8. Dimensi Nyi Pelet

12.2K 1.2K 32
                                    

Kuvvi diperintahkan untuk duduk di sebelah cewek berhijab bernama Sunnia. Karena memang hanya bangku itu yang kosong. Padahal, Kuvvi sudah membayangkan ketika ia melihat Ansel di dalam kelas barunya, ia akan duduk sebangku dengan Ansel. Biasanya kan kalau di novel-novel, bangku yang tersisa hanyalah bangku milik cowok yang dikejar si cewek. Tunggu sebentar, memangnya Kuvvi sedang mengejar Ansel? Orang Anselnya lagi duduk, tidak sedang lari.

Tapi tak masalah. Toh Kuvvi duduk di depan Ansel. Karena meja Ansel dan Budi berada di belakang tempat duduk Sunnia. Rejeki anak Buk Sondang. Kuvvi sangat mensyukuri berkahnya hari ini. Bisa satu kelas dengan calon gebetan, duduknya pun berdekatan.

Dengan sok dekatnya, Kuvvi langsung mengajak teman sebangkunya itu berkenalan. "Panggil aja Kuvi, Sun. Biar akrab." Kuvvi membisikkan sesuatu ke telinga Sunnia. "Ini rahasia lho. Jangan dikasih tahu siapa-siapa. Cuma temen sebangku aku yang boleh manggil Kuvvi."

"Loh? Kan nama lo emang Kuvi?"

"Tapi huruf v-nya dua. Kamu boleh pake satu huruf aja biar nggak ribet. Inget, ya, Sun. Ini rahasia. Biarin aja mereka ribet manggil nama aku."

"Pake p boleh?"

"Yaudah, nggak papa, tapi ini rahasia, ya!" peringat Kuvvi sekali lagi.

"Lagian, kalo nanti gue manggil elo, yang lain kan jadi denger. Jadinya bukan rahasia lagi, kan?" Cewek berhijab itu menautkan alisnya. Bingung dengan ucapan teman barunya itu.

"Eh iya, bener." Terkadang Kuvvi lemot juga, maklum masih manusia. "Aku lagi ngelawak lho, Sun. Kamu nggak ada rencana mau ketawa gitu?"

Mendengar kalimat Kuvvi, Sunnia lantas tergelak keras. "Ada-ada, Lo!"

"Giliran aku lagi ngelawak, kamu nggak ketawa," ucap Kuvvi yang masih menunggu Sunnia berhenti tertawa. Sunni adalah sejenis manusia yang kalau sudah ketawa, susah berhentinya. Apalagi kalau sudah bertemu urat gelinya.

"Ekspresi lo lucu!" ujar Sunnia yang telah berhenti tertawa.

"Kayak orang gila?" celetuk Kuvvi polos sekali.

"Koplak lo!" Sunnia menabok pundak Kuvvi. Untung saja pertahanan Kuvvi kuat, jadi ia tidak terhuyung ke lantai.

"Mulai sekarang kita resmi jadi temen sebangku." Kuvvi menoleh ke belakang mencari sesuatu yang bisa diketukkan. "Pinjem pena, An." Kuvvi mengetukkan pena standar yang ia ambil di atas meja Ansel. Cowok itu masih membaringkan kepalanya di atas meja yang beralaskan tas ranselnya.

"Deal." Tiga kali ketukan ditutup dengan tawa mereka yang pecah bersama. Oke sepertinya mereka sama-sama receh.

"Kalian lagi gila?" tanya Budi asal. Sedari tadi ia hanya memperhatikan tingkah aneh teman lama dan barunya itu. Kalau Sunnia, Budi memang sudah hafal. Teman lamanya itu memang receh sekali. Tapi ia tidak menyangka jika teman barunya juga lebih receh.

Karena tak terima, Sunnia langsung menghadiahi Budi dengan sebuah lemparan pena, tepat di dadanya. "Makan tuh!"

"Jadi cewek kok galak amat." Budi mengusap dadanya, lemparan Sunnia boleh juga. Untung Budi memakai pelindung dari cakra tenaga dalam.

"Kalo imut, gue jadi anggota AESPA!" Aespa merupakan grup baru yang berada di bawah naungan SM Entertaiment sudah berhasil debut melalui single perdananya yang berjudul Black Mamba.

"Daebak! Lo kpopers juga? MY, ya?" tanya Kuvvi begitu antusias.

"Kpopers! Gue belum jadi MY. Tapi, gue ngikutin perkembangannya." MY adalah nama klub penggemar grup Aespa. MY sendiri berarti teman saya yang berharga.

"Iya, aku juga. Aku suka ada avatar-avatarnya." Hal menarik dari grup terbaru besutan SM-Entertainment ini adalah avatar virtual yang akan mengiringi keempat member tersebut saat tampil.

DIMENSI (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang