Chapter 3: A Box of Jasmine Tea

583 71 8
                                    

Ini yang kedua ya. Aku lagi baik, lagi sakit soalnya. Lagi diisolasi juga. Takutnya kalau jahat aku kena karma dan santet dari readers.

Luhan berusaha untuk memposisikan dirinya searah dengan panahannya. Ia menarik pangkal anak panah hingga sangat tegang, detik kemudian ia melepaskan anak panah itu.

Sasarannya meleset kali ini, panahnya menembak sebuah pohon mati tak jauh dari tempatnya berlatih. Luhan hendak mengambil anak panah itu, namun suara ayahnya terlebih dulu menginterupsinya.

"Jangan ambil anak panah itu, Putri Luhan."

"Memangnya kenapa, Ba? Bukannya ketika berlatih Baba selalu menyuruhku untuk mengambil anak panah yang telah kutembakkan?"

Yifan menggeleng. "Tidak kali ini, Wu Luhan. Kau tidak boleh berusaha untuk memutar balikkan keadaan di masa lalu. Karena yang kau lakukan akan berdampak bagi masa depanmu."

Luhan mengambil satu anak panah lagi, dan kali ini, anak panahnya berhasil menusuk sasaran.

"Bagus. Kau sudah berhasil menggunakan panahmu dengan baik. Sering-seringlah berlatih, Baba akan terus memantau latihanmu."

Luhan mengangguk. Ia berjalan mencabut anak panah tadi, kemudian ia melangkah menyusul ayahnya.

🌟

🍁

🍂

"Ayunkan ke kiri! Berputar! Ayunan tajam ke kanan! Berbalik! Serangan belakang! Serangan udara! Maju! Serangan belakang! Ayunkan ke kan-"

BRET!

"Akh, sakit.."

Yifan segera menghampiri Luhan yang terluka di bagian tangan kirinya. Pakaian latihannya sudah sobek, lengan kanannya sedikit tergores. Beruntung lukanya tidak terlalu dalam, walaupun bentuk lukanya memanjang.

"Kau baik-baik saja, Luhan?"

"Ak-aku baik, Ba. Tanganku masih bisa digerakkan-aakh!" Jerit Luhan saat tangan kirinya makin banyak mengeluarkan darah.

Yifan mengerti. Ia dengan cepat merobek ujung pakaiannya. Sobekan itu kemudian digunakannya untuk membalut luka memanjang di tangan Luhan. Setidaknya sampai mereka tiba di kamar permaisuri, tidak ada lagi darah yang menetes keluar.

🌟

🍁

🍂

Di lain tempat, di waktu yang sama.

"Dayang Fa, sampaikan undangan jamuan kudapanku untuk Permaisuri Wu seorang diri. Aku dengar Kaisar dan Putri masih sibuk dengan latihan mereka. Menurutku dia akan kesepian dan merasa bosan."

Ucap Ibu Suri sambil melanjutkan kegiatannya. Dayang kepercayaan Ibu Suri itu mengangguk, kemudian ia pergi menuju kediaman permaisuri untuk memberitahukan undangan itu.

"Sebentar lagi, Putri Luhan. Tunggu sebentar lagi lalu kau akan kuberitahu, bahwa seorang keturunan perempuan tidak akan pernah bisa memimpin sebuah Kekaisaran." Ucap Ibu Suri dengan sebuah seringai jahat di bibirnya.

🌟

🍁

🍂

𝐒𝐡𝐨𝐰 𝐘𝐨𝐮𝐫𝐬𝐞𝐥𝐟 «ʜᴜɴʜᴀɴ» ✓Où les histoires vivent. Découvrez maintenant