Awal

3.7K 346 9
                                    

Aku mengetuk-ngetuk ujung sepatuku, merasa bosan karena Ayahku yang belum juga menjemput. Beliau sudah mengabarkan akan terlambat, tapi aku tidak menyangka akan selama ini. Sekolah sudah mulai sepi, hanya ada anak ekskul dan ya yang bernasib sama denganku. Aku mendengar deru mesin yang berhenti di depanku. Aku mendongak dan melihat sang empunya motor.

Lagi-lagi aku dibuat melongo, pemilik motor tersebut tidak lain dan tidak bukan adalah Aldi. Aku memandanginya sedikit geli melihat kaki panjangnya yang tertekuk ketika duduk di motor matic seperti itu.

"Belum pulang?"

"Udah" kataku sudah tidak kaku lagi.

"Kok masih di sini?"

"Berarti belum" kataku membuatnya tertawa. Lagian ngapain pake nanya kan bisa dilihat sendiri. Aku menguatkan hati, karena sejak dia meminta kontakku hingga hari ini dia tidak pernah menghubungiku sama sekali. Kalau kata Rani,

"Mungkin stok kontak ceweknya masih banyak, jadi lo tunggu giliran aja"

Apa benar?

"Mau gue anter?" tanyanya.

Aku menggelengkan kepala.

"Coba telpon yang jemput lo, masih jauh apa enggak. Kalau jauh gue aja yang nganterin, kasian liat muka lo udah butek gitu" katanya membuatku kesal tapi tetap menuruti untuk menelpon Ayah.

"Halo Ayah, Ayah dimana?" kataku yang sialnya mendapat jawaban, "Kak, kamu pulang sama temen atau naik ojol aja ya, Ayah masih di kantor belum bisa balik. Ayah gatau selesainya jam berapa ini, kasihan kamu nunggu" Lah ayah, dari tadi juga aku nunggu. Entah takdir apa yang bermain saat ini melihat wajahku yang semakin mengerut membuat Aldi menjadi semakin senang.

"Yuk naik" katanya yang terpaksa aku angguki. Setelah dipikir sepertinya aku tau mengapa dia bisa disini dengan sangat pas dan juga dia udah bawa helm dua dong ya, pasti Rani yang memberi tau.

'Jangan geer dulu, kurang kerjaan banget dia mau nanyain lo ke Rani' ah logikaku benar juga.

Terserahlah yang penting aku pulang.

Biasanya tu yang jemput Bunda, tapi Bunda lagi ke luar kota, dinas luar jadi ya gitu deh.

Aku akhirnya menurut. Saat ingin duduk di motornya, tanganku malah ditarik ke dekatnya.

"Ngapain sih Kak?"

"Yakali lo mau gak pakai helm, ditilang PM baru tau"

*PM=Polisi Militer

Aku mengulurkan tanganku, plis ya akutu masih kesal sama dia yang php. Tapi helm yang aku minta tak kunjung dapat. Aku melihatnya yang membuka kaitan helm tersebut dan mengabaikan tanganku lalu langsung memakaikannya di kepalaku.

Apa aku tidak bisa pakai helm sendiri? Tentu saja bisa.

Dari jarak sedekat ini aku bisa mencium aroma tubuhnya yang maskulin. Pakai parfum Ask ni kayaknya.

Jantungku lagi-lagi tidak tenang.

"Udah, ayo naik"

Aku naik ke motornya seperti robot, rasanya badanku kaku sekali.

Duduk diboncengannya menyadarkanku satu hal, punggungnya lebar dan tegap. Ah jadi pengen peluk kan.

"Kak, emangnya lo tau rumah gue dimana?" tanyaku karena sedari tadi dia tidak bertanya.

"Di daerah Ambonsari kan? Tapi gue gak tau persisnya" lah iya bener dia, tau dari mana coba.

"Iya, entar gue tuntun" kataku mencoba menetralkan perasaan yang selalu membuncah.

BAMANTARAWhere stories live. Discover now