Aneh.

2.5K 231 1
                                    

Aku pikir aku akan pulang sendiri hari ini, Nata tidak menghubungiku akan mengantar pulang juga atau bagaimana karena masalah tadi siang yang aku rasa tidak bisa disebut masalah. Setelah bel pulang berbunyi, aku merapikan semua barangku dan memasukkannya ke dalam tas.

"Mau pulang sama gue gak?"

Aku melihat siapa yang berbicara, memandangnya aneh. Bukan aku tak kenal, tapi tumben sekali Raden mengajakku pulang.

"Tumben banget."

"Iyalah kan cewek gue lagi gak ada."

"Emang bajingan." Umpatku padanya. Pasalnya jika pacarnya itu ada di sekolah dia tidak pernah mau dekat-dekat denganku selain di dalam kelas.

"Mau gak lo? Pake ngatain segala lagi." Aku mengangguk saja, karena tidak ada tanda-tanda Nata akan mengantarku pulang. Akupun tidak meminta dijemput Ayah, Mama, Abang ataupun Kakak. Jadi lumayan hemat ongkos kalau pulang bareng Raden.

Setelah selesai mengemasi barangku, kami jalan keluar menuju parkir. Entahlah apa yang akan terjadi denganku besok, karena pasti akan ada yang melapor pada pacar Raden bahwa kekasihnya pulang bersamaku hari ini.

Padahal guys, sumpah gak bakal aku naksir sama dia. Aku adalah orang yang menyaksikan dia pipis di celana, gue juga orang yang menemani hari-hari dimana pileknya meleleh dari hidung menuju bibir. So gak mungkin guys, gak mungkin.

Sialnya, aku kembali dipermainkan keadaan. Di tempat parkir, Nata berdiri di samping motornya. Entah menungguku atau nungguin yang lain.

Saat ku kira dia bakalan memanggilku untuk ngajakin pulang bareng, ternyata aku salah. Dia menoleh melihatku, tapi hanya sekedar melihat. Benar-benar cuma melihat. Setelahnya dari arah kanan ku datang sosok cantik yang sayangnya manusia mendekat ke arah Nata dengan senyum sumringahnya.

Aku memandang aneh ke dua orang yang sedang memainkan drama ini. Apasih?! Random banget.

"Nape tuh gebetan lu mendadak ditempelin bidadari?"

"Syukur yang nempelin dia bidadari bukan bidadara. Dah ayolah pulang!" Aku sedikit kesal, iya sedikit karena sifat kekanakannya.

Seolah tidak melihatku lagi dia melajukan motornya dengan Rea diboncengannya.

"Eh songong banget supra, gue pakai ninja gak gitu banget!" Kesal Raden melihat Nata melewati kami berdua begitu saja.

Aku tidak terlalu peduli dengan ocehan Raden, karena dasarnya anak itu memang songong kebangetan. "Udahlah, biarin aja."

Aku berlalu menuju motor Raden, yang diucapkan Raden benar. Motornya motor yang bisa dibanggakan para lelaki di usia kami, tapi aku benci. Susah naiknya.

"Lo pakai dalaman kan?"

Aku menepuk kepala Raden kuat. "Lo kira gue cewek apaan gak pakai dalaman bangsat!"

"Bukan itu maksud gue markonah, celana yang panjang itu loh. Lo naik motor gue gak pakai itu yang ada paha lo kemana-mana." Tumben banget ni anak perhatian. Aku tau maksudnya celana legging.

"Gak pakai, gue cuma pakai celana pendek. Lo punya jaket kan? Siniin!" Kataku meminta jaketnya. Aku tau dia selalu memakai jaket jika ke sekolah.

"Ogah, entar gue masuk angin kalau gak pakai jaket. Lo mau dimarahin Bunda gue kalau gue masuk angin?!! Lagian lo juga tadi kan sama Aldi naik motor kok malah gak pake celana itu."
Emang alaynya kelewatan kadang. Tadi sok perhatian, sekarang ngalah aja kagak mau.

"Motornya kan beda, gak setinggi motor lu Bambang! Yaudah gue pulang naik taksi online aja."

"Bahaya begok lo sendirian, udah bahaya mahal lagi. Udah sama gue!"

BAMANTARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang