BAMANTARA Lebaran

5.9K 291 71
                                    

Selamat hari lebaran, minal aidin wal faidzin. Mari bermaaf-maafan....

Musik pengiring hari raya ini diputar melalui radio. Aku, Bang Rendra, Kak Lia, Ayah dan Bunda sedang duduk di ruang keluarga bersiap sungkeman.

"Yang tua duluan," kataku dan Kak Lia berbarengan. Kami tertawa dibuatnya.

"Kalian duluan!" Suruh Bang Rendra.

"Dosa Abang paling banyak. Yok silahkan jadi yang pertama." Balasku tidak mau kalah.

"Udah cepet, mau makan ketupat gak?" Desa Bunda.

Kami mundur membiarkan Bang Rendra merapat ke Ayah Bunda.

"Yah, mohon maaf lahir bathin ya. Terimakasih telah menyumbangkan sper-"

Plak.

Kena tampol Bunda kawan-kawan. Gak beres sih otaknya.

"Ulang!" Suruh Bunda. Ayah kalem saja.

"Yah, maafin Rendra untuk semua kesalahan yang sudah diperbuat. Bun, maafin Rendra karena belum bisa jadi anak yang baik dan ngasih Bunda mantu. Kalau ngasih cucu bisa, Bun." Baru saja tangan Bunda melayang hendak menampar mulut anak lelaki satu-satunya itu, tapi Bang Rendra segera menjauh.

"Next, Kak Lia." Kataku angkuh. Dia mendecak dan maju menyalimi tangan kedua orang tua kami.

"Maafin Lia, Bun, Yah. Maaf karena masih sering buat kalian khawatir. Maaf juga belum bisa jadi anak yang baik."

"Iya, cepet nikah ya kamu. Jangan sampai dilangkahin Dara."

Mataku melotot menatap Bunda. Apa-apaan, jodoh saja belum keliatan.

"Sini kamu, minta maaf dulu." Panggil Bunda padaku yang mendadak enggan mendekat.

"Ayah maafin Dara ya, Dara masih suka cengeng dan ngadu sama Ayah. Dara sangat sayang Ayah." Kataku memeluk lelaki yang aku cintai ini.

"Kok sama Bunda enggak?"

"Sabar dong, Bun." Aku menggeser tubuhku. "Maaf ya, Bun. Makasih udah ngelahirin Dara." Aku memeluk Bunda, merasakan kehangatannya.

"Udah kan? Ayo makan ketupat." Seru Bang Rendra segera ke dapur. Kami tertawa dan mengikuti langkahnya.

"THR THR!" Sorakku kuat agar mereka tidak lupa.

Aku membantu Bunda memotong ketupat dan menghidangkannya di meja makan. Ada dua macam kuah, satu opor ayam bagi yang tidak suka pedas. Dan satu lagi gulai paku (pakis) untuk yang suka pedas. Dengan rebusan telur dan kerupuk sebagai pelengkap.

Kami makan dengan lahap, masakan Bunda memang yang terbaik.

"Pacar kalian gak ke sini?" Tanya Bunda.

"Emang aku punya pacar?" Balasku heran.

"Nata? Reno?" Loh kok berasa pasang dua.

"Bun..." Tegur Ayah.

"Nanti paling ke sini." Potong Kak Lia.

Begitu selesai membersihkan meja makan dan mencuci piring kami kembali berkumpul di ruang keluarga. Ini yang aku tunggu-tunggu.

Suasana sempat canggung tadi, dan aku tidak mau ada kecanggungan dikeluargaku hanya karena kisah cinta monyet yang sedang aku rasakan.

"THR yuhuu." Kataku girang, tanganku menampung berdiri di dekat Ayah. Ayah mengeluarkan dompetnya. "Lima, Yah." Pintaku.

"Banyak banget," protes Ayah.

"Buat beli ponsel baru." Ayah mengeluarkan dua lembar duit merahnya. "Yah kok dua?" Kataku memelas.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 27, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

BAMANTARAWhere stories live. Discover now