dua puluh dua

1.5K 140 1
                                    

Menatap dirinya dalam pantulan cermin, berfikir semua kebenaran itu salah. Semakin difikir semua itu memang benar. Usaha yang ia lakukan selama ini adalah sia sia. Semua perasaannya campur aduk, mengusap wajahnya berharap ia terbangun dari mimpi. Namun nyatanya masih sama, ia tak bisa mengubah masa lalu. Ya, masa lalu yang seharusnya tidak datang dalam hidupnya, lebih baik ia hidup dalam tanda tanya sedeorang daripada hidup dalam masa lalu yang tak bisa diputar balikan.

"Aaargh"
Amarahnya semakin memuncak. Pukulan membuat cermin didepannya retak dan tidak bisa memantulkan wajahnya dengan jelas.

Badannya merosot kebawah, tak bisa menahan lagi tangisnya, biar saja orang mengira bahwa dirinya tak seperti laki laki yang kuat. Dirinya begitu bodoh, sangat bodoh bagaimana bisa ia tak menghentikannya saat itu, malah bersembunyi didalam lemari. Pengecut, itu kata yang lebih pantas untuk dirinya.

Ia terus menerus membenturkan kepalanya kedinding, berharap memori itu hilang berganti menjadi darah yang akan segera menghilang. Seharusnya ia tahu itu tak akan berhasil. Berharap tuhan akan mengasihinya saat ia menangis dengan memeluk lututnya sendiri. Kalimat yang dulu ia dengar sekejap hilang karena senyuman sahabatnya itu. Namun, semuanya seperti seseorang sengaja membuatnya kembali menjadi gila. Ia tak tahu apa maksud orang itu tapi, mendengar setiap kejujuran yang keluar dari mulutnya membuat ia begitu kehilangan akal.

Akhir rahasia yang mengejutkan bagi namjoon.

Malam tak selamanya sunyi, dan malam tak selamanya panjang, tapi, malam akan selalu gelap. Tertidur dengan keadaan masih sama, meringkuk memeluk lututnya sendiri. Teriakan alarm dihandphone memaksanya harus terbangun. Melihat sekeliling, cermin yang retak dan darah kering di tangan kanannya membuktikan bahwa semua itu bukanlah mimpi. Berdiri dari posisinya dan melangkah lemas menuju kamar mandi. Mengucuri badannya dengan air. Tak ada semangat hari ini, bahkan kebiasaan yang selalu ia lakukan dipagi hari tak dilakukannya. Namjoon lebih memilih langsung datang kekantor polisi tempatnya bekerja, ia tak melakukan kebiasaan paginya yaitu sarapan dirumah jennie.

Jalan yang masih lenggang membuatnya sampai dikantor polisi lebih cepat dari biasanya. Belum banyak orang yang berdatangan dikantor polisi. Memasuki ruangannya, terlihat sepi karena chanyeol belum datang. Mendudukan bokongnya dikursi, dan membuang nafas kasar. Menyalakan komputer yang berada diatas meja, ia mulai mengetik sesuatu. Namjoon harap yang ia lakukan itu benar.

Flassback

Bugh

"Jadi, kaulah yang membunuhnya hah"
Ucapnya dengan mengeratkan gigi giginya dan penekanan kata terakhir. Ia tak mengatakan kalimat itu dengan keras tapi, pukulan yang ia layangkan terhadap orang didepannya yang membuat mereka menjadi sorotan mata para pengunjung cafe. Tak peduli banyak orang menatapnya, kedua tangannya tetap mencengkeram kuat kerah baju orang yang ia pukul tadi. Sempat salah satu pegawai ingin melerai mereka tapi, seorang yang baru datang mencegahnya agar tak melakukan itu.

Seorang perempuan berjalan mendekati meja mereka. Dan,

Bugh

Satu pukulan ia layangkan diwajah laki laki yang tadi meninju orang yang lebih tua. Pukulan itu membuatnya melangkah mundur untuk menjaga keseimbangan tubuhnya. Perempuan itu mendekati laki laki namun, seseorang memanggil namanya membuat langkah kakinya terhenti.

"Moonbyul"
Moonbyul menoleh kearah orang yang yang memanggilnya. Mengurungkan niat untuk memukuli orang tadi.
"Byul duduk. Namjoon, saya mohon tetap dengarkan saya"

Moonbyul duduk disamping orang yang menyuruhnya, dengan mata yang masih tetap menatap sinis namjoon didepannya. Memang, dari awal pertemuan mereka berdua moonbyul tak menyukai namjoon. Dari namjoon yang menatap kekasihnya yongsun saja sudah membuat tubuhnya panas, dan sekarang yang lebih parah namjoon memukul ayahnya. Melihat tadi ayahnya tak melakukan perlawanan kepada namjoon membuat pukulan ia layangkan.

The Secret Psyco (Tamat)Where stories live. Discover now