernah Xiao Re kenal.

"Kerajaan Tian?! Sejak kapan, hah?!" Xiao Re ikut meneriakkan kemarahannya.

"Sejak kakak ketigamu, menggantikan Kaisar yang sedang sakit, sayang." Zhong San berbicara dengan mulutnya yang sudah mengalir darah.

Pangeran Guo kembali ingin memukul, suara teriakan Qiu Yue terdengar. Tombak yang semula ditangan prajuit sekarang sudah menembus kulit dan daging matahari kedua kekaisaran. "Kakak!" Qiu Yue memekik kuat.

Zhong San berjalan mendekati Xiao Re, Zian yang berada paling dekat dengan gadis itu dengan kasar melepaskan cengkraman prajurit langsung melindungi Xiao Re. Senyum Zhong San mengembang, lalu berubah menjadi suara tawa yang memekakkan.

"Satu lagi manusia yang tidak tahu posisinya dan kedudukannya." Zhong San bersiap melayangkan pukulan.

"Kau terlalu meremehkanku." Zian membungkuk lalu menendang tepat di tulang keringnya, terdengar suara yang patah dengan jelas.

Zhong San menarik belati yang sudah ia lumuri racun sebelumnya, belatinya menembus udara menargetkan rahang bawah Zian sebagai objek yang akan dia tusuk. Reflek cepat Xiao Re telah terasah dengan baik, tangan mungil gadis ini memeluk Zian lalu menarik mundur lelaki itu.

"Serang!" Zhong San memekik kesal.

Chen Yu membakar dirinya agar terlepas dari cengkraman, tubuhnya yang kecil menyulitkan ia untuk bertarung. Chen Yu berlari menuju Xiao Re, tidak ada lagi yang bisa Chen Yu lakukan di situasi genting seperti ini selain memberitahu gadis itu cara memakai kalung pemberian nenek.

"Xiao Re dengarkan aku."

Xiao Re mengambil pedang salah satu prajurit yang roboh karena Zian, lalu menebas dengan brutal. "Aku mendengarkanmu."

Chen Yu menendang kaki Xiao Re agar ia terjatuh, serangan tombak tadi hampir saja menembus tengkorak kepalanya. Pedang terlalu berat untuk Chen Yu saat ini, benar-benar situasi kali ini tidak berpihak pada mereka. Bahkan Jiang Ju dan Yu Lie tidak ada dalam situasi genting seperti ini.

⚜️⚜️⚜️

Di lokasi lain yang tidak jauh, Yan Xia cukup kewalahan melawan lawan yang seimbang. Energinya terkuras banyak untuk mengeluarkan dua pusaran angin bersamaan. Jika saja dia terkena petir bahkan sekali saja, Yan Xia yakin pertarungan akan dimenangkan pihak lawan. Hujan mulai turun dengan lebat, gadis ini memutuskan untuk menghentikan pusaran angin yang melingkari dia dan si elemen petir.

"Sudah menyerah?" Suara Ryu terdengar tenang, namun sebenarnya ia juga sangat kelelahan. Mengingat cara ia menutupi kelemahannya itu adalah dengan merasakan pergerakan lawan melalui arah angin dan juga Ryu sangat bergantung dengan pendengarannya. Pusaran angin tadi benar-benar membuang Ryu harus menyerang secara membabi buta. Bahkan tak sekali dua kali ia terkena kipasan angin yang melukai beberapa bagian tubuhnya.

Deru nafas terdengar jelas menarik udara sebanyak-banyaknya untuk paru-paru. Setidaknya Yan Xia berharap ia bisa menumbangkan si pengendali petir agar mempermudah pangeran Zhong San mengeksekusi putra mahkota Guo. Rencana mereka untuk menjadikan Qiu Yue boneka kerajaan hanya tinggal sedikit lagi polesan.

Dan jika berhasil maka, majikkannya akan menyerang kerajaan Tian untuk mengkhianati putra ketiga kerajaan Tian lalu mengambil ahli seutuhnya.

"Apa yang kau lamunkan?" Ryu menyerang dengan jarak dekat.

Kalau ia bisa membuktikan pada Zhong San keahliannya, bisakah gadis ini mengambil ahli Xiao Re dari hati pria itu?

⚜️⚜️⚜️

Zian membantu Xiao Re untuk mengambil napas setelah dirinya terus-terusan diserang tanpa jeda. "Kumpulkan mana-mu ke kalung yang nenek berikan untukmu untuk membuat senjata." ujar Chen Yu.

"Bagaimana?" Xiao Re menggenggam erat kalung yang memanas, tangan gadis ini melepuh namun ia harus menggengamnnya.

"Kau sadar tidak, ketika kau menemukan salah satu pengikutmu kalung itu akan beraksi? Semakin banyak yg kau kumpulkan maka semakin panas kalungnya. Pusatkan mana-mu, kebetulan jenis mana kita sama, akan kubantu kau membuat senjatanya." Chen Yu turut menggenggam tangan Xiao Re. Gadis ini merasakan bara api panas yang mengalir kuat.

"Bayangkan, Xiao Re!"

Busur merah api berada digenggamannya, "Nah, ayo bertarung." Chen Yu merubah dirinya menjadi phoenix.

"Mari kita buat pesta bakar-bakar!" kata Chen Yu.

"Anak itu di kondisi seperti ini masih bisa bergurau, dia kira lucu?" gumam Zian.

Xiao Re langsung menargetkan kepala Zhong San sebagai bidikan panahnya.
Pats.

Tubuhnya yang penuh luka, tumbang dengan sekali melesatnya anak pada bahu kanannya.
"Yan Xia!"

Xiao Re memutar tuas pikirannya, jika Yan Xia yang datang dalam kondisi terluka parah, pasti ada pertarungan lain selain di tempat ini.

"Jiang Ju, Yu Lie, dimana mereka?" Ujar Xiao Re, melihat sekitar.

⚜️⚜️⚜️

Akhirnya Yan Xia bisa bernapas lega setelah menumbangkan Ryu dan juga Jiang Ju di detik-detik terakhir sebelum semua mana-nya terkuras habis. Jalannya tertatih-tatih menuju halaman utama kerajaan.

Matanya langsung menuju pada saat dimana Zian mematahkan kaki Zhong San, "Yang Mulia!" Teriaknya, namun tidak terdengar sama sekali. Selagi Zhong San berusaha meracuni Zian dengan ujung belatinya, Yan Xia berusaha mempercepat langkah kakinya.

Xiao Re membidikkan anak panahnya, posisinya sudah berada di belakang lelaki yang sudah tidak bisa bergerak lagi dan mengerang kesakitan.
Yan Xia berdiri menjadi tameng untuk Zhong San mendengar namanya diteriakkan setelah tubuhnya jatuh dalam sekali tembakkan anak panah.

Anak panah yang terbuat dari api membakar bagian yang terkena panahan, rasa sakitnya sudah tidak terasa lagi, hanya tinggal kesadaran yang menghilang lambat-laun.

To be continued~

In The End We Became One [Hiatus]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt