Chapter 20: Luhan's Biggest Secret

372 56 15
                                    

For the Hunhan takes below, especially to explore Luhan's feeling, please listen to the Background Music:
ALi- Just Give Me One Day.

Siapin tisu plis, aku benar-benar gak kuat ngebayanginnya.


























"Bisa kau jelaskan semuanya padaku, Wu Luhan?"

Shixun berbisik dengan nada yang kali ini lebih menusuk. Matanya seolah pedang yang begitu tajam melihat kembali ke arah tanda lahir itu. Pun dengan tangan kanannya yang bergerak tanpa permisi ke arah leher Luhan. Menyentuh sana-sini tanpa ragu, mengelus-elus tanda lahir itu. Berikut tangan kirinya yang berada di pinggang Luhan, semakin merambat naik ke atas. Ikut menyentuh sana-sini, mengikuti nafsunya yang kian membuncah. Tanpa peduli bagaimana keadaan sang empunya di depannya saat ini.

BRET!

Tanpa perlu mengucapkan permisi, Shixun merobek pakaian putih Luhan. Hingga terpampanglah tubuh indah itu. Meski ada beberapa luka yang terlihat jelas. Bekasnya tidak akan mungkin mudah hilang, sebab luka cambuk itu menggores panjang dan dalam hingga ke dagingnya.

Luhan tidak sepenuhnya telanjang. Pakaian dalamnya masih tetap digunakan, namun ia benar-benar merasa sangat malu. Nyawanya seolah tercabik-cabik, ingin lepas dari raganya secepat mungkin. Lututnya terasa lemas hanya untuk tetap berdiri, matanya tak mampu menatap ke arah Shixun yang saat ini tengah dikuasai amarah dan nafsu di saat yang bersamaan.

"Cih, kau hanya bisa diam?" Sekarang, Pria itu membentak Luhan.

"Hiks.. hentikan, kumohon." Luhan tidak bisa membendung air matanya. Ketakutan itu datang lagi, pun dengan bayang-bayang ayahnya yang menatapnya penuh jijik dan kebencian.

Shixun memalingkan wajahnya, tertawa mengejek kemudian. "Ternyata benar yang dikatakan orang-orang. Kau tidak pantas menyandang gelar sebagai Calon Ratu. Kau hanyalah seonggok pecundang, tidak bisa berbuat apa-apa jika ada masalah. Penipu bermuka dua. Kau sama saja dengan nenekmu, bermuka manis namun bersifat mengerikan." Ucapnya dingin.

Luhan tidak sanggup berdiri lagi. Ia jatuh berlutut. Keadaan kakinya sekarang sama seperti keadaan hatinya. Hancur tak berbentuk, benar-benar runtuh seluruhnya. Mulutnya seolah bungkam hanya untuk mengucap sepatah kata. Sebab semua yang dikatakan Shixun benar adanya.

Luhan adalah pecundang.

Luhan lebih memilih untuk lari saat masalah datang.

Luhan adalah penipu bermuka dua.

Tak berhenti dengan hanya mengolok-olok istrinya, Shixun bahkan tanpa ampun melayangkan sebuah tamparan keras untuk Luhan. Mengabaikan ringisan sakit serta munculnya rasa takut besar yang Luhan miliki akibat masa lalunya yang kelam.

"Tipuanmu boleh juga, Nona Muda. Aku yakin sekali cintamu untukku hanyalah tipuan manismu juga, benar?" Tanya Shixun kembali. Pun dengan kukunya yang sedikit tajam menusuk dagu Luhan hingga berdarah.

"Tidak, hiks. Aku mencintaimu, Wang Shixun. Aku benar-benar mencintaimu, hiks.. aku bersungguh-sungguh dengan ucapanku. Mulutku sama sekali tidak berbohong mengenai perasaanku, hiks hiks." Luhan bahkan harus bersujud sembari mengatakannya. Perasaan gadis itu tulus kepada Shixun. Ia tidak akan berani mendustai hatinya. Karena sungguh, betapa dalamnya perasaan gadis itu tercipta untuk Shixun dari saat mereka pertama kalinya bertemu mata.

CUIH!

Dengan berani, Shixun meludahi Luhan. Matanya menatap gadis yang tengah bersujud di hadapannya itu rendah. Tidak peduli bagaimana keadaannya sekarang. Penipu adalah penipu, dan Shixun benar-benar menyesal karena telah terpikat oleh rayuan manisnya.

𝐒𝐡𝐨𝐰 𝐘𝐨𝐮𝐫𝐬𝐞𝐥𝐟 «ʜᴜɴʜᴀɴ» ✓Where stories live. Discover now