Chapter 24: You, Me, and Our Little Princess

435 61 70
                                    

Lagi seneng karena kemarin votenya banyak. Makasih banyak semua.

Dan ini buat someone yang minta aku up dan part-nya panjang. Hey, I grant your wish, dear beautiful orchid.







Dua bulan kemudian..

Luhan masih tidak menyangka kalau sekarang dirinya tengah mengandung. Perutnya memang tidak terlihat begitu besar sekarang, karena kondisi psikisnya yang sedang tidak baik dan berpengaruh banyak terhadap tubuhnya. Namun wanita itu tidak dapat membohongi dirinya kalau benar anak yang di dalam kandungannya itu adalah anak dari Wang Shixun, suaminya yang sama sekali tidak mau mengakui keberadaanya.

Sekarang, Luhan tidak boleh egois. Ada satu nyawa yang harus dijaga hingga kelahirannya nanti. Harus ada kerelaan dalam dirinya untuk tetap mempertahankan calon anaknya, apapun yang terjadi.

Kemarin Baixian memberikannya seekor anak kelinci, dan Luhan diminta untuk belajar merawat anak kelinci itu seperti merawat anaknya kelak. Ibu mertuanya bilang, anak kelinci itu kehilangan induknya sejak usianya baru beberapa hari. Itulah yang menusuk lubuk hati Luhan. Pikirannya yang hendak meluruhkan calon anaknya itu ia tepis jauh-jauh. Sebab ibu mana yang rela anaknya meninggal karena keegoisannya? Bahkan ibunya sendiri rela mati-matian berjuang demi namanya, demi kehormatannya, dan demi takhtanya.

Saat ini Luhan sedang ada di halaman rumah bersama dengan si anak kelinci. Anak kelinci itu sedang bermain dengan bunga-bunga yang sedang bermekaran. Anak kelinci itu nampak begitu lincah, dia melompat-lompat kesana kemari karena ingin sekali bermain dengan kumbang dan kupu-kupu. Luhan berkali-kali tertawa kecil karena gemas dengan tingkah anak kelinci itu.

"Luhan, kau lupa memberi makan Hua lagi hmm?"

Baixian datang dengan menenteng sebuah keranjang berisi sayur-sayuran untuk Hua. Ini memang bukan kali pertama Luhan lupa memberi makan anak kelincinya itu. Baixian bahkan harus memperingatinya berulang kali kalau Hua bisa mati karena tidak diberi makan.

"Ibu, kau tidak perlu membawakan sayuran sebanyak ini untuk Hua. Dia masih kecil, mana mungkin perutnya akan muat dengan sayuran sebanyak ini." Luhan datang menghampiri ibu mertuanya, memindahkan keranjang itu ke tangannya lalu membawa ibu mertuanya untuk duduk dengannya.

Baixian membawa tubuh gempal Hua yang kelihatannya sedikit memberontak. Oh, mungkin dia sedikit kesal dengan perbuatan Baixian yang seenaknya menjauhkannya dari teman-teman barunya. Hua berkali-kali memukul-mukul lengan Baixian, memaksa wanita itu untuk menurunkannya agar menurunkannya dan membiarkannya bermain. Karena memang selalu begitu, Baixian akan menjauhkannya dari teman-teman serangganya jika waktu makan siang sudah tiba.

"Augh, lihatlah si kecilku ini. Sepertinya dia kesal sekali dengan neneknya, hmm?" Luhan menggendong Hua yang sedikit marah. Wajah anak kelinci itu nampak merah padam menahan amarah. Jika saja ia sudah besar, mungkin saja ia akan segera menerjang tubuh Baixian dan menendang wanita itu hingga terjungkal.

Oh, ayolah. Dia itu hanya anak kelinci. Jangan berpikiran yang aneh-aneh.

"Luhan, aku bukan seorang nenek. Aku masih terlihat muda, kau tahu? Usiaku dengan keponakanku saja hanya terpaut dua puluh tahun." Lihat, sekarang wajah siapa yang nampak merah padam menahan amarah.

"Tapi itu tergolong tua, Ibu Mertua. Dan sekarang, wahai Ibu Mertuaku yang cantik. Anggap Hua ini cucumu, ya?" Ucap Luhan sembari memberi makan Hua.

"Iya, baiklah. Terserahmu saja."

Semenjak Baixian membawa Hua ke rumah, perubahan besar terjadi pada Luhan. Wanita itu tidak lagi mengurung dirinya dalam kamar. Wanita itu tidak pernah lagi merasa ketakutan. Wanita itu bahkan tidak pernah lagi berpikir untuk membunuh calon anaknya. Setidaknya kedatangan Hua mampu membuat Luhan melupakan semua bebannya.

𝐒𝐡𝐨𝐰 𝐘𝐨𝐮𝐫𝐬𝐞𝐥𝐟 «ʜᴜɴʜᴀɴ» ✓Where stories live. Discover now