Duapuluh empat

1.2K 123 1
                                    

"Panggil petugas medis sekarang"
Bentak moonbyul penuh emosi. Bagaimana bisa mereka terlambat setelah mengetahui siapa korban berikutnya.

Ia tak bisa meluapkan kekesalannya disini, itu dapat merusak TKP. Sebagai seorang detectif ia harus profesional meskipun sebenarnya amarah telah menguasai dirinya. Melihat kang daesung terduduk lemas dengan tangan terikat dan mulut menganga membuat air mata moonbyul ingin menetes tapi amarahnya menahan semua itu.

Semua polisi yang berada disana mulai mengecek TKP setelah kang daesung dibawa kerumah sakit dengan ambulance. Mencari barang bukti apapun itu dan sekecil apapun itu. Dan kini terulang lagi, tak ada barang bukti sedikitpun bahkan sepertinya sang pembunuh belum menyelesaikan tugasnya. Kang daesung berbeda dengan korban lainnya, tak ada tatto maupun ukiran dua huruf PC. Tak ada barang hilang, tak ada sidik jari tapi untungnya cctv yang terpasang dapat sedikit membantu.

"Pelakunya ada dua, berambut blonde dan yang satunya berambut gelap"
Ucap salah seorang polisi yang sedang mengecek komputer yang didalamnya ada rekaman cctv.

"Apa kamu bisa melihat wajahnya?"
Kata yongsun yang sedari tadi juga ikut mengamati rekaman cctv.

"Sangat sulit, karena kurangnya pencahayaan"

"Coba ulang rekamannya sepuluh puluh menit kebelakang"
Yongsun yang sedari tadi juga ikut mengati terlihat ada yang aneh didalam rekaman

Diruang yang berbeda namjoon masih mengawasi area sekitar tempat kejadian. Menyisir setiap gerak geril yang ada disana, sambil otaknya berfikir bagaimana sang pembunuh bisa mengetahui kedatangan polisi. Pembunuh itu begitu teliti merencanakan segalanya dengan matang seperti, hal yang paling besar yaitu mengetahui kedatangan polisi dan hal yang paling kecil yaitu pelarian yang bagus. Jika sang pembunuh takut dengan kedatangan polisi, kenapa tidak melakukan pembunuhan sebelum polisi mengetahui korban selanjutnya?, pembunuh itu sangatlah licik, membuat polisi merasa akan sedikit lagi menjemput sang pembunuh untuk pergi menemui hakim namun, pada kenyataannya tidak. Membiarkan korbannya tetap hidup dengan melukai rongga mulutnya. Bukan namjoon jika semua ini berakhir tanpa jawaban, ambisinya sangatlah kuat untuk menang dari para penjahat.

Dor..

Suara tembakan dari arah belakang rumah korban. Namjoon langsung memastikan apa yang terjadi disana. Namun, hanya ada peluru yang menancap di batang pohon pinus. Matanya menyisir kesekeliling semak dan pepohonan dan tak ada seorangpun disana. Tapi, pendengarannya mendengar sesuatu didalam semak.

"Namjoon"
Suara yongsun memanggilnya membuat langkah kaki yang akan mengikuti suara diantara semak ditunda.

"Apa kamu dengar suara tembakan tadi?"

"Itu moonbyul, dia mengatakan untuk tidak panik saat ada suara tembakan dibelakang rumah. Dia butuh pelampiasan"
Namjoon mengangguk paham akan itu. Ia tahu kang daesjng adalah ayah angkat dari moonbyul jadi, ia paham akan apa yang dirasakan oleh moonbyul.

"Ikut aku, ada bukti yang kutemukan dicctv"
Namjoon mengangguk dan mengikuti yongsun.

Layar laptop yang menampilkan potongan gambar yang membuat namjoon kaget melihatnya. Namjoon tak menyangka sang pembunuh ternyata ceroboh juga. Tapi melihat keadaan yang sekarang polisi memang harus lebih bersabar saat menangani kasus seperti ini.

"Lapor kami menemukan dua orang mencurigakan didekat lokasi"
Suara dari HT sebrang sana.

"Ikuti dan tangkap jangan sampai lepas"

"Dimengerti"

Namjoon bergegas menemui chanyeol untuk pergi keseseorang yang dianggap mencurigakan tadi. Ia sengaja tak membawa yongsun, jika ia benar benar membawanya moonbyul akan marah besar dan juga hanya yongsun yang sangat mengerti moonbyul disaat seperti ini.

The Secret Psyco (Tamat)Onde as histórias ganham vida. Descobre agora