SL09. Balas Dendam?

138 17 22
                                    

Pagi yang cerah, awan biru yang menyala, dan pantulan semu dari sinar matahari membuat hari ini terasa begitu sempurna.

Terlihat, laki-laki yang bernama lengkap Danesh Girvan Adhyasta itu sedang berjalan santai dari parkiran motor menuju kelasnya yang terletak di lantai empat. Lagi dan lagi, ia menjadi pusat perhatian kaum hawa yang sedang bergerombol di koridor sekolah. Semua pasang mata menatapnya penuh menggoda.

Tapi sayang, Girvan bukanlah tipe orang yang sibuk tebar pesona. Justru laki-laki itu lebih memilih untuk terus berjalan, mengabaikan semua godaan, dan enggan untuk meladeninya. Tentu hal itu membuat cewek-cewek mendengus kesal.

"Hai, Van!" sapa Sekar saat mendapatinya yang baru saja memasuki kelas.

Girvan pun tak langsung menyapanya balik. Ia terlebih dahulu melepas jaket hitamnya, meletakan tasnya persis di atas meja, dan baru menjawab sapaan yang diterima dari Sekar, "Morning, Kar!".

Laki-laki dengan wajah blasteran itu pun terlihat diam sejenak, otaknya seperti sedang memikirkan sesuatu, "Guys, tugas Allstar udah kalian kerjain kan?" tambahnya setelah ia berhasil menemukan apa yang tadi ia pikirkan.

Aqil yang berada di belakang mejanya pun tersenyum kecil, "Chill, Van. Udah beres semuanya kok," ucapnya dengan santai.

"Nih. Nanti lo aja yang kasih, Van. Kalo kita berempat yang kasih, mereka malah curiga," sahut Sekar seraya mengeluarkan tumpukan buku Allstar dari dalam tasnya, dan memberikan benda tersebut kepada Girvan.

Spontan Girvan pun tersenyum lega, tangannya dengan cepat menanggapi buku-buku yang dipegang oleh Sekar, lalu meletakannya persis di atas meja, "Thank you guys. Kalo gak ada bantuan lu semua, mungkin sekarang gua masih ketiduran," sambungnya lalu terkekeh.

"Santai kali, Van. Kita kan sahabat lo. Masa iya gak mau bantu," timpal Ditho seraya menepuk punggung kekar Girvan secara berulang, kemudian merangkulnya dengan hangat.

"Oh iya, nanti gue sama Ditho bakal traktir kalian di kantin, sebagai pajak balikan kita berdua. Iya kan honey?" cicit Sani kemudian matanya melirik Ditho sangat cepat. Sontak itu membuat Ditho membelalakan matanya.

"Asik," sahut Aqil. "Yes, duit jajan gue utuh deh," sambung Sekar menambahkan.

Mereka pun akhirnya terkekeh, kecuali Ditho yang hanya sibuk tersenyum kikuk seraya menggaruk tengkuknya. Bagaimana ini, ia tak membawa uang cash sedikit pun? Apa hutang saja ya ke Bang Tejo, kantin paling murah?

Brak!

Tamparan meja yang begitu keras tersebut berhasil mengejutkan hampir seisi kelas, "Heh cupu! Mana tugas Allstar?" tanya Agischa dengan kasar, lebih tepatnya sih mengagetkan.

Anggota Allstar yang lainnya pun sudah bertengger persis di belakang Agischa. Mereka sudah siap bersedia membantu Agischa apabila ada serangan mendadak dari keempat sahabatnya Girvan.

Sekar dengan jengahnya mulai menatap tingkah Agischa yang begitu lancang, begitupun dengan ketiga sahabatnya yang lain, "Santai dong! Baru dateng bikin rusuh aja lo!" sahutnya dengan ketus.

"Diem lo! Allstar gak ada urusan sama lo!" timpal Agischa yang tak kalah sinisnya.

Tanpa mengambil pusing—Girvan pun dengan cepat memberikan buku tulis milik Allstar seperti yang dimintanya. Ia khawatir, semakin lama mereka ada di mejanya, maka besar kemungkinan juga akan ada peperangan yang lebih hebat lagi antara kedua kubu tersebut.

"Nih, Ca. Udah gua kerjain kok," ucap Girvan seraya menyodorkannya buku. Tak lupa juga laki-laki itu melemparkan senyuman, meskipun terkesan sedikit memaksa.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 05, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Stupidipity LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang