Dan benar saja, Agatha sedang duduk di kursi yang sudah sedikit lapuk, Raga menghampiri Agatha yang tengah memejamkan matanya.

"Tha," panggil Raga.

Agatha membuka matanya lalu tersenyum ke arah lelaki itu, tidak biasanya Raga mau repot-repot mencarinya.

"Kenapa?" tanya Agatha bingung.

"Lo marahan sama Kevan?" tanya Raga, sementara Agatha diam, gadis itu malas jika harus membahas Kevan sekarang.

"Tha."

"Apa lagi?" tanya Agatha sebal, karena Raga tak kunjung to the point.

"Maaf," ucap Raga lalu duduk di sebelah Agatha.

Agatha bingung karena entah mengapa Raga mengucap kata maaf, Agatha lantas menatap Raga dengan bingung.

"Sebenernya gue yang nyuruh Kevan buat gak nyeritain tentang Keano ke lo," ucap Raga jujur. Agatha terkejut, tapi sedetik kemudian gsdis itu memasang wajah yang biasa saja malahan terlihat songong di mata Raga.

"Gue tahu," ucap Agatha membuat Raga terkejut.

Agatha menghela napasnya, lalu memijit pelipisnya yang berdenyut. Ia lantas beranjak dari duduknya dan meninggalkan Raga di sana. Raga yang heran pun mengikuti langkah Agatha.

"Lo mau kemana, Tha?" tanya Raga sedikit berteriak karena Agatha sudah berada jauh di depannya.

"Akhirat!" jawab Agatha asal.

Raga sontak tertawa mendengar jawaban Agatha, ia melihat tanggal di hp nya. Pantes saja Agatha sedikit uring-uringan, ternyata gadis itu sedang PMS. Kesempatan ini akan dibuat Raga untuk mengajak Agatha ke taman, membelikan gsdis itu es krim agar mood Agatha membaik.

Agatha melangkahkan kakinya menuju kamar mandi, ia melihat Kinara dan Amanda yang sedang memakai make up, Agatha berdecih.

"Mau sekolah apa mau ngelonte?" sindir Agatha membuat keduanya menoleh dan menatap Agatha dengan sinis.

"Iri bilang bos," ucap Kinara diikuti kekehan Amanda

Sama sekali tidak takut, Agatha malah menghampiri keduanya dan menatap Kinara dengan songong. Agatha menggulung lengan seragamnya dan menarik pergelangan tangan Kinara, cukup erat hingga membuat adik kelasnya  itu mengaduh kesakitan.

Kinara mencoba untuk melepas cekalan tangan Agatha namun usahanya itu sia-sia. "Lepas!"

Agatha semakin mengeratkan pegangannya dan menatap Kinara dengan horror.

"Gue udah tau ide busuk lo, Ra," ucap Agatha membuat Kinara menegang seketika.

Amanda bingung hendak melakukan apa, agar temannya bebas dari cekalan Agatha. Amanda yang tidak berani melawan lantas memilih pergi meninggalkan keduanya di kamar mandi.

"Lo mau kemana, Kak?" tanya Kinara masih berusaha melepas cekalan tangan Agatha.

"Gue ada urusan, sorry gak bisa bantu," ucap Amanda lalu pergi meninggalkan keduanya.

Agatha lantas menarik rambut Kinara dengan kasar hingga membuat gadis itu menengadahkan kepalanya.

"Lo bayar Gio buat bunuh gue kan?" tanya Agatha sinis.

Kinara menelan ludahnya kasar, sedikit sulit karena jambakan dari Agatha yang cukup kuat.

Sebenarnya sudah lama Agatha mengetahui hal ini, tapi ia memilih diam. Ia hanya ingin melihat seberapa besar nyali gadis itu membuat rencana untuk membunuhnya.

"Lo tau dari mana?" tanya Kinara.

Agatha melepas jambakannya di rambut Kinara, ia menatap cewek itu sedih. Sedih karena mengapa manusia semacam Kinara masih hidup di zaman modern seperti ini.

"Cara lo tuh murahan tahu nggak?" ucap Agatha pedas.

"Raga itu gak suka sama lo, dia cuman obsesi. Lo sadar gak sih?!" bentak Agatha, wajahnya memerah karena marah. Sejujurnya Kinara takut, tapi ia memilih bersikap biasa saja karena jika menampilkan wajah ketakutan bisa-bisa Agatha akan meledeknya.

Kinara lantas menampar pipi Agatha dengan keras hingga membuat sudut bibir kakak kelasnya itu berdarah. Pipinya berdenyut nyeri, bekas bogeman ditambah tamparan membuat pipinya kebas seketika. Agatha tidak tinggal diam, ia kembali membalas tamparan Kinara hingga membuat gadis itu tersungkur.

"Gue gak suka kekerasan kalo lo gak mulai duluan bangsat!" teriak Agatha, Agatha mengunci pintu kamar mandi, jadi ia bisa leluasa untuk mengeluarkan seluruh uneg-unegnya yang sudah lama ia tahan.

Panas di pipi Kinara diikuti panas di hatinya membuat gadis itu berani menatap nyalang ke arah Agatha.

"Berani banget lo sama gue," ucap Agatha mulai tersulut.

"Ayo tampar," ucap Kinara sambil menepuk-nepuk pipinya.

"Gue masih punya hati, gak kayak lo."

Kinara heran, di saat seperti ini Agatha masih mempedulikan perasaan orang lain. Kinara jadi merasa bersalah?

Agatha menarik napasnya dalam dalam, ia memegang pundak Kinara dengan pelan.

"Maaf gue kelepasan." Kinara mematung, ia benar-benar merasa bersalah sekarang.

"Lo simpen uang lo, jangan buang-buang buat hal yang berguna. Gak kasihan sama orang tua lo?" ucap Agatha tenang.

Kinara menunduk, ia tidak berani menatap Agatha karena merasa malu telah melakukan hal yang sangat jahat kepada orang yang sama sekali tidak bersalah.

"Maaf, Kak," ucap Kinara.

"Lo gak perlu bayar orang buat bunuh gue, karena mungkin, gue sebentar lagi juga akan mati."

AGATHA (REVISI) Where stories live. Discover now