40.TAMAT

1.9K 103 20
                                    

Suasana yang masih sama membuat dirinya mengingat saat dulu. Bermain diclub hingga fajar, ia merindukan itu setelah sekian lama tidak melakukan kegiatan yang sangat bebas meskipun selama dinew york dirinya tinggal diatas club milik bobby tapi, itu berbeda. Rencana tentang semua kesenangan dengan alkohol dan menikmati musik sepuasnya, sudah dengan cepat terencana diotaknya. Hanya satu hal yang harus ia lakukan agar rencananya berjalan, meminta izin kepada jisoo. Rose bisa saja mengikuti iklan di televisi yang memiliki jargon, lebih baik minta maaf daripada minta izin.

"Kita langsung keapartemen kamu yang dulukan? Aku udah capek nih"

"Engga, kita kerumah wendy"
Rose melepaskan gandengannya pada jisoo dan menggantikannya dengan merangkul pundak jisoo.

Setelah taksi yang rose pesan datang, mereka langsung menuju kerumah wendy. Jarak yang sedikit agak jauh membuat jisoo memilih untuk tidur selama diperjalanan. Tapi tidak untuk rose, ia memikirkan lisa yang memilih untuk pulang. Dirinya jujur tak percaya bahwa lisa meninggalkan new zaeland. Mungkin saja lisa memilih untuk melupakan semuanya dan memulai hidup yang lebih baru. Tidak ada yang namanya merelakan, yang ada hanya dipaksa untuk terbiasa dengan perasaannya sendiri.

Sampai akhirnya mereka tiba. Bangunan yang tak terlalu terlihat modern. Rose memencet bel yang berada disamping pintu lalu pintu terbuka, bukan lisa yang membukanya dan orang itu berhasil membuat rose dan jisoo membeku tak bisa mengucapkan satu halpun dari mulut.

"H-hai"

***
Flashback  - New zaeland

Jadwal penerbangannya beberapa menit lagi namun, lisa sama sekali tak beranjak dari duduknya. Bahkan setelah menelfon rose dirinya masih bingung. Perjuangannnya bertahun tahun akan sia sia jika dirinya menyerah disini.

Lisa masih menyayanginya?, tentu rasa itu masih ada hanya saja dirinya terlalu pengecut untuk mencobanya kembali. Bayang bayang dirinya yang dulu pernah meninggalkan jennie membuat lisa terpenjara dalam perasaannya sendiri. Takut jika jennie malah bersikap membencinya kembali, dan ketakutan itu terus datang saat dirinya memikirkan jennie.

Lima menit sebelum jadwal penerbangannya, lisa beranjak dari duduknya. Ia mulai berlari keluar bandara. Berlari dan terus berlari dengan sekuat tenaganya. Lisa telah memilih jalannya sendiri. Kembali meskipun pada akhirnya tetap sama, ia sudah tidak mempermasalahkan itu lagi. Mengatakan bahwa perasaannya masih sama seperti dulu dan tak pernah berubah.

Tiiit...
Hampir saja sebuah mobil menabrak dirinya saat lisa akan menyebrang. Tak lupa juga luapan kekesalan dari pengguna mobil untuk lisa yang menyebrang sembarangan. Dan lisa tak memperdulikan itu semua, ia terus berlari dengan seluruh tenaganya.

Sampai tiba didepan rumah jennie. Ia hanya berdiri didepan rumah bernuansa tua tersebut sambil terus mengatur nafasnya. Keringat kini memenuhi seluruh wajah putihnya. Lisa mulai mengetuk pintu dengan tangannya. Berkali kali mengetuk dan berkali kali memanggil nama jennie, tapi tak ada seorangpun yang keluar bahkan pintunya pun dikunci. Lisa terus mencoba memanggil agar jennie menemuinya.

Setengah jam ia duduk didepan pintu, dan dengan waktu tersebut lisa memikirkan semua kemungkinan yang akan terjadi selanjutnya. Jennie tak ingin lagi menemuinya karena semua kelabilannya, jennie benar benar ingin menyudahinya sekarang, semua itu selalu terlintas diotaknya. Apa sekarang adalah waktu yang tepat untuk melupakan semua masalah hatinya dengan jennie? Lisa menyembunyikan wajahnya diantara kakinya sambil terus mengumpat pada dirinya sendiri yang sama sekali tidak bisa membuat keputusan dengan hatinya sendiri.

"Lisa?"
Suara itu terdengar memanggilnya. Bukan difikirannya tapi, ditelinganya. Bunga terlihat terjatuh dari genggaman tangannya, membuat lisa memilih untuk mempercayai dirinya sendiri.
"Kenapa kamu disini?"

The Secret Psyco (Tamat)Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu