40. Dimensi Rumah Pak Joko

6.2K 964 322
                                    

Kalo kalian jadi Kuvvi,

Maju terus?

Mundur?

Terimakasih untuk kalian (duh pingin nyebutin satu2) yang udah berusaha capai target 500+ komentar part 37 kemarin, walaupun spam, usahanya kerewn, seenggaknya aku tahu banyak yg support cerita ini, makasih tak terhingga♡

Terimakasih untuk kalian (duh pingin nyebutin satu2) yang udah berusaha capai target 500+ komentar part 37 kemarin, walaupun spam, usahanya kerewn, seenggaknya aku tahu banyak yg support cerita ini, makasih tak terhingga♡

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di ruang tamu, Kuvvi melihat Alyviah yang tak lain tak bukan adalah ibunya Ansel, duduk bersama mamanya. Ia yang dari kamar mendengar sedikit kehebohan, ikut menghampiri ibu-ibu itu. "Hallo, Ibu."

"Hallo, Sayang." Alyviah memeluk Kuvvi, mereka pun saling berpelukan.

"Alfanya mana, Bu?"

"Main sama Nazo di rumah. Oh iya, Ibu titip rumah, ya, dilihat-lihatin."

"Emangnya Ibu mau ke mana?"

"Bundanya Ibu di Palembang mau ngadain acara. Sabtu pagi kami berangkat, minggu sore pulang."

"Okesiap, Ibu. Semuanya ikut, Bu?"

"Ikut, kecuali Ansel. Dia nggak bisa ikut, soalnya sabtu ada kelas." Alyviah mengibaskan tangannya ke udara. "Gitu ya, Mbak. Kalo anak udah gede, susah ngajaknya. Pas masih kecil, kemana kita pergi, pasti ngikut."

"Ih, betul, banget, Sis. Si Kuvvi aja kalo diajak kondangan udah nggak mau lagi. Padahal dulu, suka banget ikut kondangan ngincer permen sama es krim."

"Padahal, kami ke Palembang juga sekalian liburan."

"Susah ngajak mereka liburan bareng keluarga, Mereka biasanya lebih milih ngabisin waktu sama temen-temennya." Mengapa di sini Kuvvi merasa terpojokkan sekali.

"Betul banget, Mbak."

"Pokoknya aman, deh, Sis. Rumah dan Ansel aman."

"Iya, Mbak. Tolong titip ya, Mbak." Alyviah menengok Kuvvi, "Kuvvi, Ibu titip ya."

"Siap, Ibu. Besok jam berapa berangkatnya, Bu?"

"Jam enam, Sayang."

"Hati-hati, ya, Bu. Kabarin kalo udah sampe."

"Sweet banget anaknya, Mbak."

Keesokan harinya, pagi-pagi, Kuvvi sudah berada di rumah tetangganya itu. Ansel yang sudah bangun karena tidur lagi setelah mengantar keluarganya ke Bandara, lantas terbelalak. Sorot matanya seolah bertanya "ngapain lo?" pada cewek yang saat ini duduk di meja makan rumahnya.

"Hai, An!" sapa Kuvvi ramah.

"Aku disuruh Ibu lihat-lihatin rumah, sama lihatin kamu, terus nganterin sarapan. Pintu rumah nggak dikunci, makanya aku bisa masuk. Tadi, Ibu juga WA, katanya tolong lihatin kompor udah mati apa belum, Ibu lupa." Kuvvi bercerita sendiri sementara Ansel sudah meletakkan secentong nasi ke piringnya.

DIMENSI (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang