Chapter 34: Wooden Doll

445 60 17
                                    

Kalau ada api yang tegang
Boleh kita memasak ramen
Kalau ada waktu yang senggang
Boleh kita pencet vote komen

EAAAAAAAK :v


Ga nyambung Tapasya :') Cubit juga nih bodongnya.

















Shixun membawa Luhan kembali ke kamarnya setelah wanita itu merengek dan menguap berkali-kali. Dengan perlahan, Shixun menidurkan Luhan di tempat tidurnya. Menatap sejenak wanitanya sebelum mengecup dahi dan bibirnya.

Karena Luhan sudah mengajaknya keluar, Shixun jadi kehilangan rasa kantuknya. Shixun malah ingin pergi berjalan-jalan saat ini. Langkahnya ia arahkan ke luar, hendak mencari tempat dimana bisa memulangkan rasa kantuknya.

Keadaan sekitar sudah hampir sunyi. Masih ada pengawal yang berjaga serta beberapa dayang yang melintas. Shixun memilih untuk berjalan-jalan ke taman pribadi Paviliun Mawar. Luhan merekomendasikan taman paviliun itu pada Shixun karena tempatnya yang cukup menarik. Bunga-bunga dan pepohonan banyak terdapat disana. Pun dengan kolam ikan yang berukuran cukup besar terdapat disana. Shixun ingin tahu seindah apa taman itu menurut pandangannya sendiri.

Tiba di taman paviliun, Shixun terkejut ketika melihat Ibu Mertuanya tengah berada di sana. Entah karena apa, mungkin ia sedang sulit tidur sama sepertinya.

"Ibu." Panggilnya.

"Oh, Shixun. Kau tidak tidur?"

Gelengan pelan menjadi jawabnya. "Tidak, Bu. Aku kehilangan rasa mengantuk setelah membawa Luhan berjalan-jalan. Lalu Ibu bagaimana?"

"Ibu terbiasa duduk disini sebelum pergi tidur. Sejak Luhan pergi, Ibu sering sekali pergi ke tempat ini. Bukan karena apa, hanya saja tempat ini adalah kesukaan Luhan dulu. Ia sering sekali bermain dan belajar memanah disini. Hanya disini Ibu bisa melepas rindu dengannya." Terang Zitao.

Shixun mengangguk kilas. Memandang ke sekeliling, dan raganya masih sadar untuk mengiyakan ucapan Zitao. Benar memang, taman ini luar biasa indah. Seperti halnya Luhan, wajar jika ibunya sendiri begitu menyayanginya. Membuatkannya sebuah taman yang luas dan menarik, demi anaknya yang bahkan tidak dianggap oleh banyak orang.

"Shixun."

Pria itu lantas menoleh. "Ada apa, Bu?"

"Ibu sudah mendengar semuanya dari orang tuamu. Semua yang terjadi dengan pernikahan kalian. Baik kecil maupun besar, semuanya mereka ceritakan tanpa ada yang dikurangi ataupun ditambah. Tentang kau yang membenci pernikahanmu dengan Luhan, tentang anak pertama kalian yang sudah pergi, dan penyesalanmu. Ibu sudah tahu semuanya sekarang." Ujarnya.

"Ibu ingin sekali menggantungmu di tiang sulaan tepat setelah mendengar bahwa kau menyakiti putri Ibu dengan begitu hebat. Kau membuatnya menangis, membentaknya, menyiksanya, bahkan kau tak segan-segan mengambil harta berharganya hanya demi nafsu birahimu. Lalu kau tidak menerima kehadiran anak kalian, dan berakhir Luhan keguguran karena seseorang. Kau tahu, Ibu tidak mempunyai rahim lagi sekarang. Dan mendengar itu, Ibu benar-benar ingin menghabisi nyawamu dengan cara apapun. Ibu paling benci saat mendengar seorang suami yang tidak menghargai keberadaan istri dan anaknya." Ujar Zitao, amarahnya mulai naik.

Shixun mulai ketakutan saat ini. Air mukanya berubah drastis, bulu kuduknya naik. Ia tahu seberapa mengerikannya Ibu Mertuanya jika sudah berhadapan dengan orang yang berani mengusik ketenangan Luhan. Ia sudah menyaksikan sendiri kejamnya Zitao saat mengeksekusi Ibu Suri waktu itu. Tolong, ia masih muda. Belum ada terbesit di pikirannya untuk mengakhiri hidupnya bahkan sebelum ia mendapat kesempatan untuk berkeliling dunia.

𝐒𝐡𝐨𝐰 𝐘𝐨𝐮𝐫𝐬𝐞𝐥𝐟 «ʜᴜɴʜᴀɴ» ✓Where stories live. Discover now