54. Dimensi Rapopo

6.5K 953 244
                                    

Pertanyaan terakhir sebagai penutup truth or dare malam ini adalah "Kalau Kuvvi atau Uya tenggelam, siapa yang akan kamu selamatkan terlebih dahulu?"

"Uya." Ansel tahu, Kuvvi bisa berenang, karena cewek itu sendiri yang cerita. Sementara Uya, tidak bisa.

Namun, Kuvvi tidak tahu kalau Uya tidak bisa berenang, sehingga ia membatin, aku ora rapopo. Yang ia tahu, Ansel memilih Uya daripada dirinya.

 Yang ia tahu, Ansel memilih Uya daripada dirinya

Rất tiếc! Hình ảnh này không tuân theo hướng dẫn nội dung. Để tiếp tục đăng tải, vui lòng xóa hoặc tải lên một hình ảnh khác.

Malam semakin larut. Bulan semakin terang bersinar. Tibalah di acara terakhir. Alyviah memanggil Ansel dan Rafka selaku kandidat dengan coretan arang paling sedikit.

Karena tidak sesuai perjanjian awal, pemanggilan itu tentu mendapat protes dari keduanya, namun dengan kelincahan ngomong Alyviah, mereka tidak bisa berkutik. Mereka kalah debat. "Makanya, jangan irit ngomong," ujar Alyviah bercanda.

Alyviah menyuruh kedua orang itu mengocok gulungan-gulungan kertas yang terdapat di dalam gelas lalu mengeluarkan salah satunya. "Satu lagi, kan kalian berdua," kata Alyviah.

Kini terdapat dua gulungan kertas di tangan Alyviah. "Pertama. Tanyakan pada semut betina, dia lagi puasa atau lagi halangan!"

"Tapi, kan ini bukan bulan puasa, Bu?" Nazo bertanya.

"Puasa, bulan puasa di dunia semut."

Rafka dan Ansel menurut, mereka mencari semut yang berjalan di sekitar mereka seraya berjongkok. Setelah dapat, mereka harus menentukan terlebih dahulu, apakah semut itu betina atau jantan.

Kali ini Rafka akan menerapkan ilmu dari Alyviah. Pertama-tama ia meletakkan jarinya di dekat semut, kalau semut itu naik ke jarinya, berarti itu semut betina, karena semut itu tidak suka sesama jenis.

Ansel menuruti saja perintah ayahnya, ia melakukan hal yang sama, namun tidak ada semut yang mendekat.

Semua penonton hanya menyaksikan apa yang dilakukan kedua orang itu, sesekali bersorak ketika Alyviah menjelaskan apa yang sedang dilakukan oleh anak dan suaminya.

Selanjutnya, Ansel nampak menatap agak lama semut yang sedang berjalan di telapak tangan ayahnya. "Kok diem aja, Bang? Ajak ngomong dong semutnya! Bersuara," kata Alyviah gemas.

"Kan se-mute." Jika di-Indonesiakan, mute berarti tidak bersuara.

Alyviah menepok jidat mendengar jawaban anaknya. Tapi, apa yang dikatakan Ansel, tidak salah juga, se-mute sesuai namanya.

"DAEBAK! CALL! Mas Agus bener!" sorai Kuvvi.

"Dia ga puasa," jelas Rafka logis.

"Karena dia ga berakal," tambah Ansel. Sepertinya tantangan itu salah sasaran. Mungkin, jika hal itu diajukan kepada selain mereka, akan menjadi lucu.

"SUPER SEKALI!" Kini Nazo yang bersorai.

"Nggak bisa ngomong apa-apa lagi gue," ujar Alyviah. "Yaudah dilanjut aja, hukuman kedua. Nyanyikan lagu Garuda Pancasila!"

DIMENSI (Completed)Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ