Chapter 23: Assassin

1.5K 115 9
                                    

Suara semilir angin malam bertiup mengenai daun bambu di malam hari terdengar melembutkan hati.

Di balik ruangan ini terdapat sekat yang memisahkan Xiao Re dan Qiu Yue dan sebuah lilin sebagai penerang kecil mereka di malam hari.

Para putri Kaisar sudah terlelap dalam mimpi mereka, hingga derap langkah kaki pelan membangunkan salah seorang dari mereka.

Xiao Re sudah terbiasa dengan cara tidurnya yang baru. Sedikit saja suara, maka ia akan terbangun dari mimpinya.

Dibalik pintu ruangan, menyisakan bayangan seseorang yang mencurigakan untuk Xiao Re.

Apa itu Kakak Guo Chang?

Namun cepat-cepat ia tepis pikirannya itu karena bayangan yang Xiao Re lihat, orang itu memegang senjata sabit, seperti malaikat maut.

Namun cepat-cepat ia tepis pikirannya itu karena bayangan yang Xiao Re lihat, orang itu memegang senjata sabit, seperti malaikat maut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sial, aku baru saja terbangun untuk menyambut kematianku.

⚜️⚜️⚜️

Pagi-pagi begini, Zian dan teman-temannya sudah disambut dengan suara berisik dari kedai pembuat senjata ini.

Paman bertubuh tegap sedang memukul-mukul besi yang berwarna merah karena baru saja keluar dari bara.

"Permisi."

Setelah mengetahui keberadaan Zian, paman itu pun menoleh dan memasang wajah datar.
Dia hanya mengangguk tanda mereka untuk ikut berjalan di belakangnya.

"Senjata apa yang kalian cari?"

Suara pintu tua terbuka, menampilkan berbagai jenis senjata yang sudah dipahat rapi olehnya.

"Woah." Mata Jiang Ju berkilau melihat setiap senjata yang tersusun rapi.

"Apakah, kau punya pedang?" Zian mengatakan langsung kemauannya.

"Kemarilah, pedang berada di ruangan sebelah."

Zian mengikuti paman itu pergi dan meninggalkan Chen Yu, Yu Lie dan si bodoh Jiang Ju.

"Aku menyadarinya semenjak pertama kali aku melihat kalian."

Alis Zian tertaut mendengar dialog orang yang berada di depan matanya ini.
"Jelaskan maksudmu."

"Mereka istimewa, dan kau berbeda. Zian, kau lupa dengan aku? Paman Feng."
Dia membalikkan tubuhnya dan memperlihatkan wajahnya. Seketika itu juga memori lama yang tersimpan harus timbul ke permukaan.

"Bagaimana keadaanmu, Nak?"

Paman Feng, sudah seperti sosok ayah bagi Zian. Dia lebih menerima sosok Feng sebagai ayah daripada ayah kandungnya sendiri.

Si brengsek itu menghamili ibunya dan mencampakkan mereka seperti sampah tak berguna.
Ibu selalu menceritakan kalau ayah Zian bekerja sebagai panglima di kerjaan Guo.

Kehamilan ibunya dianggap sebagai petaka, karena ayahnya baru saja ingin meminang putri bangsawan kerjaan Guo.

Sejak lahir Zian tidak pernah diperlakukan sebagai manusia. Ibunya hanya bisa menangis ketika anaknya pulang bersama luka-luka memar yang diberi anak seusianya.

"Jangan main bersama Zian, kata ibuku dia anak haram!"

"Jijik, jangan dekat-dekat!"

"Dia anak yang tidak diinginkan!"

"Zian?"

Satu kata yang dilontarkan paman Feng, menyadarkan Zian dari lamunannya.

"Hanya paman yang mau bermain bersamaku." Bibir Zian bergetar mengatakan setiap kalimat yang terlontar dari mulutnya.

"Kau sudah dewasa, Nak."

Paman Feng menepuk-nepuk bahu Zian bangga.
"Kau boleh mengambil senjata apa yang kau suka."

"Terima kasih paman."

⚜️⚜️⚜️

Seluruh penghuni istana dilanda panik oleh kabar menghilangnya Putri Xiao Re.

Tes...

Mataku tertutup kain yang menghalangi penglihatanku. Yang bisa kurasakan hanyalah ruangan yang sempit, gelap kemudian setetes air yang jatuh ke pipi.

"Halo?" Aku mengucapkannya dengan lantang dan jelas.

Terdengar suara gaung, tunggu apakah aku sedang ada di gua?

Sreet..

Kukunya sedikit menggores kelopak mataku saat dia menarik kasar kain penutup mataku.

Dia duduk menyamakan tinggi tubuh kami, aku ingin melihat wajahnya dengan jelas namun kepala tengkorak hewan itu menghalangi penglihatanku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dia duduk menyamakan tinggi tubuh kami, aku ingin melihat wajahnya dengan jelas namun kepala tengkorak hewan itu menghalangi penglihatanku.

Dia kembali mengulur tangannya dan spontan aku menjauhkan tubuhku dari uluran tangannya. Dia menarik paksa kalung pemberian nenek yang terkait di leherku.

"Argh! Sakit." Aku memegang leherku yang nyeri akibat perbuatannya.

"Benda ini, hanya benda ini yang bisa kulihat." Suaranya rendah hampir aku tidak bisa mendengarnya.

"Apa maksudmu?"

"Karena benda ini, akhirnya aku bisa menemukanmu."

Sratt...

Ujung sabitnya sudah berada percis di leherku. Benda tajam itu perlahan menusuk leherku dan cairan kental berwarna merah mulai mengalir.

"Hentikan!"

⚜️⚜️⚜️

"Zian!" Chen Yu menarik kasar bahu Zian. Pria itu hanya menatap Chen Yu dengan wajah penuh guratan.

"Apa?"

"Xiao Re, Xiao Re akan dibunuh!" Chen Yu memekik kencang dan wajah Zian berubah pucat.

"Panggil Jiang Ju!"

Apa-apaan ini!

Zian mengepal jarinya hingga buku-buku jarinya memutih.

Nyawanya yang akan duluan pergi kuambil sebelum dia bisa merenggut nyawa Xiao Re.

To be continued~

In The End We Became One [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang